Hepatitis akut merupakan penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati. Biasanya disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan virus-virus lain (Mansjoer, 2005).
Patofisiologi
- Sistem imun bertanggung jawab untuk terjadinya kerusakan sel hati melibatkan respon CD8 dan CD4 sel T serta produksi sitokin di hati dan sistemik.
- Efek sitopatik langsung dari virus
(Sudoyo, 2007).
Gambaran Klinis
Pada infeksi yang sembuh spontan:
· Spektrum penyakit mulai dari asimtomatik, infeksi yang tidak nyata sampai kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut.
· Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal yang non spesifik dan gejala gastrointestinal seperti a) malaise, anoreksia, mual dan muntah. b) gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala , dan mialgia.
· Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV, pada virus yang lain secara insidious.
· Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV.
· Immune complexmediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada kurang dari 10% pasien engan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus yang lain.
· Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetap gejala anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap.
· Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat.
· Pemeriksaan fisis menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati.
· Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15-20% pasien.
(Sudoyo, 2007)
Pencegahan
Terhadap virus hepatitis A
§ Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A yang sulit ditetapkan.
§ Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus.
Terhadap virus hepatitis B
§ Dapat ditularkan melalui darah dan produk darah. Darah tidak dapat disterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
§ Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HB- sAg pada ibu-ibu hamil. Namun, saat ini di beberapa negara (termasuk Indonesia) bayi-bayi lahir diberi vaksinasi hepatitis B tanpa melakukan pemeriksaan penyaring pada ibunya.
Pencegahan dengan imunoglobulin
Pemberian imunoglobulin (HBIg) dalam penccegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB i.m dan ini dapat mencegah timbulnya gejala pada 80-90%. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak dengan pasien (Mansjoer, 2005).
Penatalaksanaan
§ Istirahat baring pada masa masih banyak keluhan, mobilisasi berangsur dimulai jika keluhan atau gejala berkurang, bilirubin dan transaminase serum menurun, aktivitas normal sehari-hari dimulai setelah keluhan hilang dan data laboratorium normal.
§ Diit khusus tak ada, yang penting adalah jumlah kalori dan protein adekuat, disesuaikan dengan selera penderita, terkadang pemasukan nutrisi dan cairan kurang akibat mual dan muntah, sehingga perlu ditunjang oleh nutrisi parenteral, infus dekstrose 10-20% 1500 kalori/hari.
§ Hingga sekarang belum ada pengobatan spesifik bagi hepatitis virus akut. Tidak ada indikasi terapi kortikosteroid untuk hepatitis virus akut, penambahan vitamin dengan makanan tinggi kalori atau protein pada penderita yang mengalami penurunan berat badan atau malnutrisi.
(Pedoman Diagnosa dan Terapi, 2008)
Tinjauan Kolelitiasis
Kolelitiasis (batu empedu)
Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
· tipe kolesterol
· tipe pigmen empedu
· tipe campuran
Beberapa faktor resiko terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur, hormon wanita, infeksi (kolesistitis), kegemukan, serta faktor genetik.
Terjadinya batu kolesterol adalah akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis kelarutan kolesterol dalam empedu.
Sedangkan tipe pigmen biasanya adalah akibat proses hemolitik atau infeksi E.coli atau Ascaris lumbricoides ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi kristal kalsium bilirubin (Mansjoer, 2005).
Manifestasi Klinis
Kelainan ini frekuensinya meningkat sesuai bertambahnya umur. Mungkin tanpa gejala, mungkin pula terdapat gejala-gejala seperti perasaan penuh di epigastrium, nyeri perut kanan atas, atau dapat juga kolik bilier disertai demam dan ikterus (Mansjoer, 2005).
Komplikasi
Komplikasi yang penting ialah terjadinya kolesistitis akut dan kronik, koledokolitiasis, dan pankreatitis. Yang lebih jarang ialah kolangitis, abses hati, sirosis bilier, empiema, dan ikterus obstruktif (Mansjoer, 2005).
Penatalaksanaan
· Konservatif
a. Diet rendah lemak
b. Obat-obat antikolinergik-antispasmoidik
c. Analgesik
d. Antibiotik, bila disertai kolesistitis
e. Asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/hari, diberikan dalam waktu lama, dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol (lithogenic bile) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadang-kadang diare
· Kolesistektomi
Dengan Kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup normal. Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes (Mansjoer, 2005).
Kami harap dengan Ikhlas untuk segera bergabung di TEAM kami di Web di bawah ini dan Raih Uang Puluhan Juta : by Tung Desem Waringin
Deska Pagana, Kathleen, James Pagana, Timothy, 2002, Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Test, 2nd edition, St. Louis: Mosby’s Inc
Ganiswara, Setiabudi R., Suyatna FD., Purwantyastuti., Nafriadi., 1995. Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, p 48-49, 504
Mansjoer, Suprohaita., Wardhani WI., Setiowulan W., 2005. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2. Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, p 513-514
Sacher RA and McPherson RA., 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran ECG, p 364-365, 371
Sudoyo, Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S., 2007. Hepatitis Virus Akut. In: Andri Sanityoso, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya : Airlangga University Press, p. 427–432
Tjokroprawiro A., Hendramartono dan Sutjahjo A.., 2008. Pedoman Diagnosa dan Terapi bag/SMF Ilmu Penyakit Dalam. Rumah Sakit Umum Dr.Soetomo: Surabaya
No comments:
Post a Comment