The Pharmacist Room: Semax
Showing posts with label Semax. Show all posts
Showing posts with label Semax. Show all posts

SEMAX DROP NEUROPEPTIDE YANG EFEKTIVITASNYA DIGUNAKAN SEBAGAI NEUROPROTEKSI PASIEN ISKEMIK SEREBRAL


                     
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa. Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Intervensi yang efektif untuk perawatan stroke akut sangat dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian dan mengurangi morbiditas orang-orang yang selamat dari stroke. Penelitian terakhir untuk mengembangkan pengobatan terbaru stroke telah memfokuskan pada mekanisme untuk meningkatkan aliran darah ke area iskemik atau untuk memperbaiki kemampuan intrinsik dari parenkim otak untuk melawan iskemia. Membatasi intensitas dan durasi iskemia dapat mengurangi lesi pada neuron yang luas. Walaupun intensitas iskemia sulit dikontrol, durasi dari serangan iskemia dapat diminimalisir dengan intervensi farmakologis.

Tujuan terkini dari terapi stroke akut adalah restorasi perfusi serebral dan untuk melindungi jaringan otak sebelum perkembangan kerusakan ireversibel. Proses rekanalisasi menggunakan trombolitik kembali menghadirkan pengobatan yang paling efektif dan intuitif untuk iskemia serebral akut. Namun sayangnya, karena kriteria klinis yang tepat/seksama yang menjadikan trombolisis memungkinkan, pendekatan ini dibatasi hanya pada sedikit pasien, dan diperkirakan hanya sekitar 5% dari semua pasien serebrovaskular akut yang cocok dengan pengobatan rtPA. Kebutuhan akan strategi terapeutik baru yang sesuai untuk mayoritas pasien stroke akut untuk itu jelas, dalam hal menyelamatkan jaringan otak iskemik sebanyak yang memungkinkan.

Istilah neuroproteksi mengarah kepada mekanisme didalam sistem saraf yang melindungi sel saraf (neuron) dari apoptosis atau degenerasi, misalnya hasil dari lesi di otak atau sebagai hasil dari penyakit neurodegenaratif kronik. Kata-kata neuroproteksi berasal dari kata “neuron” (bahasa Yunani untuk sel saraf) dan “protection” (bahasa Latin untuk “melindungi”). Neuroproteksi adalah mekanisme dan strategi yang digunakan untuk melindungi dari lesi dan degenerasi sel neuron di Sistem Saraf Pusat (SSP/CNS) yang mengikuti gangguan akut (misal, stroke atau trauma/lesi sistem saraf) atau sebagai hasil dari penyakit neurodegeneratif (misal, Parkinson, Alzheimer, Multiple Sclerosis).
Tujuan neuroproteksi adalah untuk membatasi kematian/disfungsi neuron setelah lesi SSP dan mencoba untuk mempertahankan kemungkinan tertinggi keutuhan interaksi seluler di dalam otak berakhir pada fungsi neuronal yang tidak terganggu. Terdapat jarak yang lebar pada produk-produk neuroproteksi yang tersedia atau yang sedang diteliti dan beberapa produk dapat digunakan secara potensial pada lebih dari satu gangguan, seperti kebanyakan mekanisme yang mendasari kerusakan jaringan saraf (keduanya gangguan akut dan penyakit neurodegeneratif kronik) yang serupa. Produk-produk dengan efek neuroprotektif dikelompokkan pada kategori berikut :
  • Perangkap radikal bebas
  • Agen anti eksitotoksik
  • Penghambat apoptosis (kematian terprogram sel)
  • Agen anti inflamasi
  • Faktor neurotropik
  • Kelator ion logam
  • Pengatur kanal ion
  • Terapi gen
Untuk menjaga sel-sel otak iskemik tetap hidup, tujuan agen neuroprotektif adalah bekerja di dalam cascade iskemik yang mungkin dapat merugikan sel. Agen-agen tersebut dapat dibagi secara luas ke dalam kelompok-kelompok yaitu menyimpan kembali keseimbangan ion, menghambat reseptor, mencegah reperfusi lesi, atau meningkatkan penyembuhan pada neuron. Saat ini, agen-agen neurprotektif telah menunjukkan kurangnya kemanjuran dalam percobaan klinis stroke dan dibatasi oleh efek samping. Percobaan klinis yang terus menerus dengan agen-agen terbaru mencoba untuk mengikuti populasi yang lebih homogen dari pasien stroke dalam usaha mendemonstrasikan keuntungan pengobatan.

Semax adalah neuropeptida yang dikembangkan dari fragmen pendek ACTH, Pro8-Gly9-Pro10 ACTH (4-10) dan merupakan peptida neuroaktif dengan sifat neuroregulator yang unik. Semax merupakan tambahan revolusioner ke perbekalan profesi medis dalam memerangi dampak buruk dari serangan iskemik pada otak seperti yang disebabkan oleh stroke otak dan cedera kepala.
Obat ini memungkinkan peningkatan yang signifikan dalam melindungi neuron, mengurangi ukuran infark dan kerusakan permanen neuron, pemulihan kapasitas mental dan motorik setelah serangan iskemik, dan juga mempengaruhi kapasitas intelektual dan memori.
Pengaruh Semax pada fungsi sistem saraf pusat telah dinilai dalam berbagai studi. Meskipun Semax telah berhasil digunakan dalam beberapa tahun untuk klinis pengobatan stroke, hipoksia otak, dan trauma otak, namun mekanisme molekuler efektivitas Semax adalah masih belum sepenuhnya dipahami. Tetapi dimungkinkan bahwa efek neuroprotektif dari Semax terkait dengan ekspresi gen neurotropin seperti induksi cepat BDNF dan NGF mRNA.

Metode yang digunakan adalah review jurnal (studi pustaka) terhadap efektivitas Semax drop sebagai agen neuroprotektif melalui jurnal-jurnal ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan teori yang mendukung penulisan ini. Jurnal yang digunakan adalah jurnal yang relevan dengan karya tulis dan merupakan jurnal eksperimental. Jurnal ilmiah tersebut didapat dari searching elektronik melalui situs ilmiah yang dilakukan dengan memasukkan kata kunci “semax, effectively, neuroprotective”, diperoleh 6 jurnal yang relevan dengan karya tulis dan merupakan jurnal eksperimental. Jurnal hasil seleksi dipaparkan ke dalam karya tulis kemudian data dianalisis.
Berdasarkan kata kunci yang digunakan yaitu “semax, effectively, neuroprotective”, terdapat 6 jurnal yang relevan dengan karya tulis. Jurnal tersebut dipaparkan pada tabel I.
Pengarang, TahunRingkasan
Semax and Pro-Gly-Pro Activate the Transcription of Neurotrophins and Their Receptor Genes after Cerebral IschemiaVeronika, G.D., Oksana, V.P., Veronika I.S., Svetlana, A.L., Nikolai, F.M., Lyudmila, V.D., 2010Semax dan PGP (Pro-Gly-Pro) mengaktifkan transkripsi neurotropin dan reseptornya dalam korteks tikus subjek pada pMCAO (permanent Middle Cerebral Artery Occlusion). Analisis perubahan transkripsi pada PGP (Pro-Gly-Pro) dan pengobatan Semax di korteks tikus tanpa operasi, tikus yang merupakan subjek pMCAO mengungkapkan bahwa Semax selektif mempengaruhi transkripsi neurotrophins dan reseptornya dalam korteks iskemik tikus, sedangkan pengaruh PGP tidak spesifik
The study of chronic partial denervation and quality of life in patients with motor neuron disease treated with semaxSerdiuk, A.V., Levitskiĭ, G.N., Miasoedov N.F.,Skvortsova V.I., 2007Semax (larutan 1%) tidak mempengaruhi baik jalannya CPD (Chronic Partial Denervation) atau dinamika estimasi klinis, khususnya defisit fungsional ditandai pada bulbar, serviks dan tingkat lumbosakral dari segmental persarafan. Namun, larutan semax 1% secara signifikan meningkatkan total estimasi kualitas hidup akibat perbaikan keadaan emosi dan motivasi pada pasien MND (Motor Neuro Disease) dengan efek maksimal pada 10 hari. Temuan ini menunjukkan bahwa semax 1% layak untuk penggunaan dalam terapi paliatif MND kompleks.
Protective effect of peptide semax the rat heart in acute myocardial infarctionGolubeva, A.V., Find all citations by this author(default).Or filter your current search Gavrilova, S.A., Find all citations by this author (default).Or filter your current search Lipina, T.V., Find all citations by this author(default).Or filter your current search Shornikova, M.V., Find all citations by this author (default).Or filter your current search Postnikov, A.B., Find all citations by this author(default).Or filter your current search Andreeva., L.A, Find all citations by this author (default).Or filter your current search Chentsov Iu.S.,Find all citations by this author(default).Or filter your current search Koshelev V.B., 2006Semax (150 microg/kg), diberikan i.p. 15 menit dan 2 jam setelah oklusi koroner, tidak menimbulkan efek pada fungsi jantung, tapi benar-benar mencegah iskemia yang disebabkan perubahan ultra kardiomiosit. Efek perlindungan ini didampingi oleh kemampuan peptida untuk menghambat peningkatan konsentrasi nitrat plasma, yang diamati pada kelompok AMI (Acute Myocardial Infarction)
Semax, an analogue of adrenocorticotropin (4–10), binds specifically and increases levels of brain-derived neurotrophic factor protein in rat basal forebrainDolotov, O.V., Karpenko, E.A., Seredenina, T.S., Inozemtseva, L.S., Levitskaya, N.G., Zolotarev, Y.A., Kamensky, A.A., Grivennikov, I.A., Engele, J., and Myasoedov, N.F., 2006Analisis Sandwich immunoenzymatic mengungkapkan bahwa Semax diterapkan intranasal pada 50 dan 250 µg/kg berat badan menghasilkan peningkatan pesat kadar
BDNF setelah 3 jam di basal otak depan, tetapi tidak di cerebellum. Hasil ini menunjukkan adanya titik pengikatan spesifik untuk Semax di basal otak depan tikus. Selain itu, temuan ini menunjukkan bahwa efek kognitif yang diberikan oleh Semax mungkin terkait, setidaknya sebagian, dengan peningkatan kadar protein BDNF di wilayah otak

Semax in prevention of disease progress and development of exacerbations in patients with cerebrovascular insufficiencyGusev, E.I., Skvortsova, V.I., Chukanova, E.I., 2005Semax menghasilkan perbaikan klinis yang signifikan, stabilisasi kemajuan penyakit dan mengurangi risiko stroke dan serangan iskemik. Obat ini ditampilkan dengan presentase kecil efek samping dan ditoleransi dengan baik oleh pasien, termasuk kelompok-kelompok umur yang lebih tua

Effect of Semax (ACTH4-10 Pro-Gly-Pro) on free radicalformation in brain ischaemia: experimental and clinical studyBashkatova, V., Alekseev, A., Fadyukova, O., Skvortsova, V., Vitskova, G., Tolordava, I., and Koshelev, V., 2001Semax terbukti sangat efektif dalam menghambat meningkatnya NO dan memulihkan fungsi neurologis selama iskemia otak global. Administrasi semax didampingi oleh hasil klinis peningkatan serta penurunan tingkat TBARS di CSF pada pasien dengan 3 hari di bandingkan dengan kelompok plasebo. Meskipun mekanisme yang tepat yang mendasari efek saraf Semax tidak diketahui, data dukungan penelitian ini yang mungkin berhubungan dengan kemampuan senyawa untuk mengurangi proses radikal bebas.
Semax adalah peptida sintetis, yang terdiri dari fragmen hormon N-terminal adrenokortikotropik (4-7) (ACTH4-7) dan peptida Pro-Gly-Pro C-terminal. Semax meningkatkan kelangsungan hidup neuron dalam hipoksia, meningkatkan perhatian selektif dan penyimpanan memori. Hal ini menunjukkan bahwa peptida sintetik ini memberikan sejumlah ekspresi gen, terutama otak diturunkan gen faktor neurotropik (BDNF) dan gen faktor pertumbuhan saraf (NGF).

Pada jurnal Semax and Pro-Gly-Pro Activate the Transcription of Neurotrophins and Their Receptor Genes after Cerebral Ischemia menunjukkan bahwa pengobatan Semax meningkatkan ekspresi BDNF mRNA pada tikus korteks iskemik 3 jam setelah oklusi. Perubahan Nt-3 ekspresi mRNA yang diikuti dalam iskemik otak tikus dengan perlakuan Semax dan peningkatan 24 jam setelah oklusi dan penurunan 72 jam setelah oklusi diamati. Pengobatan semax meningkatkan ekspresi NGF mRNA dalam korteks iskemik tikus 24 dan 72 jam setelah oklusi. Kemudian, tingkat penurunan ekspresi mRNA BDNF diamati dalam korteks tikus tanpa operasi setelah 3 jam dari pengobatan PGP dibandingkan dengan tikus diperlakukan dengan saline.

Semax dan PGP menunjukkan pengaruh aktivasi terhadap ekspresi sistem neurotrophins dan reseptornya, meningkatkan neuroproteksi sel dan mempertahankan jaringan saraf setelah iskemia otak. Pengaruh aktivasi sebagian besar diamati 3 dan 24 jam setelah serangan iskemik saat sel-sel di penumbra masih mempertahankan kegiatan fungsional mereka dan mampu bertahan. Analisis perubahan transkripsi pada PGP (Pro-Gly-Pro) dan pengobatan Semax di korteks tikus tanpa operasi, tikus yang merupakan subjek pMCAO mengungkapkan bahwa Semax selektif mempengaruhi transkripsi neurotrophins dan reseptornya dalam korteks iskemik tikus, sedangkan pengaruh PGP tidak spesifik.

Jurnal “The study of chronic partial denervation and quality of life in patients with motor neuron disease treated with semax” menyatakan bahwa Studi tentang Chronic Parsial Denervation (CPD) dan kualitas hidup dilakukan pada 27 pasien dengan diagnosis yang pasti Motor Neuron Disease (MND) diobati dengan semax (larutan 1%). Elektromiography (EMG) dilakukan tiga kali dengan jangka pendek interval 2 bulan (60 hari sebelum perlakuan dan pada 1 hari dan 48 hari penelitian) di tiga otot pada bulbar, tingkat serviks dan lumbosakral. Larutan semax 1% secara signifikan meningkatkan total estimasi kualitas hidup akibat perbaikan keadaan emosi dan motivasi pada pasien MND (Motor Neuro Disease) dengan efek maksimal pada 10 hari. Temuan ini menunjukkan bahwa semax 1% layak untuk penggunaan dalam terapi paliatif MND kompleks.

Pada jurnal “Protective effect of peptide semax the rat heart in acute myocardial infarction” menyatakan bahwa Semax, anggota keluarga yang diturunkan dari ACTH peptida, telah digunakan dalam pengobatan pada pasien stroke iskemik akut. Semax menurunkan defisit neurologis dan mengurangi produksi tinggi NO di otak tikus, yang disebabkan oleh hipoperfusi serebral akut. Diketahui juga semax dapat melindungi jantung tikus dari kerusakan iskemik pada infaction miokard akut (AMI). Semax (150 microg/kg), diberikan i.p. 15 menit dan 2 jam setelah oklusi koroner, tidak menimbulkan efek pada fungsi jantung, tapi benar-benar mencegah iskemia yang disebabkan perubahan ultra kardiomiosit. Efek perlindungan ini didampingi oleh kemampuan peptida untuk menghambat peningkatan konsentrasi nitrat plasma, yang diamati pada kelompok AMI (Acute Myocardial Infarction).

Pada jurnal “Semax, an analogue of adrenocorticotropin (4–10), binds specifically and increases levels of brain-derived neurotrophic factor protein in rat basal forebrain” menyatakan bahwa efek kognitif yang diberikan oleh Semax mungkin setidaknya sebagian akan terkait dengan perubahan di tingkat protein BDNF dalam daerah otak. Target daerah basal otak depan neuron kolinergik adalah hipokampus dan korteks. Semax diterapkan intranasal pada 50 dan 250 µg/kg berat badan menghasilkan peningkatan pesat kadar BDNF setelah 3 jam di basal otak depan, tetapi tidak di cerebellum. Hasil ini menunjukkan adanya titik pengikatan spesifik untuk Semax di basal otak depan tikus.

Pada jurnal “Semax in prevention of disease progress and development of exacerbations in patients with cerebrovascular insufficiency” menyatakan bahwa 187 pasien dengan berbagai tahap Cerebrovasculer Insufficiency (CI) telah diperiksa. Diagnosis CI didasarkan pada hasil penelitian neurologis dan neuropsikologi, dopplerography ultrasonik, reophalography, encephalography, elektrokardiografi, MRI otak dan pemeriksaan eyegrounds. Skala Neurologis digunakan untuk penilaian status neurologis dan pengolahan data lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi tolerabilitas dan kemanjuran klinis dari pengobatan dan komplikasi dalam kasus CI. Pengobatan Semax menghasilkan perbaikan klinis yang signifikan, stabilisasi kemajuan penyakit dan mengurangi risiko stroke dan serangan iskemik sementara dengan presentase efek samping yang kecil.

Pada jurnal “Effect of Semax (ACTH4-10 Pro-Gly-Pro) on free radical formation in brain ischaemia: experimental and clinical study” menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat oksida nitrat (NO) diukur secara langsung dengan spektroskopi EPR dalam korteks serebral setelah iskemia otak jangka panjang. Dalam penelitian ini indeks tertentu peroksidasi lipid (zat asam yaitu thiobarbituric reaktif, TBARS) diukur dalam korteks otak tikus Wistar yang mengalami iskemia global dan dalam cairan cerebrospinal (CSF) dari pasien dengan stroke iskemik akut. Selain itu, penelitian ini juga untuk menentukan apakah tindakan saraf dari obat novel Rusia, Semax (ACTG4-10 Pro-Gly-Pro), berkaitan dengan interaksi dengan NO produksi dan proses peroksidasi. Semax terbukti sangat efektif dalam menghambat meningkatnya NO dan memulihkan fungsi neurologis selama iskemia otak global. Administrasi semax didampingi oleh hasil klinis peningkatan serta penurunan tingkat TBARS di CSF pada pasien dengan 3 hari di bandingkan dengan kelompok plasebo. Meskipun mekanisme yang tepat yang mendasari efek saraf Semax tidak diketahui, data dukungan penelitian ini yang mungkin berhubungan dengan kemampuan senyawa untuk mengurangi proses radikal bebas.

Kesimpulan yang diperoleh dari review jurnal ini antara lain :
  1. Semax adalah peptida sintetis, yang terdiri dari fragmen hormon N-terminal adrenokortikotropik (4-7) (ACTH4-7) dan peptida Pro-Gly-Pro C-terminal.
  2. Semax meningkatkan kelangsungan hidup neuron dalam hipoksia, meningkatkan perhatian selektif dan penyimpanan memori.
  3. Semax selektif mempengaruhi transkripsi neurotrophins dan reseptornya dalam korteks iskemik tikus, sedangkan pengaruh PGP tidak spesifik, efek kognitif yang diberikan oleh Semax mungkin setidaknya sebagian akan terkait dengan perubahan di tingkat protein BDNF dalam daerah otak.
  4. Semax secara signifikan meningkatkan total estimasi kualitas hidup akibat perbaikan keadaan emosi dan motivasi pada pasien MND (Motor Neuro Disease).
  5. Semax mencegah iskemia yang disebabkan perubahan ultra kardiomiosit. Efek perlindungan ini didampingi oleh kemampuan peptida untuk menghambat peningkatan konsentrasi nitrat plasma.
  6. Pengobatan Semax menghasilkan perbaikan klinis yang signifikan, stabilisasi kemajuan penyakit dan mengurangi risiko stroke dan serangan iskemik sementara dengan presentase efek samping yang kecil.
  7. Semax terbukti sangat efektif dalam menghambat meningkatnya NO dan memulihkan fungsi neurologis selama iskemia otak global. Administrasi semax didampingi oleh hasil klinis peningkatan serta penurunan tingkat TBARS di CSF pada pasien
REKOMENDASI
Semax dapat direkomendasikan untuk pengobatan neuroprotektif pada pasien iskemik serebral pada fase akut maupun setelah masa akut. Semax memungkinkan peningkatan yang signifikan dalam melindungi neuron, mengurangi ukuran infark dan kerusakan permanen neuron, pemulihan kapasitas mental dan motorik setelah serangan iskemik, dan juga mempengaruhi kapasitas intelektual dan memori.

DAFTAR PUSTAKA
Bashkatova, V., Alekseev, A., Fadyukova, O., Skvortsova, V., Vitskova, G., Tolordava, I., and Koshelev, V., 2001, Effect of Semax (ACTH4-10 Pro-Gly-Pro) on free radical formation in brain ischaemia: experimental and clinical study, Journal of Neurochemistry, 76 (Suppl. 1), 36-54
Dolotov, O.V., Karpenko, E.A., Seredenina, T.S., Inozemtseva, L.S., Levitskaya, N.G., Zolotarev, Y.A., Kamensky, A.A., Grivennikov, I.A., Engele, J., and Myasoedov, N.F., 2006, Semax, an analogue of adrenocorticotropin (4–10), binds specifically and increases levels of brain-derived neurotrophic factor protein in rat basal forebrain, Journal of Neurochemistry, 97 (Suppl. 1), 82–86.
Golubeva, A.V., Find all citations by this author (default).Or filter your current search Gavrilova, S.A., Find all citations by this author (default).Or filter your current search Lipina, T.V., Find all citations by this author (default).Or filter your current search Shornikova, M.V., Find all citations by this author (default).Or filter your current search Postnikov, A.B., Find all citations by this author (default).Or filter your current search Andreeva., L.A, Find all citations by this author (default).Or filter your current search Chentsov Iu.S.,Find all citations by this author (default).Or filter your current search Koshelev V.B., 2006, Protective effect of peptide semax the rat heart in acute myocardial infarction, Ross Fiziol Zh Im I M Sechenova. Jun;92(6):732-45.
Gusev, E.I., Skvortsova, V.I., Chukanova, E.I., 2005, Semax in prevention of disease progress and development of exacerbations in patients with cerebrovascular insufficiency, Zh Nevrol Psikhiatr Im S S Korsakova. 105(2):35-40.
Serdiuk, A.V., Levitskiĭ, G.N., Miasoedov N.F., Skvortsova V.I., 2007, The study of chronic partial denervation and quality of life in patients with motor neuron disease treated with semax, Zh Nevrol Psikhiatr Im S S Korsakova. 107(4):29-39.
Veronika, G.D., Oksana, V.P., Veronika I.S., Svetlana, A.L., Nikolai, F.M., Lyudmila, V.D., 2010, Semax and Pro-Gly-Pro Activate the Transcription of Neurotrophins and Their Receptor Genes after Cerebral Ischemia, Cell Mol Neurobiol, 30:71–79

Cedera kepala ringan fraktur mandibula


Cedera Kepala
Cedera kepala adalah suatu bentuk trauma yang menginduksi perubahan struktural dan/atau gangguan fisiologi dari fungsi otak sebagai akibat dari benturan eksternal yang menghasilkan beberapa gejala klinis seperti hilang atau menurunnya tingkat kesadaran /level of consciousness (LOC), hilangnya ingatan sebelum atau sesudah benturan secara tiba-tiba /post traumatic amnesia (PTA), perubahan mental (bingung, disorientasi, lambat berpikir), neurological deficits (lemah, paresis/plegia, sensory loss, change vision), lesi intrakranial (Yates et al, 2007; Cifu et al, 2009).
Klasifikasi Cedera Kepala
(Yates et al, 2007; Darmadipura, 2008; Cifu et al, 2009)
Kriteria
Ringan
Sedang
Berat
Gambaran struktur
normal
Normal atau abnormal
Normal atau Abnormal
LOC
0-30 menit
30’- 24jam
>24jam
Perubahan mental
Saat kejadian sampai 24 jam
>24jam , keparahan tergantung dari kriteria lain
PTA
0-1 hari
1-7 hari
>7 hari
GCS (merupakan pengukuran yang terbaik pada 24 jam pertama)
13-15
9-12
3-8


Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma. Fraktur dapat dibagi menjadi (Mansjoer, 2000):
1.      Fraktur tulang tertutup, bila tidak ada hubungan antara frakmen tulang dengan jaringan luar
2.      Fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur mandibula merupakan fraktur yang yang terjadi pada daerah tulang rahang (mandibula). A. Pogrel dan L. Kaban mengklasifikasikan fraktur mandibula dalam 5 kategori berdasarkan pada tempat terjadinya fraktur, yaitu: Condylar fractures, Ramus fractures, Angle fractures, Body fracture, dan Fractures of symphysis and parasymphysis (Mihailova, 2006)

1.2 Etiologi
            Karena adanya gaya mekanik, dapat berupa benturan dan guncangan. Benturan memberikan fenomena kontak berupa tekanan yang berlebihan, tegangan dan patahan. Benturan yang terjadi menyebabkan perubahan posisi tulang, patahan, kerusakan saraf, otot, dan jaringan pembuluh darah disekitar benturan.

1.3 Gejala Klinis
Gejala Klinis cedera kepala
Fisik: pusing, nyeri, mual, muntah, gangguan tidur, sensitif terhadap cahaya dan suara, pening, lelah, letih, pandangan kabur, gangguan keseimbangan, transient neurological abnormalities.
Kognitif: gangguan perhatian, konsentrasi, memori, kecepatan memproses, keputusan.
Tingkah laku/emosi: depresi, cemas, agitation, mudah marah, impulsif, agresif (Darmadipura, 2008; Cifu et al, 2009; Yates et al, 2007).

Gejala Klinis Fraktur
·   Rasa nyeri dan tegang : nyeri umumnya menghebat bila dilakukan      gerakan.
·         Hilangnya fungsi : diakibatkan oleh rasa nyeri  atau tidak mampu untuk   melakukan gerakan.
·         Deformitas : disebabkan oleh pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen tulang berubah (Darmadipura, 2008)


1.4 Terapi
Penatalaksanaan fraktur:
  1. Reposisià memperbaiki posisi tulang yang patah agar sebisa mungkin kembali pada posisi anatomisnya
  2. Fiksasià upaya menahan agar tulang tulang yang sudah dikembalikan ke normal tidak bergeser.
  3. Rehabilitasià latihan yang dikerjakan secara teratur untuk mencapai tujuan penanganan fraktur yang optimal.
Penatalaksanaan cedera kepala:
(Yates et al, 2007; Darmadipura, 2008; Cifu et al, 2009)
  • Bedrest
  • Resusitasi cairan
  • Neurokognitif
  • Terapi untuk mengatasi gejala  spesifik yang timbul (seperti: pusing, nyeri, mual, muntah dll
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, D., Gowda N.K., 2007. Piracetam in Postconcussion Syndrome preeliminary result of a randomized study using SPECT. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT): Vol.4, No.2,pp.109-114.
Anderson, P.O., Knoben, J.E., and  Troutman, W.G., 2002. Handbook of Clinical Drug Data, 10th Ed, USA:  The McGraw-Hill Co., Inc.,
Aniruddha, T.J., Shibu,P., Devi, B.I.,Sampath, S., Chandramouli, B.A., 2009. Role of citicoline in management of mild head injury. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT): Vol.6, No.1,pp.49-52
Benjamin R. Lee, Lucia H. Lee, Christopher L. Wu, and Chi-Jen Lee. 2006. Drugs for Alzheimer’s Disease and Other Dementias, In: Chi-Jen Lee,Lucia H. Lee, Christopher L. Wu,Benjamin R. Lee,Mei-Ling Chen.Clinical Trial of Drug and Biopharmaceuticals. Boca Raton: Taylor and Francis. p. 280
Cifu et al, 2009, Clinical Practice Guidelines  Management of Concuccion/mild Traumatic Brain Injury. The Department of Veterans and The Department of Defense and The Office of Quality and Performance, Washington, DC Quality Management Directorate, United States.
Dharmadipura et al., 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD Dr soetomo
Dipiro, J.T. .(Eds) ,Surgical Prophylaxis., In: Wells, B.G.,Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L.,Cecily, V.D. Pharmacotherapy Handbook 17th Ed, USA: Mc Graw Hill Companies, Inc.p.522
Mangran, A.J., Horan, T.C., Pearson, M.L.Silver,L.C., Jarvis, W.R.,1999. Gudelines for prevention of Surgical site Infection. Infection Control and Hospital Epidemiology.Vol 20. No 4. pp.250 -270
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardhani, WI., Setiowulan, W., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jakarta: Penerbit Media Aesculapius.
Martin, J., 2008. British National Formulary 56. London: Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Mihailova, H.2006. Classifications of mandibular fractures-Review.Journal of IMAB. Bulgaria. Annual Proceeding (Scientific Papers), book 2
Pagana, K.D., Pagana, T.J., 2002. Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Test, 2nd edition, new York: Mosby, Inc.
Sweetman, S.(Eds)., 2007. Martindale : The Complete Drug Reference, 35th Edition, New York : The Pharmaceutical Press.
Tatro, D.S., 2003. A to Z Drug Facts, New York  :  Facts and Comparison
Yates et al, 2007. Head injury.Triage, assessment, investigation and early management of head injury in infants, children and adults.National Institute for Health and clinical Excellence.London: NICE clinical

STROKE PENDARAHAN INTRASEREBRAL (CVA ICH)

Stroke pendarahan intraserebral (PIS primer) adalah ekstravasasi darah yang berlangsung spontan dan mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan disebabkan oleh trauma (non traumatis). Angka kejadiannya berkisar antara 12-15 per 100.000 penduduk per tahun dan lebih sering dijumpai pada laki-laki, usia tua, dan orang Asia Afrika. Dalam suatu studi populasi yang dilakukan pada 1.041 penderita PIS, 50% pendarahan terjadi di subkortikal dalam, 35% di substansia alba (lobar), 10% di serebelum, dan 6% di batang otak. Angka kematian PIS dalam 30 hari setelah serangan stroke mencapai 35-52%. Dari jumlah ini, separuh diantaranya meninggal dalam dua hari pertama setelah serangan stroke. Sekitar 40% kasus PIS disertai pendarahan intraventrikular. Keadaan ini mengakibatkan hidrosefalus akut, peningkatan TIK, serta peningkatan mortalitas dan kecacatan.
Penyebab utama PIS dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu
1.      Faktor anatomik berupa lesi atau malformasi pembuluh darah otak
Abnormalitas pembuluh darah bervariasi pada kelompok umur tertentu. Pada usia kurang dari 40 tahun, kelainan pembuluh darah yang paling sering dijumpai adalah AVM (arteriovenous malformation). PIS yang disebabkan oleh AVM biasanya berupa pendarahan lobar (pada substansia alba). Pada kelompk usia 40-70 tahun, PIS sering kali berupa pendarahan subkortikal dalam, sebagai akibat pecahnya arteria perforanns. Hal ini disebabkan oleh perubahan degenerative pada pembuluh darah tersebur dan diduga berkaitan dengan adanya mikroaneurisma. Pada kelompok usia lanjut (di atas 70 tahun), PIS berkaitan dengan lesi vaskuler berupa angiopati amyloid (cerebral amylid angiopathy atau CAA). Pendarahan yang ditimbulkan oleh CAA sering kali berupa pendarahan lobar, multiple, dan cenderung berulang (kambuh)

2.      Faktor hemodinamik berupa tekanan darah yang meningkat
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan degenerative berupa lipohyalinosis, fragmentasi, nekrosis fibrinoid, dan mikroaneurisma (Charcot Bouchard) pada arteria perforans kecil di otak. Keadaan ini merupakan penyebab tersering PIS yang terjadi di ganglia basalis (putamen, thalamus, atau nucleus kaudatus), batang otak (pons), serebelum, dan substansia alba subkortikal. Hipertensi akut atau peningkatan tekanan darah yang terjadi secara mendadak pada individu normotensif, dapat pula mengakibatkan PIS. Kalau pada hipertensi kronis, dinding arteriol mengalami hipertrofi, maka pada hipertensi akut diduga PIS justru terjadi karena dinding arteriol tidak mengalami hipertrofi. Sehubungan dengan ini, telah dilaporkan beberapa kasus PIS pada eklamsia, paparan suhu yang sangat dingin, pemakaian obat yang dapat mengakibatkan hipertensi akut (misalnya inhibitor oksidase monoamine, kokain, fenilpropanolamin), keadaan nyeri akut (misalnya yang terjadi saat ekstraksi gigi), dan hipertensi relatif pasca endarterektomi karotis.

3.      Faktor hemostatik yang berkaitan dengan fungsi trombosit atau sistem koagulasi darah
Resiko terjadinya PIS semakin meningkat pada penderita yang mendapat terapi obat antikoagulan (OAK). Angka kejadian PIS pada kelompok penderita yang mendapat terapi OAK oral lebih tinggi 7-10 kali lipat dibandingkan kelompok yang tidak mendapat terapi OAK oral. Selain meningkatkan resiko terjadinya PIS, OAK oral juga meningkatkan severitas dan resiko kematian. Sebuah studi epidemiologi menunjukkan bahwa PIS yang berkaitan dengan pemakaian OAK oral merupakan 10-12% dari seluruh kasus PIS, dan angka kejadiannya diperkirakan 2-9 per 100.000 penduduk per tahun. Selain itu, mortalitas PIS yang berkaitan dengan pemakaian OAK oral ternyata lebih tinggi daripada mortalitas PIS pada umumnya, yaitu hingga mencapai 67%.
Pemberian OAK oral (warfarin dan kumarin) jangka panjang sering dilakukan dalam upaya prevensi stroke iskemik pada penderita fibrilasi atrial (FA). Angka kejadian PIS yang berkaitan dengan pemakaian OAK oral ini diperkirakan akan semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka kejadian FA yang diakibatkan oleh penuaan.
Frekuansi terjadinya PIS pada pemakai warfarin jangka panjang berkisar 0,3-0,6% per tahun. Faktor resikonya adalah usia lanjut, riwayat hipertensi, intensitas OAK, serta keadaan tertentu seperti CAA dan leukoaraiosis karena lesi pada substansia alba.
Dari berbagai penyebab di atas, hipertensi adalah faktor resiko utama PIS dan merupakan penyebab dari 60-70% kasus PIS. Penyebab tersering berikutnya adalah CAA, yang merupakan penyebab dari 15% kasus PIS.
Pendarahan yang ditimbulkan oleh CAA terkadang asimtomatis, akan tetapi angka kekambuhannya 5% per tahun. Angka kekambuhan ini lebih besar dibandingkan angka kekambuhan PIS hipertensif yang tekanan darahnya terkontrol dengan baik, yakni 22% per tahun.

Tabel 1. Patogenesis pendarahan intraserebral (PIS)
Faktor anatomic
Faktor hemodinamik
Faktor hemostatik
Faktor lain
·   Lipohyalinosis
·   Mikroaneurisma
·   AVM serebral
·   Angiopati amyloid
·   Aneurisma sakular
·   Thrombosis vena intracranial
·   Mikroangioma
·   AVM dural
·   Arteritik septic
·   Aneurisma sikotik
·   Sindrom moyamoya
·   Disersi arterial
·   Fistula karotiko kavernosa
·      Hipertensi arterial kronis dan akut
·      Migraine
·      Antikoagulan
·      Antiplatelet
·      Trombolitik
·      Hemophilia
·      Leukemia
·      Trombositopenia

·      Alcohol
·      Amfetamin
·      Kokain
·      Heroin
·      Simpatomimetik
·      Vaskulitis

 
Faktor risiko dari stroke yaitu : Usia lanjut, hipertensi sistolik, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, stenosis arteri carotid, riwayat transient ischemic attack (TIA), merokok,kurang olahraga, penyakit kardiovaskuler, fibrilasi atrium, dan pembesaran myokardial pada ventrikel kiri.