Manajemen mutu adalah suatu filosofi yang
mengintegrasikan beberapa fokus utama, yaitu fokus pada pelanggan, proses
kerja, keuntungan, dan proses beljar yang berkelanjutan. Beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari penerapan manajemen mutu terpadu ialah sebagai berikut:
- mengurangi biaya operasi,
- meningkatkan kepuasan pelanggan,
- meningkatkan moral perusahaan,
- membangun sebuah proses peningkatan yang berkelanjutan,
- menciptakan rekayasa ulang proses usaha,
- memperoleh/membangun keunggulan kompetitif,
- membangun dasar untuk mendapatkan pengakuan/ sertifikasi.
Manajemen mutu dilakukan melalui proses yang membutuhkan
keahlian serta instrumen pendukung yang meliputi pengumpulan dan pengukuran
data, analisis akar masalah, kerjasama kelompok, pencurahan ide, peningkatan
proses secara berkelanjutan, serta pemecahan konflik dan pembangunan sinergi
dalam organisasi.
Manajemen butu bukan hanya suatu filosofi melainkan juga
penerapan prinsip-prinsip dan praktek yang mengacu pada perbaikan organisasi
secara berkesinambungan. Manajemen mutu menyangkut metode-metode kuantitatif
untuk memperbaiki semua proses dalam perusahaan, dan memperbaiki kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini dan di masa datang.
Manajemen mutu memadukan teknik-teknik manajemen fundamental, upaya perbaikan
yang nyata , dan peralatan teknis yang disesuaikan dengan dan terfokus pada
kebutuhan dan proses perbaikan yang berkesinambungan.
Manajemen mutu melibatkan setiap orang yang ada di dalam
organisasi dalam upaya mencapai tujuan jangka panjang dan sistematis untuk
mengembangkan proses yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan. Mutu
mencakup semua aspek dari barang dan jasa dari sesuatu yang bernilai menjadi
sesuatu yang dibutuhkan oleh pelanggan. Dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu
merupakan suatu alat dimana melalui program itu organisasi bisa mendiptakan dan
menopang suatu budaya yang sepakat melakukan peningkatan yang berkesinambungan (continuous
improvement).
PERKEMBANGAN
MANAJEMEN MUTU
Pengendalian mutu mulai dikenal sejak awal abad 19 ketika
Ellias Whitney memperkenalkan perlunya pengendalian mutu dalam perusahaan
industri. Meskipun, pada suatu saat, pengendalian mutu hanya berupa pengecekan
terhadap produk akhir, dengan memisahkan produk yan cacat atau kurang baik dari
produk yang baik agar tidak terkirim ke konsumen. Pendekatan ini disebut
sebagai pengendalian mutu tradisional.
Pada tahun 1924, Dr walter Shewhart memperkenalkan bagan
kendali (control charts) dalam proses pengendalian mutu. Bagan ini bermanfaat
untuk mengetahui apakah mutu produk yang dihasilkan berada pada batas yang
dikehendaki atau tidak. Fungsi pengendalian mutu mulai dikembangkan dalam
berbagai perusahaan dengan menggunakan bagan kendali mutu sebagai salah satu
alat pengendali mutu. Terdapat beberapa jenis bagan kendali, tergantung jenis
data yang hendak diukur apakah bersifat variabel (panjang, lebar, berat,
volume, kecepatan, dan sebagainya) atau atribut (baik atau buruk, cacat atau
tidak). Teknik pengendalian mutu yang diperkenalkan Shewhart ini dibahas
lebih lanjut dalam topik yang khusus (S5).
Pada tahun 1950, Dr. W. Edwards Deming memperkenal-kan
kondep pengendalian mutu menyeluruh dalam perusahaan (company wide quality
control, CWQC). Deming menekankan pentingnya teknik-teknik statistik untuk
pengontrolan proses kerja dan perbaikan mutu produk. Deming dikenal juga
sebagai orang Amerika pertama yang memiliki peranan besar dalam kemajuan
industri Jepang.
Deming juga terkenal dengan teorinya tentang ”butir untuk
manajemen”. Dasar teori ini adalah kepercayaan bahwa mutu yang jelek bukan
berasal dari kesalahan pekerja, melainkan berasal dari manajemen yang buruk
dari sistem peningkatan berkesinambungan. Secara keseluruhan, 14 butir untuk
manajemen merepresentasikan prinsip-prinsip utama yang memberikan dasar bagi
manajemen mutu bagi banyak organisasi (lihat boks).
Berkolaborasi dengan Shewhart, Deming juga mengembangkan
konsep Siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action), yang merupakan suatu proses untuk
peningkatan berkesinam-bungan, tidak memiliki awal maupun akhir. Melalui
aplikasi berkelanjutan dari empat siklus langkah yang ditunjukkan dalam Gambar
13.1 suatu organisasi dapat mencapai dan mempertahankan suatu proses manajemen
mutu yang unggul.
No comments:
Post a Comment