The Pharmacist Room: Rumah sakit
Showing posts with label Rumah sakit. Show all posts
Showing posts with label Rumah sakit. Show all posts

KRITERIA SELEKSI OBAT PADA RUMAH SAKIT TIPE C

 I.  Obat Esensial

Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.

 


II.  Kriteria Pemilihan Obat Esensial

Pemilihan obat esensial didasarkan atas kriteria berikut :

  1. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita.
  2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioaviabilitas.
  3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
  4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan.
  5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita.
  6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
  7. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang mamiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada :
    • Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
    • Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan.
    • Obat yang stabilitasnya lebih baik.
    • Mudah diperoleh
    • Obat yang telah dikenal
  8. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
    • Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap
    • Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada masing-masing komponen.
    • Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut.
    • Kombinasi tetap harus meningkatkan ratio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
    • Untuk antibiotika kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.

            Obat esensial adalah obat-obat yang memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada mayoritas populasi obat, harus sesuai di setiap waktu dalam jumlah mencukupi dan dalam bentuk sediaan yang tepat.

            Pilihan obat-obat berdasarkan banyak faktor seperti pola prevalensi penyakit, fasilitas perawatan, pelatihan dan pengalaman dari orang yang tepat, sumber keuangan dan genetik, demografi dan faktor lingkungan.

            Hanya obat-obat dengan rekam data yang cukup yang mengenai efikasi dan keamanan sesuai dari penelitian klinik dan untuk yang bukti penampilan  pada penggunaan luas dalam keragaman situasi dan kondisi medis telah diterima, harus diseleksi.

            Tiap-tiap obat yang diseleksi harus sesuai dalam bentuk yang memenuhi kualitas termasuk bioaviabilitas, dapat dipastikan; stabilitasnya di bawah kondisi penyimpanan yang dirancang dan penggunaannya harus ditetapkan.

            Ketika dua atau lebih obat-obat terlihat mirip pada aspek-aspek tadi, pilihan diantara mereka harus dibuat berdasarkan evaluasi yang seksama pada efikasi relatif, keamanan, kualitas, harga, aviabilitasnya.

            Perbandingan harga diantara obat-obat, biaya perawatan menyeluruh, tidak hanya unti biaya untuk obat yang harus diputuskan.  Ratio manfaat biaya adalah pertimbangan utama pada pemilihan obat yang ada di daftar-daftar.  Dalam beberapa kasus pilihan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti profil farmakokinetik, atau oleh pertimbangan sepihak seperti avabilitas, fasilitas untuk manufaktur atau penyimpanan.

            Sebagian besar obat esensial harus diformulasi sebagai komponen tunggal, produk kombinasi tetap bisa diterima hanya jika dosis masing-masing komponen memenuhi perbandingan yang tetap untuk kelompok populasi dan ketika kombinasi memiliki manfaat yang lebih besar dari pada masing-masing komponen diberikan terpisah dalam hal efek terapetik, keamanan atau kepatuhan pasien terhadap perawatan.

Menghitung Stok Minimum Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Apotek


FARMASI RUMAH SAKIT


            Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang di lakukan di rumah sakit. Sedangakan instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu bagian/ unit/ divisi atau fasilitas dari rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan kefarmasian untuk keperluan di rumah sakit itu sendiri (JP Siregar, 2004).

            Tugas utama dari IFRS adalah pengelolaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita dan pengendalian semua perbekalan farmasi yang digunakan dalam rumah sakit (JP Siregar, 2004).

Lingkup dari IFRS adalah:

  1. Fungsi non klinik (manajerial): meliputi perencanaan, penetapan spesifikasi pemasok, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi dan pengendalian semua perbekalan farmasi yang digunakan di rumah sakit
  2. Fungsi klinik: fungsi yang memerlukan interaksi langsung dengan profesi kesehatan lain, meliputi:
    • Pemantauan terapi obat (PTO)
    • Evaluasi penggunaan obat
    • Penanganan bahan sitotoksik
    • Pelayanan di unit perawatan kritis
    •  

    • Pemeliharaan formularium
  • Penelitian
  • Sentra informasi obat
  • Pengendalian infeksi nosokomial
  • Pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM), (=ADR: adverse drug reaction)
  • Sistem formularium, panitia farmasi dan terapi
  • Sistem pemantauan kesalahan obat
  • Bulletin terapi obat
  • Program edukasi “in service” bagi apoteker, dokter dan perawat
  • Investigasi obat unit gawat darurat (JP Siregar, 2004)
  1. PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGELOLAAN BARANG

Dalam melaksanakan fungsi manajemen yang berkualitas maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus menyusun sistem pengendalian persediaan dan pengelolaan barang (obat) secara optimal. Persediaan merupakan harta yang besar jumlahnya, yang diinvestasikan sehingga harus dikelola dengan benar. Pengendalian persediaan yang efektif adalah dengan mengoptimalkan dua tujuan:

  • Memperkecil total investasi pada persediaan
  • Menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi kebutuhan pasien

Tujuan utama pengendallian persediaan:

  • Melindungi dari kerugian
  • Membuat sistem pengadaan atau manufaktur
  • Meminimalkan waktu tunggu
  • Meningkatkan efisiensi transportasi
  • Mengantisipasi fluktuasi permintaan (JP Siregar, 2004)

Secara garis besar agar terkelola dengan baik dapat digunakan siklus manajemen: seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi dan pemakaian.

Seleksi adalah menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang ditetapkan. Dalam kegiatan ini yang bertanggung jawab adalah PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) untuk mengidentufikasikan pemilihan terapi, bentuk dan dosis, prioritas obat esensial, menentukan dan memperbaharui standar pengobatan (JP Siregar, 2004).

            Kriteria seleksi obat:

  • Mempunyai rasio manfaat-resiko yang paling menguntungkan penderita
  • Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
  • Praktis dalam penyimpanan
  • Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
  • Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita
  • Mempunyai rasio manfaat-biaya yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tak langsung

Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi serupa, pilihan dijatuhkan pada:

  • Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
  • Obat yang sifatnya farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan
  • Obat stabilitasnya lebih baik
  • Mudah diperoleh dan sudah dikenal (JP Siregar, 2004).

 

Perencanaan meliputi proses pemilihan jenis dan harga perbekalan farmasi dalam rangka pengadaan. Perencanaan bertujuan untuk :

  • Mendapatkan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan dan anggaran (efisiensi keuangan).
  • Menghindari kekurangan dan kelebihan obat.
  • Meningkatkan efektivitas penyimpanan (JP Siregar, 2004).

Metode perencanaan yang biasa digunakan meliputi: metode epidemiologi, metode konsumsi ataupun kombinasi dari keduanya dengan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Penentuan prioritas obat yang direncanakan berdasarkan:

  • Metode VEN (Vital, Essensial dan Non Essensial)
  • Sistem ABC (Pareto)
  • PUT (Prioritas, Utama, Tambahan) (JP Siregar, 2004).

Pengadaan merupakan proses dalam merealisasikan perencanaan. Prinsip yang digunakan dalam melakukan pengadaan adalah pembelian yang tepat dalam jumlah yang benar dan dengan cara pembelian yang menguntungkan. Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam siklus pengadaan obat:

  • Meninjau jenis obat yang akan dipesan
  • Menentukan jumlah masing-masing obat
  • Meninjau anggaran yang ada kemudian disesuaikan
  • Memilih metode yang paling cocok
  • Memilih supplier yang cocok
  • Membuat surat perjanjian kontrak atau surat pesanan
  • Checking
  • Penerimaan dan pengecekan barang
  • Pembayaran
  • Distribusi obat
  • Pengumpulan data penggunaan obat (JP Siregar, 2004).

Pola kebijakan pengadaan yang sebaiknya dilakukan meliputi:

  1. Dalam jumlah waktu “order lead time” sejumlah minimum persediaan harus ada pada stok (stok minimun persediaan harus ada)
  2. Safety stock dapat digunakan untuk mengurangi biaya yang harus timbul akibat kehabisan stok.
  3. Low average inventory atau rata-rata penyimpanan sediaan yang rendah namun masih dalam batas aman, bisa mengurangi biaya yang hilang akibat penimbunan atau modal mati akibat stok yang berlebihan.
  4. Barang yang bergerak cepat harus dipesan dalam jumlah besar dalam frekuensi yang jarang, sebaliknya barang yang bergerak lambat harus dipesan dalam jumlah kecil pada frekuensi sesuai dengan penggunaan. Pola ini akan mengurangi biaya pengadaan.                         (JP Siregar, 2004).

Agar pelaksanaan pengadaan terus terkontrol dengan baik, maka perlu dilakukan pengendalian pengadaan (Inventory Control) secara rutin. Hal ini bisa dilakukan dengan :

  • Menghitung penggunaan tiap jenis obat dalam periode yang lalu
  • Koreksi terhadap kehilangan
  • Koreksi terhadap stock out (kekurangan stok)
  • Koreksi terhadap safety stock
  • Pertimbangan lead time
  • Koreksi terhadap sisa stok yang ada (JP Siregar, 2004).

Distribusi obat atau penyaluran obat di RS juga bisa mempengaruhi dalam hal pengendalian persediaan, jadi dalam distribusi ada 3 aturan penting yang harus dipenuhi yaitu: keamanan, keutuhan dan kecepatan.(Anonim, 1997)

Kebijakan manajemen tentang jumlah material yang harus ada dalam jangka waktu tertentu harus diterjemahkan sebagai pengendalian terus-menerus untuk memperoleh hasil yang optimal. Jumlah material harus tidak terlalu besar karena jumlah yang terlalu berlebihan tentunya dapat merugikan karena kadaluarsa. Penjadwalan penerimaan serta proses penggunaan material tersebut harus lancar. Faktor biaya juga harus menjadi perhatian, stok yang terlalu besar atau kecil dapat meningkatkan biaya yang tidak diinginkan, sehingga suatu keadaan seimbang harus terpelihara setiap waktu. Dalam proses pengendalian, diperlukan adanya dokumentasi ataupun pencatatan jumlah dan jenis obat yang ada, agar jumlah barang yang ada bisa terus dipantau dengan baik. Pencatatan stok yang tepat dan akurat sangat penting dalam mewujudkan pengelolaan obat yang baik. Pencatatan tersebut merupakan sumber data yang bisa digunakan untuk memperhitungkan kebutuhan. Pencatatan yang kurang baik akan menghasilkan perhitungan yang tidak tepat yang bisa menyebabkan stok kurang maupun stok kadaluarsa. .(Anonim, 1997)

Alasan yang utama melakukan pengelolaan sistem pengadaan obat adalah untuk memastikan ketersediaan tiap obat setiap waktu. Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pengendalian persediaan adalah tingkat pelayanan dan safety stocks. Yang dimaksud dengan tingkat pelayanan adalah ukuran penyediaan barang dari gudang, dalam hal ini safety stocks merupakan faktor yang penting. Semakin tinggi tingkat safety stock di gudang maka dapat dikatakan bahwa tingkat pelayanannya semakin bagus. Namun semakin tinggi safety stocks maka akan terjadi peningkatkan biaya penyimpanan. Metode dasar dalam menentukan safety stocks adalah dengan mengalikan waktu tunggu (lead time) dengan rata-rata penggunaan obat selama 1 bulan, namun penyesuaian perlu dilakukan untuk menanggulangi variasi penggunaan obat dan pola lead time yang kadang berubah-ubah. .(Anonim, 1997)

Sistem pengendalian persediaan yang ideal dapat diwujudkan ketika pergerakan stok obat terjadi secara optimal, dimana level penyimpanan diperkecil, konsumsi atau penggunaan obat lancar dan pengiriman obat oleh supplier tepat waktu. Namun hal ini sangat jarang ditemukan. Untuk mewujudkan hal itu perlu dilakukan perhitungan terhadap jumlah barang yang akan dipesan. Perhitungan yang digunakan cukup sederhana yaitu stok minimum-maksimum yang berdasarkan penggunaan barang. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:

  1. Average Monthly Consumption (rata-rata penggunaan barang dalam sebulan)
  2. Supplier Lead Time (waktu menunggu kiriman barang dari supplier)
  3. Safety Stocks (stok yang harus ada untuk mencegah kekurangan stok/stocks out)
  4. Reorder Level/ Minimum Stocks Level (tingkat persediaan minimal dimana pada saat stok mencapai nilai ini maka harus diadakan pemesanan stok kembali)
  5. Maximum Stocks Level (stok yang perlu disediakan untuk memenuhi permintaan sampai periode pemesanan berikutnya). .(Anonim, 1997)

Walaupun perhitungan sudah dilakukan, namun perlu juga dilakukan penyesuaian pemesanan barang untuk menghadapi permintaan obat musiman, perubahan yang tidak diharapkan dalam penggunaan obat ataupun perubahan harga obat, dan kemampuan dalam menyimpan persediaan obat. .(Anonim, 1997)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

            Perhitungan persediaan maksimal dan persediaan minimal didasarkan pada jumlah penggunaan obat rata-rata atau dikenal dengan metode “ The Average Monthly Consumption (AMC) “. Dalam tugas ini digunakan data persediaan rata-rata tiap bulan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” berdasarkan data penggunaan obat dalam empat bulan terakhir.

Average Monthly Consumption      =          Jumlah obat yang terjual dalam 4 bulan

                                                                                                      4

Kemudian jumlah rata-rata penggunaan obat tiap bulan dikonversikan menjadi rata-rata penggunaan obat  untuk tiap 2 minggu  (The Average of Two Week Consumption).

Average of Two Week Consumption          =          Average Monthly Consumption

                                                                                                            2

Setelah mendapatkan jumlah rata-rata penggunaan obat dalam 2 minggu (14 hari), maka dihitung safety  stock. Perhitungan tersebut berdasarkan waktu safety stock yaitu 3 hari yaitu:

Safety stock  =   3/14    x   Average of Two Week Consumption

                      =   0,214   x   Average of Two Week Consumption

Setelah mendapatkan jumlah safety stock dicari buffer stock/minimal stock level dari waktu safety stock (3 hari) ditambah lead time atau waktu barang datang setelah pemesanan (2 hari) dibagi 14 hari kemudian di kalikan pemakaian rata-rata obat tersebut selama 2 minggu, yaitu:

Buffer Stock/Minimal Stock Level =   5/14     x   Average of Two Week Consumption

                                                           =    0,357  x   Average of Two Week Consumption

Untuk Maximum Stock Level , perhitungannya berdasarkan minimum stock level ditambah order interval stock dalam kurun waktu tertentu. Order interval stock adalah jarak dalam waktu pemesanan yaitu 14 hari, Maximum Stock Level = Tingkat Persediaan Maksimal

Maximum Stock Level = Tingkat Persediaan Maksimal

                                      =      19/14  x   Average of Two Week Consumption

                                      =     1,357   x   Average of Two Week Consumption

Kemudian data stok minimum dan maksimum yang telah diperoleh ditulis pada kartu stok, sehingga bisa digunakan oleh personil gudang untuk melakukan perencanaan dan pengadaan barang.

 

PEMBAHASAN

 

            Tugas ini disusun untuk menghitung stok minimum dan stok maksimum yang bisa digunakan untuk merancang sistem pengadaan obat di sebuah instalasi farmasi. Stok minimum bisa dihitung dengan menggunakan data rata-rata penggunaan obat selama 2 minggu dikalikan dengan lead time dan safety stock. Stok maksimum dihitung berdasarkan stok  minimum   ditambah order interval stock dalam kurun waktu tertentu.

            Dengan data-data tersebut maka bisa ditentukan bahwa pada saat suatu obat mencapai nilai stok minimum, maka harus dilakukan pemesanan agar tidak terjadi kekurangan obat. Nilai stok maksimum merupakan batas terbesar sejumlah obat harus dipesan, jika pemesanan obat melebihi stok maksimum maka bisa terjadi kelebihan stok, atau stok mati. Selain stok minimum dan maksimum, dihitung juga nilai safety stock dimana safety stok merupakan stok yang harusnya masih ada sebagai cadangan pada saat menunggu obat datang pada saat memesan, sehingga tidak terjadi kekosongan obat

12

            Metode ini diharapkan bisa digunakan sebagai acuan dalam hal pengadaan barang secara terjadwal. Dengan adanya perhitungan stok minimum dan maksimum maka kita bisa memperkirakan kapan waktunya untuk memesan dan berapa jumlah maksimum obat yang harus dipesan. Data-data ini harus secara terus-menerus diperbaharui, karena kemungkinan pola konsumsi dan lead time akan selalu berubah untuk masing-masing jenis obat. Jika perhitungan dilakukan secara manual maka diperlukan waktu dan tenaga khusus yang menangani hal ini, sehingga yang paling praktis dan mudah adalah menggunakan software komputer yang bisa secara otomatis memperbarui jumlah stok minimum dan maksimum obat. Penggolongan jenis obat pada sistem komputer gudang yang digunakan di Instalasi Farmasi RSKD, juga harus diperbaharui karena masih banyak ditemukan item –item obat yang tidak sesuai dengan jenis penggolongan obat.

            Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” saat ini sedang membenahi sistem pengadaan dengan menggunakan stok minimal dan stok maksimal yang ada di gudang farmasi sebagai upaya agar pengadaan obat sesuai dengan kebutuhan, sehingga  kebutuhan obat akan terpenuhi, sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dan diharapkan dengan sistem ini akan meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dalam pelayanan obat.


 

  1. KESIMPULAN
    1. Sistem pengendalian persediaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menghitung stok minimum dan maksimum yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengadaan..
    2. Stok minimum dan maksimum harus diperhitungkan untuk setiap item obat, karena pola konsumsi untuk beberapa jenis obat memang berbeda-beda.
    3. Dengan sistem ini maka bisa diketahui gambaran pemakaian obat yang secara langsung mempengaruhi pengadaan obat yang ada.
  2. SARAN
    1. Diperlukan perbaikan terhadap penggolongan jenis obat dalam sistem komputer yang ada di gudang, agar memudahkan dalam melakukan pengamatan penggunaan obat.
    2. Perlu adanya sistem komputerisasi dalam melakukan review terhadap jenis obat agar pelayanannya bisa lebih baik.
    3. Perhitungan yang dilakukan harus terus diperbaharui agar bisa menjamin ketepatan pelayanan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

       
     
 
14
 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim, 2006, Bahan Kuliah Farmasi Rumah Sakit I,  Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

 

Anonim, 2006, Bahan Kuliah Farmasi Rumah Sakit II,  Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

 

Siregar, Charles J.P. dan Amalia, Lia, 2003, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, EGC, Jakarta.

 

Wolff, James A., 1997, Managing Drug Supply, Kumarian press, United States of America.

 

Immediate-use steam sterilization (IUSS) dalam sebuah Instalasi CSSD ( Central Sterile Supply Department ) Yang ada di Rumah Sakit

 

Immediate-use steam sterilization (IUSS) merupakan suatu perangkat yang dikembangkan untuk proses yang tidak terencana atau darurat pada peralatan individu dalam ruang operasi ketika minimnya waktu untuk dilakukannya proses sterilisasi. IUSS sesuai untuk proses cepat pada kondisi berikut :

1.      Jika salah satu dari alat terkontaminasi dan alat tersebut dibutuhkan segera untuk tindakan operasi

2.      Jika salah satu alat jatuh dilantai dan alat tersebut dibutuhkan segera untuk tindakan operasi

3.      Jika peralatan tertentu yang tidak tersedia dibutuhkan segera untuk tindakan darurat

4.      Jika tidak ada alternatif sterilisasi lain (Steris, 2005)

Pada tahun belakangan ini, IUSS menjadi lebih digunakan dan menjadi proses rutin untuk peralatan pasien yang tidak dapat dikemas, disterilisasi dan disimpan sebelum digunakan. Banyak peralatan medis yang menggunakan metode sterilisasi IUSS diantaranya :

a.       Peralatan medis yang tidak dapat disimpan

b.      Peralatam operasi personal

c.       Peralatan yang dipinjam

d.      Perangkat implant

e.       Set perlengkapan medis (Steris, 2005)

IUSS digunakan untuk mempersingkat waktu antara pemindahan barang dari perangkat sterilisasi yang dilakukan secara aseptik ke ruang steril. Association for Professionals in peri-Operative Nursing (AORN) menyebutkan bahwa IUSS hanya dapat dilakukan pada kondisi berikut :

1.    Tersedia dan terdapat instruksi dari pabrik peralatan tersebut mengenai jenis siklus, lama pemaparan, pengaturan temperatur dan waktu pengeringan (jika direkomendasikan)

2.    Adanya bagian yang perlu dibongkar dan dibersihkan secara keseluruhan dengan detergent dan air untuk menghilangkan tanah, darah, lemak dan zat lainnya

3.     Lumen disikat dan disiram dengan air yang mengandung larutan pembersih dan dibilas secara keseluruhan

4.    Barang ditempatkan pada suatu wadah steril tertutup atau nampan, validasi IUSS merupakan suatu cara untuk membuktikan bahwa steam memapar semua permukaan instrument

5.    Pengukuran dilakukan untuk mencegah kontaminan selama pemindahan barang keruang steril. Pengukuran ini terdiri dari sarung tangan steril dan dicegah kontak dengan permukaan tidak steril

 

Jika semua kondisi diatas tidak ditemukan maka IUSS dapat meningkatkan resiko infeksi sehingga metode sterilisasi jenis ini harus diminimalisasi dan hanya digunakan ketika waktu tidak memadai untuk dilakukannya metode sterilisasi umum. Prosesnya harus dimonitor dengan menggunakan Class 5 chemical integrator dan didokumentasikan agar dapat dilakukan hal yang sama pada pasien tertentu jika dibutuhkan. IUSS tidak boleh digunakan untuk implant terkecuali pada kondisi darurat dan harus dimonitor dengan indikator biologi rapid-action Class 5 Chemical Indicator .

IUSS dilakukan selama 3-4 menit pada suhu 134 ºC. Metode  sterilisasi  ini tidak boleh dilakukan  jika material yang akan disterilisasi tanpa kemasan dan siklus eliminasinya adalah pengeringan karena kemungkinan rekontaminasi material maningkat (Acosta, 2009)

 

Macam-macam Siklus IUSS

Siklus Immediate-Use Steam Sterilization (IUSS) yang saat ini digunakan adalah Gravity Displacement Cycle, prevacuum cycle dan siklus single-wrap (kadang-kadang disebut Express cycle).

a.    Gravity Displacement Cycle

Gravity Displacement Cycle umum digunakan untuk siklus Immediate-Use Steam Sterilization (IUSS). Seperti proses sterilisasi uap, Gravity Displacement Cycle memiliki 3 fase yaitu :

1.    Tahap Conditioning 

Tahap conditioning pada Gravity Displacement Cycle, umumnya berlangsung sebagai berikut antara lain:

a.       Uap berasal dari sumber dan memasuki sterilizer jacket (ruang antara dinding sterilizer chamber dan kulit terluar).

b.      Uap yang memasuki sterilizer chamber berasal dari sterilizer jacket dan membentuk lapisan di atas udara. 

c.       Uap tersebut akan terdorong keluar melalui chamber drain. (Untuk chamber tanpa sterilizer chamber, uap langsung memasuki chamber.) Hal ini sangat penting bahwa semua udara akan dihilangkan, karena dapat mencegah uap dari kontak permukaan yang akan disterilkan.

d.      Seperti udara yang terdorong keluar, beban yang dipanaskan dan suhu ruang digunakan sebagai pemeriksaan suhu melalui pembuangan chamber drain.

e.       Ketika semua udara dingin didorong keluar, trap menutup. 

f.       
Tekanan meningkat di dalam chamber, memungkinkan chamber mencapai temperature sterilisasi.


 

 











 


Setelah suhu sterilisasi yang

terpilih tercapai, tahap eksposure dimulai.

 

 .    Tahap Exposure

Tahap exposure berlangsung selama waktu tertentu yang telah ditetapkan untuk item tertentu yang akan disterilkan. Parameter eksposur rutin untuk Gravity Displacement Cycle (Arlington, 2012) adalah sebagai berikut: 

·         Nonporous cycle cocok untuk permukaan sterilisasi sederhana, sterilisasi rutin, semua instrumen bedah yang terbuat dari logam (forceps, gunting, needle holders). Waktu minimum exposure untuk non-porous Immediate-Use Steam Sterilization (IUSS) pada gravity displacement cycle adalah 3 menit pada suhu 270°F-275°F (132ºC-135°F).

·         Porous cycle digunakan untuk barang-barang seperti karet dan barang-barang plastik, atau dengan lumens atau multi-bagian. Porous cycle juga digunakan ketika instrumen logam dikombinasikan dengan item berpori (karet/plastik). Penetrasi uap pada item berpori membutuhkan waktu exposure yang lebih lama. Waktu minimum exposure untuk porous cycle dalam Gravity Displacement Cycle adalah 10 menit pada suhu 270°F-275°F (132ºC-135°F).

Setelah tahap exposure selesai, maka akan dimulai tahap exhaust.

 

3.    Tahap Exhaust

Urutan Tahap exhaust sebagai berikut: 

1.      Uap akan dihilangkan dari chamber.

2.      Sterilizer chamber dikembalikan pada tekanan atmosfer dan vakum mungkin dapat digunakan untuk menghilangkan uap yang berlebih dari chamber. 

3.      Air yang diisikan kembali melalui filter akan menghilangkan kontaminan.

4.      Jika tahap telah selesai Suara sinyal end-of-cycle akan berbunyi, menandakan bahwa pintu chamber dapat dibuka. 

Waktu pengeringan tidak digunakan selama siklus ini. Namun beberapa siklus mungkin membutuhkan  pengeringan singkat sebagai tahap akhir siklus. Siklus sterilisasi dasar sama dengan yang dilakukan table top steam sterilizer. Secara umum, total waktu siklus dari awal sampai akhir bervariasi tergantung pada : 

·         Jenis dan ukuran sterilisas.

·         Sumber uap.

·         Jenis dan jumlah barang yang disterilkan.

Sebagai contoh, alat sterilisasi yang menghasilkan uap sendiri mungkin memakan waktu lebih lama dalam tahap conditioning dibandingkan alat sterilisasi secara langsung terhubung ke sistem distribusi uap.

 

b.    Prevacuum Cycle

Immediate-Use Steam Sterilization (IUSS) juga dapat dicapai dalam sterilisasi dengan prevacuum cycle, juga dikenal sebagai "hivac" sterilizers. Dalam prevacuum cycle, udara mekanis ditarik dari chamber selama fase conditioning, udara dan uap secara aktif akan ditarik keluar pada tahap exhaust di akhir siklus sterilisasi. Penghilangan udara mekanik dilakukan dengan menggunakan pompa vakum atau ejector system, yang lebih efisien daripada metode gravity displacement. Selama proses ini, ada beberapa 4 injeksi uap. Setiap injeksi yang terjadi diikuti oleh pengosongan chamber dengan menghilangkan uap dan udara. Setelah injeksi yang tepat dan pengosongan secara sempurna, suhu exposure yang tercapai, dan waktu yang tepat akan menghasilkan uap untuk sterilisasi kemudian setelah proses tersebut selesai uap akan dibuang. Waktu pengeringan dapat digunakan jika dibutuhkan.

Parameter exposure rutin untuk prevacuum cycle meliputi: 

·         Seperti gravity displacement nonporous cycle, waktu expousre minimum untuk prevacuum nonporous cycle adalah 3 menit pada suhu 270ºF (132ºC) atau 3 menit pada suhu 275ºF (135ºC).

·         Dibandingkan dengan gravity displacement porous cycle, waktu minimum porous cycle pada prevacuum sterilizers dapat diperpendek minimal 4 menit pada suhu 270°F (132°C) atau 3 menit pada suhu 275ºF (135ºC)., karena udara yang dikembalikan lebih efisien, uap penetrasi dan kontak uap dengan produk yang akan disterilisasi.

 

c.    Flash Sterilisasi dengan Wrappers Tunggal

Beberapa prevacuum dan pulsing gravity displacement steam sterilizers memiliki siklus yang dirancang untuk prevacuum Immediate-Use Steam Sterilization (IUSS) dengan menggunakan single nonwoven atau tekstil wrapper. Parameter untuk siklus sterilisasi ini ditetapkan/diatur oleh produsen alat sterilisasi dan berbeda-beda tergantungpada desain alat sterilisasi. Siklus ini dirancang untuk Immediate-Use Steam Sterilization (IUSS) pada semua item logam, nonporous items (kecuali untuk wrapper), diatur pada nampan atau mess-bottom instrument tray. Item dengan lumens atau perangkat medis yang kompleks tidak dapat diproses dengan siklus ini karena pengembalian udara dan kontak uap dalam proses strerilisasi tidak dapat dicapai pada siklus ini, yang memiliki sedikit prevacuum pulses dari regular prevacuum cycle. 

Pada beberapa sterilisasi, siklus ini disebut "Express" cycle. Mengoperasikan alat ini pada dasarnya sama dengan yang prevacuum cycle dengan menggunakan pengembalian udara mekanik, namun, hanya ada 2 injeksi uap dan pengosongan chamber dilakukan sebelum paparan suhu tercapai. Waktu exposure yang diatur pada sterilisasi dengan express cycle adalah 4 menit pada suhu 270°F (132°C), diikuti dengan waktu pengeringan selama 3 menit. Total waktu siklus adalah sekitar 12 menit. 

Single wrapper melindungi barang-barang yang disterilkan dari kontaminasi lingkungan yang mungkin ditemui  selama perjalanan dari sterilisasi ke titik penggunaan. Namun, tindakan pencegahan harus dilakukan untuk membedakan single wrapped flash-sterilized tray dari double-wrapped trays yang telah diproses secara konvensional. Tidak seperti double-wrapped, penstrerillan secara konvensional nampan instrumen, single wrapped harus segera digunakan.

 

2.2  Uji Kualifikasi IUSS

Semua proses sterilisasi harus dilakukan uji kualifikasi setelah proses instalasi sterilisasi, pemindahan lokasi sterilisasi atau relokasi, perbaikan utama ataupun penggantian fungsi, serta apabila terjadi kegagalan proses sterilisasi. Perbaikan utama adalah perbaikan yang di luar lingkup pemeliharaan normal, seperti perbaikan las dari bejana tekan, penggantian pompa vakum, ataupun perakitan pimpa utama. Uji kualifikasi harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dengan kontribusi petugas dari pabrikan/produsen. Kondisi uji kualifikasi harus sama dengan kondisi operasional yang biasa dijalankan. Pengujian dilakukan antara waktu sterilisasi diinstal, direlokasi, atau diperbaiki dan waktu dilepaskan untuk digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Arlington, 2012). Tujuan dari pengujian kualifikasi ini adalah:

·         Saat penginstalan atau relokasi : untuk menilai kinerja alat sterilisasi di lingkungan di mana alat tersebut akan digunakan. Hasil tes yang  baik menunjukkan alat dalam kondisi baik dan dapat memberikan hasil sterilisasi sesuai dengan spesifikasi pabrikan

·         Saat pengujian setelah perbaikan utama : untuk memastikan bahwa alat sterilisasi dapat berjalan sesuai spesifikasi setelah alat diperbaiki dari kerusakan (Arlington, 2012).

Uji kualifikasi dilakukan dengan menggunakan BIs (indikator biologis) dan Bowie-Dick test. Indikator uji BI harus diletakkan dalam baki konfigurasi untuk pengujian (nampan bedah terbuka, tromol, dll.), di bagian yang paling sulit atau susah terjangkau oleh proses sterilisasi atau cold point. Lokasi peletakan indikator pada tiap-tiap alat berbeda, bergantung pada desain sterilisasi, namun pada umumnya di bagian depan, bagian bawah sterilisasi, dan dekat saluran pembuangan. Indikator BI yang digunakan cukup sebanyak satu buah untuk tiap kali pengujian, selain itu disarankan juga untuk menambahkan satu atau lebih indikator CI karena CI memberikan informasi langsung mengenai keberhasilan proses sterilisasi (Arlington, 2012).

Prosedur uji kualifikasi proses sterilisasi dilakukan sebagai berikut :

1.      Sebelum dilakukan siklus sterilisasi, peralatan diberi label indikator BI dengan informasi mengeai pengujian sterilisasi yang sesuai.

2.      Indikator dipasang pada peralatan dalam bejana di bagian yang paling yang paling sulit dijangkau oleh proses sterilisasi.

3.      Menjalankan siklus sterilisasi sesuai dengan prosedur dari pabrikan/produsen.

4.      Setelah proses sterilisasi selesai, indikator BI dilepas, dan kemudian hasilnya dicatat. Selama proses ini, hindari terjadinya kontaminasi pada indikator BI. Indikator BI tersebut diinkubasi sesuai dengan instruksi pabrikan, pada suhu dan waktu yang dapat menumbuhkan mikroba. Tahap ini ditujukan untuk melihat apakah ada pertumbuhan mikroba selama proses sterilisasi berlangsung. Misalnya, Bacillus stearothermophilus tidak tumbuh pada suhu 35-37°C (suhu standar untuk inkubasi bakteri), sehingga suhu yang direkomendasikan adalah  55-60°C.

5.      Pengujian dengan BI ini dilakukan setiap hari dengan menggunakan kontrol BI dari batch yang sama dan belum mengalami proses sterilisasi yang diinkubasi. Hal ini ditujukan untuk memverifikasi proses sterilisasi terhadap pertumbuhan mikroba, kemampuan media untuk menumbuhkan mikroba, dan waktu inkubasi yang paling sesuai. Setiap tahap pengujian harus didokumentasikan. BI kontrol yang gagal untuk menumbuhkan mikroba, menunjukkan bahwa pengujian dengan BI mengalami kesalahan, hasil dianggap tidak sah, dan pengujian harus diulang (Arlington, 2012).


Proses IUSS

Proses sterilisasi ini harus dilakukan dengan benar untuk mencapai dan mempertahankan sterilitas instrument dan bagian-bagiannya (Carlo A., et al., 2007).

a.    Pembersihan

Pembersihan adalah langkah pertama yang penting dalam Immediate Use Steam Sterilization Process. Jika bagian dari instrument tidak bersih, sterilisasi tidak akan tercapai. Tujuan dari pembersihan ini adalah untuk menghilangkan debu yang terlihat dan mengurangi jumlah mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Carlo A., et al., 2007).

Metode pembersihan yang sesuai untuk instrument medis tergantung pada karakteristik instrument dan ditentukan oleh produsennya. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanis, atau kombinasi keduanya. Metode pembersihan yang digunakan harus efektif, tidak boleh mempengaruhi fungsi dari instrument, dan harus aman bagi petugas kesehatan yang menjalankannya (Anonim, 2011).

Pembersihan yang efektif bergantung  pada beberapa faktor, yaitu:

1.      Kualitas, konsentrasi, dan jenis deterjen atau pembersih enzimatik

2.      Kualitas dari air (seperti: tingkat pH, kesadahan, alkalinitas, suhu, dan kemurnian)

3.      Metode pencucian yang sesuai (seperti : proses manual, peralatan otomatis)

4.      Pembilasan yang tuntas dan pengeringan (Carlo, 2010)

Pembersihan harus dilakukan di area khusus untuk membersihkan barang-barang kotor dan terkontaminasi (Carlo, 2010).

Pembersihan manual sering direkomendasikan untuk perangkat medis yang halus dan kompleks, seperti  microsurgical instruments, lensed instruments dan air-powered drills (Anonim, 2011).

Pembersihan mekanis biasanya digunakan untuk menghilangkan debu dan mikroorganisme melalui pembersihan otomatis dan proses pembilasan. Beberapa jenis peralatan pembersih mekanis menggabungkan proses desinfeksi termal dan atau bilasan desinfeksi kimia yang mampu menghancurkan berbagai jumlah dan jenis mikroorganisme. Pembersih otomatis ultrasonik dirancang untuk membersihkan alat-alat medis, bukan untuk desinfeksi atau sterilisasi. Pembersih ultrasonik digunakan untuk menghilangkan debu dari sendi, celah-celah, lumen, dan daerah lain yang sulit dibersihkan dengan metode lain. Pembersihan ultrasonik harus digunakan setelah hanya setelah debu kotor telah dihapus dari alat. Petunjuk produsen dari instrument medis harus diikuti untuk memastikan bahwa pembersihan ultrasonic tidak merusak alat karena tidak semua logam tahan terhadap proses pembersihan ultrasonik, produsen harus menetapkan batas-batas dari instrument (Anonim, 2011).

Enzim merupakan katalis yang mebantu proses pembersihan yang cepat dalam menghilangkan bahan-bahan organic seperti darah. Darah yang menggumpal di permukaan instrument, harus dibersihkan secara kimia atau secara mekanis yaitu dengan cara digosok. Larutan enzimatik digunakan sebelum proses pencucian, setelah proses ini instrument harus dicuci dengan deterjen (Carlo, 2010).

Deterjen enzimatik untuk pembersihan manual atau otomatis biasanya terdiri dari basis deterjen dengan pH netral dengan satu atau lebih jenis enzim dan penambahan surfaktan. Penggunaan deterjen enzimatik sesuai petunjuk produsen merupakan hal penting yang perlu diperhatikan (Carlo, 2010).

Pembilasan harus dilakukan menyeluruh untuk memastikan bahwa sisa-sisa deterjen sudah dibersihkan. Ini merupakan langkah penting, karena setiap residu dapat mempengaruhi efektifitas desinfeksi dan sterilisasi, serta dapat menyebabkan reaksi merugikan pada pasien yang menggunakan instrument tersebut (Anonim, 2011).

Penggunaan sistem Rigid Sterilization Container pada kasus Immediate Use Steam Sterilization harus dikonsultasikan terlebih dahulu. Sistem Rigid Container dapat  dibersihkan secara manual maupun otomatis dan harus mengikuti arahan atau petunjuk yang telah diberikan oleh supplier. Sebelum dibersihkan Rigid Container harus dilepaskan perbagian. Untuk sistem container dengan filter, filter yang sekali pakai harus dibuang atau filter holdernya dilepaskan. Untuk sistem container yang menggunakan katup, katupnya harus dibersihkan sesuai instruksi yang telah diberikan supplier. Interior keranjang juga harus dilepas dan dibersihkan. Indikator kimia, label sekali pakai dan pengunci juga harus dihilangkan. Jika pemisah dan pins mengganggu proses pencucian maka dapat dibuang juga. Kebanyakan sistem Rigid Container dapat dibersihkan secara mekanik. Proses pembersihan terpilih tergantung daripada instruksi yang telah diberikan dan dihubungkan dengan instruksi mesin pencuci apakah cocok. Saat meletakkan bagian terluar dari container pada mesin pencuci, petugas yang melakukan harus benar-benar memperhatikan. Hal ini menjadi penting agar mencegah air yang digunakan terlalu panas hingga merusak permukaan container. Deterjen yang digunakan juga harus sesuai dengan instruksi yang diberikan, container harus dibilas hingga bersih setelah proses pencucian. Setelah proses pencucian selesai maka seluruh bagian container (mur, baut, sekrup, sistem retensi filter) harus dicek apakah lengkap dan masih dapat berfungsi dengan baik (Anonim, 2011).

Beberapa rigid, reusable dan bagian alat yang disegel memang telah dirancang untuk sterilisasi menggunakan siklus Immediate Use Steam Sterilization, termasuk pre vakum, pulsating gravity-displacement, dan gravity-displacement cycles. Para supplier container harus melapirkan data ilmiah bahwa proses sterilisasi dapat efektif walaupun container yng masih tersegel di sterilisasi menggunakan Immediate Use Steam Sterilization. Sangat penting untuk mengikuti peunjuk yang telah diberikan oleh supplier, untuk meyakinkan bahwa material yang digunakan cocok untuk sterilisasi jenis ini. Pada beberapa kasus instrument dengan lumen, alat-alat keras dan berpori tidak dapat diproses dengan menggunakan metode Immediate Use Steam Sterilization dikarenakan susahnya menghilangkan air pada pori-pori dan adanya uap yang berpenetrasi (Anonim, 2011).

 

b.    Inspeksi dan Pemasangan

Setelah dibersihkan, item harus diperiksa secara visual untuk mendeteksi kotoran yang terlihat. Beberapa metode telah tersedia untuk memastikan bahwa alat-alat medis bersih dan bebas dari kotoran serta mikroorganisme. Sebuah metode sederhana yang direkomendasikan dalam ANSI/AAMI ST79:2010/A3:2012 melibatkan perangkat medis yang dibersihkan dengan 2% larutan hidrogen peroksida untuk memverifikasi bahwa tidak ada bahan yang mengandung katalase. Jika pada larutan terdapat gelembung, maka mengindikasikan bahwa residu material mengandung katalase, yang menunjukkan pembersihan tidak memadai dan perlu untuk diulang. Saat instrument ditempatkan dalam nampan sterilisasi, instrument harus terbuka dan dalam posisi terkunci (Carlo, 2010). Instrument yang bersih, terbuka dan/atau dibongkar harus diatur sehingga perpindahan udara dan kontak uap dengan mudah dapat terjadi sebagai berikut (Anonim, 2005):

1.      Posisi instrument yang memiliki permukaan cekung atau flat yang luas sehingga air tidak akan menggenang

2.      Bilas lumen jarum, tabung hisap, dan kateter dengan air steril atau air suling sehingga air dapat didorong keluar ketika pembuatan uap. Ingat bahwa adanya udara akan mencegah terjadinya kontak uap.

3.      Membuka semua instrument berengsel dan menempatkannya pada rak instrument , pin atau balok sesuai kebutuhan.

4.      Membongkar semua item yang dapat dilepas.

5.      Memposisikan barang-barang yang berat sedemikian rupa sehingga tidak merusak barang-barang yang lebih halus.

Sebaiknya, pada saat diproses hanya beberapa instrument yang menggunakan flash sterilisasi. Flashing full atau multiple tray dapat meningkatkan waktu yang diperlukan untuk memperoleh beban pada suhu sterilisasi sehingga waktu siklus total dapat ditingkatkan. Full tray lebih sulit untuk ditangani setelah sterilisasi tanpa terjadinya kontaminasi. Produsen perangkat medis yang kompleks harus berkonsultasi sebagai panduan dalam persiapan untuk sterilisasi (Anonim, 2005). Menurut AAMI, set lengkap tidak boleh di sterilisasi flash, kecuali :

1.    Ada kebutuhan mendesak.

2.    Tata letak fisik menjamin pengiriman langsung dari item yang telah disterilkan ke pengguna.

3.    Prosedur dikembangkan dan diikuti untuk penanganan aseptik dan keselamatan personel selama transfer barang steril dari sterilisasi ke pengguna.

Perlindungan kasus organisasi yang dirancang untuk bedah mikro, orthopedic dan instrument tenaga uap dapat digunakan hanya jika mereka secara khusus dirancang dan diuji untuk siklus sterilisasi flash. Instruksi dari pabriknya harus diikuti dengan hati-hati.

Beberapa wadah sterilisasi yang kaku cocok untuk sterilisasi flash. Produsen harus menyediakan bukti ilmiah untuk dokumen bahwa fungsi container benar selama proses sterilisasi flash, yang sesuai siklus dan instruksi lengkap untuk penggunaan wadah (Anonim, 2005).

 

c.    Pengemasan

Tujuan akhir dari kemasan pelindung adalah untuk menjaga instrumen selama proses transport agar tetap dalam keadaan steril seperti yang diinginkan.

·         Kontainer sterilisasi tertutup telah dibuat secara spesifik untuk flash sterilization. Seluruh kontainer tertutup dengan instrumen steril dihapus dari strilizer untuk transport ke tempat penggunaannya. Pans ini akan memberikan perlindungan yang optimal terhadap instrumen sebelum, selama dan setelah proses sterilisasi.

·         Item yang ada dibungkus dengan single-layer wripper untuk menjaga dan mempermudah transpor ke tempat penggunaannya.

·         Tray dengan penutup juga bisa digunakan, penutup dibuka selama proses sterilisasi berlangsung dan ditutup untuk menutupi pan selama transport.

Langkah -langkah tepat yang harus diambil untuk meminimalkan kontaminasi selama proses transport. Ada banyak pilihan yang harus dipertimbangkan dimana lokasi flsah sterilization.

 

Menutut AAMI :

Praktisi dapat mempertimbangkan situasi dan mengembangkan kegiatan untuk meminimalkan kontaminasi. Beberapa metode penempatan flash sterilization ditutup, menggunakan rigid sterilization container systems telah valid secara spesifik dan berlabel untuk penggunaan dalam flash sterilization, dan menggunakan teknik single wrapper sesuai siklus.

Tidak semua containers disetujui atau diuji untuk flash sterilization. Hanya containers yang didesain secara spesifik untuk siklus flash sterilization dan disiapkan oleh FDA dapat digunakan. Kombinasi komposisi bahan, rigid constructions dan desain dari tutup sterilization containers degree untuk memberikan jaminan sterilitas yang tinggi dan pembawa yang handal untuk menjaga instrumen yang disterilisasi selama proses transport. Ini membantu meyakinkan dan menghasilkan instrumen steril saat penggunaan. Peraturan FDA semua sterilisasi tertutup sebagai kelas II medis dan membutuhkan pabrikan untuk menyampaikan laporan premarket dan mencatat ijin FDA. Pabrikan yang bertanggung jawab untuk menyediakan users dengan pengujian dokumentasi dan studi validasi dan instruksi lengkap untuk penggunaan dan perawatan sterilizer.

Kemungkinan users bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi dari yang disetuji FDA flash sterilization containersbetul-betul dipertimbangkan apakah fasilitas pelayanan kesehatan bisa membuktikan hasil dari pabrikan tes. Untuk memastikan proses BIs (indikator biologis) dan CIs (indikator kimia) diletakkan disamping kontainer selama tes berlangsung. Pedoman tertulis untuk evaluasi kontainer tertutup dapat ditemukan dalam ANSI/AAMI's. Pengguna juga dapat melihat ulang pabrikan kontainer, dokumentasi untuk memastikan perangkat yang disetujui untuk menggunakan bagian dalam kontainer dan berat maksimum untuk instrumen sesuai dengan ukuran masing-masing kontainer (Carlo, 2010)

 

d.    Sterilisasi

Sterilisasi yang akan digunakan untuk flash sterilisasi harus terletak di area terbatas dari situs pengobatan. Faktor yang mempengaruhi siklus sterilisasi flash adalah variabel desain sterilisasi (misalnya: model sterilisasi, metode ait removal, sterilisasi pemeliharaan). Pemilihan parameter siklus yang benar untuk perangkat yang akan disterilkan sangatlah penting. Waktu minimum parameter untuk mencapai kisaran sterilisasi flash yaitu 3-10 menit tetapi tergantung pada jenis perangkat yang mau disterilkan dan metode sterilisasi yang digunakan (prevacuum atau gravity-displacement). sterilisasi flash harus mengaturan suhu, waktu pemaparan dan  waktu pengeringan harus dipilih sesuai dengan perangkat dan instruksi sterilisasi (Carlo, 2010).

Proses sterilisasi meliputi gravity displacement dan dynamic air-removal cycles (prevacuum). Siklus ini diprogram untuk pengaturan waktu-suhu tertentu yang ditetapkan oleh produsen berdasarkan jenis, kontrol sterilisasi dan berdasarkan konfigurasi beban (tabel 1).


Waktu paparan dapat diperpanjang sedikit dan waktu pengeringan sangat singkat termasuk ketika kontainer yang digunakan untuk sterilisasi flash, dan waktu dapat bervariasi ketika kemasan tunggal yang digunakan. Instruksi dari pabriknya untuk digunakan harus ditinjau dan diikuti ketika metode kemasan yang digunakan. Item yang diproses harus aseptik dipindahkan segera dari sterilisasi ke penggunaan. Meskipun item dibungkus, tidak ada kehidupan penyimpanan atau rak barang flash sterilisasi.

Instrumen sterilisasi flash dapat digunakan jika memenuhi berikut ini:

1.      Memastikan pembersihan, dekontaminasi, inspeksi, dan pengaturan instrumen ke dalam baki sterilisasi atau perangkat penahanan lain sebelum sterilisasi.

2.      Tampilan fisik dari departemen atau area kerja menjamin pengiriman langsung item yang telah disterilkan sampai ke pengguna.

3.      Prosedur dikembangkan, diikuti dan diaudit untuk memastikan penanganan aseptik dan keselamatan personel selama transfer barang steril dari alat sterilisasi sampai ke pengguna

4.      Item yang diperlukan untuk digunakan segera setelah sterilisasi flash

 

Pertimbangan lain ketika menggunakan sterilisasi flash meliputi:

1.      Sterilisasi flash implan tidak dianjurkan

2.      Untuk perangkat tertentu, waktu pemaparan bisa diperpanjang, pengeringan mungkin diperlukan untuk beberapa perangkat untuk memastikan keawetan dan performa alat tetap seperti sebelumnya.

3.      Beberapa manufaktur tidak recomendasi sterilisasi flash untuk beberapa perangkat khusus. Instrumen atau perangkat yang terbaik dapat menentukan parameter sterilisasi yang dibutuhkan, sehingga instruksi tertulis dari alat manufarkur harus dikonsultasikan dan diikuti (Anonim, 2011).

 

Area sterilisasi

Steam sterilizer digunakan untuk flash sterilisasi harus berada di lokasi yang tidak mudah dijangkau dimana personel diharuskan untuk memakai pelindung rambut, masker, dan pakaian bedah lengkap. Area sterilisasi seharusnya bersebelahan langsung atau bagian dari tempat dimana item yang disterilisasi digunakan untuk pasien. Sterilizer seharusnya tidak boleh berada di lokasi yang dekat dengan sumber yang berpotensi sebagai kontaminasi, seperti area pembuangan alat sekali pakai. Fasilitas cuci tangan harus berada di lokasi yang nyaman dan dekat dengan semua area dimana intrumen di dekontaminasi dan di siapkan untuk di sterilisasi dan juga untuk memperlihatkan bagaimana cara cuci tangan yang baik. pekerjaan rumah tangga untuk area sterilisasi harus mencakup permbersihan lantai setiap hari dan permukaan lantai yang horizontal dan pembersihan lantai seperti biasanya. Perhatian khusus harus diberikan terhadap urutan pembersihan untuk menghindari transfer kontaminan dari area kotor ke area bersih.

Temperature, kelembaban, penerangan, dan ventilasi di area sterilisasi harus di kontrol dan dideskripsikan untuk area dekontaminasi. Lalu lintas di area dimana sterilisasi flash dilakukan harus dibatasi dan hanya personel berwenang yang boleh masuk. Kontrol lalu lintas yang baik dengan pembatasan kesempatan untuk kontaminasi dari item sterilisasi flash selama proses pengeluaran dari sterilizer dan transfer ke pengguna.

Pesonel

Orientasi awal dan pelatihan pekerjaan harus diberikan untuk semua personel yang terlibat dalam prose sterilisasi flash, termasuk:

1.      Prinsip dasar mikrobiologi

2.      Dekontaminasi dari alat medis

3.      Preparasi barang untuk sterilisasi flash

4.      Instruksi dalam penggunaan sterilizer

5.      Parameter dari steam sterilisasi

6.      Institusi infeksi-badan yang mengontrol dan prosedur (mengawasi pemeliharaan sterilitas dari barang sterilisasi flash selama transport dari sterilizer ke tempat pengguna.

Proses sterilisasi

Sterilisasi flash selalu diletakkan di baki rata di dalam sterilizer, tidak hanya untuk menyimpan instrument dan menjaga dari kerusakan, tetapi juga memberikan fasilitas pengeluaran udara, kontak dengan uap, dan pengeringan.

Parameter yang disebutkan sebelumnya harus diikuti untuk gravity-displacement, prevacum, atau single wrap (Anonim, 2005).

 

e.    Bahan Implan

Tidak semua bahan, instrument atau alat dapat disterilisasi menggunakan Flash Steam Sterilization, harus mengikuti instruksi/ arahan yang telah diberikan oleh supplier masing-masing. Salah satu alat yang direkomendasikan untuk tidak disterilisasi menggunakan Flash Steam Sterilization kecuali dalam keadaan tertentu saja adalah bahan implant. Bahan implant adalah bahan sintetik eksogen yang dapat dipasangkan kedalam tubuh manusia untuk menggantikan fungsi organ yang tidak dapat bekerja dengan baik (Carlo, 2010).

Menurut AAMI, bahan implant tidak harus disterilisasi menggunakan Flash Steam Sterilization. Kemungkinan pasien mendapat bahan implant yang tidak steril sangat potensial terjadi. Kooperasi dengan supplier mengenai perencanaan yang baik, packaging yang memadai dan manajement penimpanan dapat meminimalkan kebutuhan bahan implant untuk di Flash Steam Sterilization (Carlo, 2010).

Menurut AORN, bila teknik Falsh Steam Sterilization tidak dapat dihindari lagi untuk mensterilisasi bahan implant maka dilakukan monitoring indikator biologi berkecepatan tinggi bersamaan dengan indicator kimia kelas V. Sterilisasi dilakukan hingga indikator biologi berkecapatan tinggi mengeluarkan hasil negatif. Monitoring indikator biologi brkecapatan tinggi yang digunakan untuk monitoring Flash Steam Sterilization yang digunakan adalah enzim. Waktu yang dibutuhkan adalah 1 jam untuk gravity-displacement cycle, 3 jam untuk sistem vakum. Untuk indikator biologi konvensional biasanya membutuhkan waktu 24 jam inkubasi sebelum hasil uji menunjukan negative atau postif (Carlo, 2010).

 

  Monitoring

Memantau dan memverifikasi proses flash sterilization merupakan elemen penting untuk penjaminan kualitas. Setiap siklus flash sterilization harus dipantau secara rutin dengan monitoring fisik, CI’s dan BI’s untuk memverifikasi bahwa parameter yang diperlukan untuk sterilisasi telah dipenuhi. Kontrol proses ini menyediakan sistem yang efektif, terdokumentasi, ketepatan dan keseimbangan dari flash sterilization. Semua hasil proses kontrol harus terintepretasi dan terverifikasi sebelum instrument dan set steril siap untuk digunakan (Carlo, 2010).


a. Monitoring Fisik

Monitoring fisik  menunjukkan kondisi sterilisasi selama siklus. Alat pengukur, rekaman diagram/ grafik dan sistem komputerisasi cetakan digital digunakan untuk memantau waktu, suhu dan tekanan (Carlo, 2010).

Monitoring fisik berguna untuk awal pendeteksi malfungsi alat sterilisasi. Monitoring fisik harus diperiksa setiap sebelum, selama dan setelah siklus sterilisasi untuk memverifikasi bahwa kesesuaian parameter untuk sterilisasi telah tercapai dan dapat dipertahankan untuk waktu yang tepat. Seluruh personel yang mengoperasikan alat sterilisasi harus sepenuhnya mengerti bagaimana menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari alat tersebut (Anonim, 2005).

 

2.6.1 Indikator Kimia (CI’s)

Indikator kimia adalah perangkat monitoring proses sterilisasi yang memberikan respon dengan perubahan karakteristik kimia atau fisika pada satu atau lebih kondisi fisika dalam chamber sterilisasi. Indikator kimia diharapkan dapat mendeteksi potensi terjadinya kegagalan dalam proses sterilisasi yang mungkin terjadi karena kesalahan personel atau malfungsi alat sterilisasi.

Sebuah indikator kimia dipilih berdasarkan data pabrikan yang dapat dipercaya, aman dan memiliki karateristik performa. Informasi tertulis harus diperoleh tentang bagaimana menginterpretasikan hasil indikator, kondisi sterilisasi yang akan terdeteksi oleh indikator, persyaratan penyimpanan dan shelf-life indikator (Steris). Indikator kimia atau integrator harus digunakan secara eksternal dan internal. Saat digunakan, CI’s diletakkan pada bagian sisi kontainer yang paling sulit untuk dilakukan steruilisasi. Jika indikator kimia non responsif atau tidak meyakinkan, item tidak boleh digunakan.

Menurut ANSI/ AAMI ST79: 2010, tes pengosongan udara secara vakum pada alat sterilisasi uap (misalnya, Bowie-Dick test) harus dilakukan setiap hari saat dilakukan sterilisasi. Test pack harus ditempatkan di rak paling bawah dalam sebuah chamber kosong dekat pintu dan diatas saluran. Tes ini sensitif dan merupakan cara cepat untuk mendeteksi kebocoran udara, pengosongan udara yang tidak memadai dan kurangnya penetrasi uap. Pengosongan udara yang tidak memadai dapat mencegah sterilisasi dan mengakibatkan item menjadi tidak steril jika tidak terdeteksi. Uji Bowie-Dick tidak menguji sterilitas, hanya menguji pengosongan udara atau penyebaran uap dalam chamber selama proses sterilisasi. Ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti BI’s, tetapi sebagai tes tambahan (Carlo, 2010).

 

Indikator Biologis (BI’s)

Indikator biologis digunakan untuk menguji kemampuan siklus sterilisasi dalam membunuh mikroorganisme. Indikator yang digunakan untuk tipe sterilisasi uap mengandung spora Bacillus stearothemophilus, yaitu bakteri yang tidak menyebabkan penyakit pada manusia namun sangat tahan dibunuh dengan sterilisasi uap (Anonim, 2005).

Beberapa produk BI’s telah tersedia untuk  flash sterilization (Anonim, 2005). Pemantauan biologi harus dilakukan setidaknya setiap minggu dan sebaiknya setiap hari saat alat flash sterilization sedang digunakan. Setiap jenis siklus yang digunakan (misalnya, gravitasi, prevacuum, aliran uap, tekanan uap) harus diuji dengan indikator biologis. Selain itu, setiap jenis konfigurasi chamber yang digunakan (misalnya, chamber terbuka, item tunggal terbungkus, pelindung chamber, kontainer sterilisasi) harus diuji secara terpisah (Carlo, 2010).

Saat memilih indikator biologis beberapa informasi yang harus didapat dari pabrikan adalah:

·      Kemampuan BI

·      Keamanan

·      Karakteristik Performa

·      Penyimpanan

·      Handilng

·      Penggunaan

Sebelum menggunakan lot BI baru 1 BI diambil dan digunakan sebagai kontrol. Kontrol BI ini tidak disterilisasi tapi ditangani dan diinkubasi sesuai dengan instruksi pabrikan. Kontrol akan mununjukkan pertumbuhan positif apabila ada pertumbuhan mikroorganisme dan BI tersebut siap untuk digunakan.

Semua sterilisasi uap termasuk siklus flash harus menggunakan tes BI’s dengan tiga tes berturut-turut saat menggunakan alat sterilisasi baru dan setelah dilakukan perbaikan alat sterilisasi untuk menjamin sterilitas obat dan instrumen.

Untuk tes rutin, ikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Letakkan satu BI’s dan CI’s secara terpisah di dasar chamber. Tes ini dilakukan saat alat sterilisasi kosong untuk meminimalkan kegagalan proses. Chamber yang terisi membutuhkan waktu lama untuk mencapai suhu sterilisasi yang dapat meningkatkan kegagalan proses. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa mikroorganisme dapat dibunuh dengan meminimalkan kegagalan proses.

Jika hasil tes pada Chamber kosong negatif dan hasil pada rigid container positif di hari dan alat sterilisasi yang sama maka “empty tray” menunjukkan bahwa Chamber dirancang untuk membunuh mikroorganisme. Hasil positif pada rigid container menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan adanya pengosongan udara dan penetrasi dari sterilan. Pada metode “open tray” dari flash sterilization aman untuk digunakan. Rigid container baru dapat digunakan jika hasil pengujian menunjukkan hasil negatif.

2.      Letakkan indikator sehingga bila chamber ditempatkan di rak bawah jika tidak chamber harus dalam keadaan kosong, BI’s diletakkan sedekat mungkin dengan saluran udara karena itu biasanya merupakan bagian paling dingin pada chamber

3.      Lakukan siklus sterilisasi sesuai dengan instruksi pabrikan

4.      Saat siklus berakhir, tangani tes chamber secara hati-hati menggunakan sarung tangan pelindung

5.      Biarkan BI’s dalam keadaan dingin. Tangani sesuai dengan instruksi pabrikan.

6.      Inkubasi BI’s sesuai dengan instruksi pabrikan, secara umum pada suhu 131o F (55o C) (Bacillus stearothermophilus tidak tumbuh dibawah suhu tersebut dan akan tumbuh bila siklus sterilisasi tidak efektif)

7.      Interpretasikan hasil, siklus sterilisasi berfungsi baik bila tidak ada mikroorganisme yang tumbuh saat tes dilakukan.

Jika setelah inkubasi terjadi pertumbuhan mikroorganisme, proses sterilisasi harus dihentikan dan hasilnya dilaporkan kepada supervisor. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:

·           Memeriksa indikator fisika dan kimia untuk melihat indikasi terjadinya kesalahan proses

·           Menentukan penyebab kegagalan, jika ada bekerjasama dengan petugas teknisi

·           Melakukan uji mikroorganisme untuk mengidentifikasi tumbuhnya Bacillus atau mikroorganisme lain yang mungkin mengkontaminasi setelah sterilisasi.

·           Tes ulang alat sterilisasi dengan BI’s

·           Jika proses sterilisasi gagal, tarik semua produk sterilisasi sejak proses sterilisasi terakhir yang memiliki hasil uji BI’s baik

·           Laporkan pada departemen pengendalian infeksi sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat dan dapat dilakukan pengawasan.

Semua hasil dari BI’s termasuk control positif, harus diinterpretasikan oleh petugas yang

terkualifikasi dan termasuk pendokumentasian. Hasil tes biologi yang baik adalah jika BI’s memberikan hasil negative dan control BI’s memberikan hasil positif (Anonim, 2005).

 

Dokumentasi

Catatan dokumen memantau proses sterilisasi yang terjadi dan memberikan bukti bahwa siklus parameter telah dipenuhi. Pencatatan diperlukan untuk mendokumentasikan informasi penting seperti alasan untuk melakukan flash sterilization, termasuk (Anonim, 2005):

·         Tanggal

·         Nama personel yang mendekontaminasikan

·         Nama atau nomer alat sterilisasi

·         Tipe dari siklus terilisasi yang digunakan

·         Load contents (instrument, set instrument individu)

·         Waktu dan suhu sterilisasi

·         Nomer ruang operasi

·         Nama pasien (tergantung dari kebijakan masing-masing rumah sakit)

·         Waktu

·         Personel yang bertanggung jawab selama proses loading/unloading

·         Hasil dari BI’s, CI’s dan Bowie-Dick test dan informasi lain yang berkaitan.

 

Pemeliharaan peralatan sterilisasi harus didokumentasikan untuk setiap proses sterilisasi. Informasi yang cukup dapat ditunjukkan untuk mengidentifikasi sterilisasi uap dan membuka kembali semua dokumen perbaikan baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal, yang termasuk didalamnya (Anonim, 2005) :

·         Tanggal diminta perbaikan

·         Model dan serial number dari alat sterilisasi

·         Lokasi alat sterilisasi

·         Orang yang meminta dan berwenang melakukan perbaikan

·         Alasan dilakukan perbaikan alat

·         Menjelaskan kinerja dari alat yang akan diperbaiki

·         Tipe dan nomer dari bagian alat yang akan diperbaiki

·         Nama personel yang mengoperasikan alat

·         Tanggal perbaikan telah diselesaikan

·         Tanda tangan atau nama dari personel yang menyelesaikan perbaikan.

 

Informasi harus didokumentasikan dalam logbook penelitian flash sterilization (Gambar 1). Catatan Flash sterilization harus dapat ditelusuri di setiap penggunaan beban instrumen atau set yang pada pasien, melakukan audit dan jika diperlukan dilakukan penarikan barang yang telah disterilisasi atau jika catatan flash sterilization diperlukan untuk perkara hukum. Pemeriksaan catatan flash sterilization  secara rutin menunjukkan gambaran yang baik tentang seberapa sering flash sterilization yang dilakukan dan mengapa, serta volume dan jenis instrumen dan set instrumen yang disterilkan. Informasi ini digunakan untuk menentukan penurunan performa flash sterilization (Anonim, 2005).

 

Sample Flash Sterilization Log

Date :                                                                                  Sterilizer Number :

Reason

Patient Identification

Contents (set/instrument)

Cycle ID

Time and Temperature

CI’s and BI’s

Sterilizer operator ID

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Sample Flash Sterilization

 

Departemen bertanggung jawab untuk kebijakan pengolahan fasilitas dan prosedur, proses sterilisasi atau pelayanan pusat untuk mengaudit proses flash sterilization. Hasil audit juga digunakan untuk menentukan tarif penggunaan alat flash sterilization. Informasi hasil audit dilakukan setiap bulan (Gambar 2).  Informasi hasil audit dapat digunakan untuk merangkum temuan dan membuat rekomendasi untuk meningkatkan proses dan secara berkala menyampaikan laporan kepada departemen pengendalian infeksi dan manajer departemen juga komite lain yang sesuai. Manajer harus mempertimbangkan pembentukan tim peningkatan kualitas terdiri dari perioperatif, pengolahan steril dan kontrol infeksi personel untuk meninjau flash sterilization saat ini dan membangun inisiatif perbaikan proses yang akan membantu memastikan keamanan, aplikasi yang tepat dan penggunaan proses flash sterilization (Anonim, 2005).

Sampel Annual Falsh Sterilization Usage

Month

Total # surgical cases

Total # of flash cycle

Patient receiving flashed item (#/%)

Patient receiving dropped item (#/%)

Patient receiving physician item (#/%)

Insufficient facility-owned instrument/sets identified

Insufficient outside instrument/sets identified

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Sampel Annual Falsh Sterilization Usage


  

Solusi inovativ dari kemajuan teknologi dengan mengubah cara sterilisasi yang sedang dilakukan saat ini menjadi sterilisasi kilat. Yang sedang dilakukan saat ini yaitu dengan melakukan standarisasi beban, parameter yang diharapkan adalah siklus sterilisasi membutuhkan waktu yang lebih singkat dan produk yang dihasilkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan jaminan ketika menggunakan sterilisasi flash. Untuk sterilisasi menggunakan container bedah dirancang untuk flashing harus disegel dengan untuk menghindari rekontaminasi. Gunakan pembersihan dengan menggunakan enzimatik untuk mempercepat proses pembersihan, membeli perangkat medis yang mudah dibongkar agar mudah dibersihkan.

Dengan ditemukan sterilisasi flash ini dapat menjadi pilihan baru untuk metode sterilisasi. Banyak pilihan metode sterilisasi namun tidak semua memiliki simtem yang sama. Ada beberapa pertanyaan yang harus di dijawab untuk menentukan pilihan metode sterilisasi yang tepat ditinjau dari dokumentasi dan pertimbangkan juga tentang cara pengiriman barang – barang hasil produk steril ke departemen pusat layanan untuk diproses. 

Flash sterilisasi terus menyajikan tantangan baru untuk staf yang bertugas pada pengelolahan instrument karena banyak variable yang hadir yang harus diperhatikan sebelum melakukan sterilisasi dengan cara ini. Sterilisasi cepat dalam siklus yang singkat membutuhkan kewaspadaan yang lebih besar dari sterilisasi yang lain untuk menghasilkan produk yang aman dan efektif pada pengolahan instrumen.



DAFTAR PUSTAKA

 

Acosta, S.I., Stempliuk, V.A., 2009. Sterilization Manual For Health Centers. Washington, D.C. : Pan American Health Organization

Anonim, 2005. Study Guide : The Hot Issues Of Flash Sterilization, A Continuing Education Study Guide. USA : Steris Corporation.

Anonim, 2011. Rigid Containers For Immediate Use Steam Sterilization, AORN Congress 58th. Philadelphia, Pennsylvania : Pfiedler Enterprises

Arlington, V.A., 2012. Comprehensive Guide To Steam Sterilization And Sterility Assurance In Health Care Facilities, Amendment 3, ANSI/AAMI ST79:2010/A3:2012. USA : American National Standards Institute, Inc.

Carlo, A., 2010. The New Era Of Flash Sterilization, in AORN Journal vol. 88

CHRISP – Centre for Healthcare Related Infection Surveillance and Prevention, 2008. Disinfection And Sterilization Infection Control Guidelines Section 3 Sterilization, in Disinfection & Sterilization Guidelines Queensland Health.

Frieze, M. And Carlo, A., 2003. Flash Sterilization : A Case Study, in http://casemedical.com. Central Sterile Management

Rutala, W.A., Weber, D.J., et al, 2008. Guideline For Disinfection And Sterilization In Healthcare Facilities

The Joint Commission, 2012. Spotlight on Success : Hospital Reduce Flash Sterilization Rate, in The Source, vol. 10 (5)