The Pharmacist Room: 2024

FLUKONAZOLE & VORICONAZOLE

 

FLUKONAZOLE



Generic names(1) : Flukonazole


Brand Name (1) : Diflucan®


Category(1) : Antifungi


Diskripsi (1)

Diflucon (fluconazole) adalah kelas pertama dari sintesis triazole agen antifungi, dimana dalam bentuk  digunakan sebagai suspensi oral dan larutan steril  digunakan untuk intrvena. Nama kimia flukonazole adalah 2,4-difloro- α- α” bis (1 H-1,1,2,4 traazol-1- ylmethil ) benzyl alcohol dan formula empiric C13H12F2N6O. 

Mekanisme Aksi(2,11)

Seperti imidazole yang lain dan antifungi kelas triazole, flukonazole menghambat fungsi dari enzim sitokrom P450 14α-demethylase. Penghambatan ini mencegah perubahan lanosterol menjadi nergosterol, suatu  komponen esensial dari dinding sel jamur ,dan termasuk akumulasi dari 14α-sterols. Fungsi utama dari flukonazole adalah fungiostatik, kemungkinan menjadi fungiosid pada organisme yang tepat dan pada dosis dan pemberian yang tepat.



Pharmacokinetic data(2) :


  • Bioavaibility : > 90%

  • BM : 306,3.g/mol

  • Protein binding : 11-12%

  • Metabolisme : Hepatic 11%

  • Half life (dose dependent) : 30 jam

  • Excretion : renal (61-88%)


Indikasi (1)

Flukonazole diindikasikan untuk pengobatan  dari :

  • Vaginal Candidiasis ( infeksi jamur di vagina yang disebaabkan oleh Candida)

  • Opapharyngeol dan esophageal candidiasis. Pada beberapa kasus lain juga digunakan sebagai pengobatan infeksi Candida urinary, peritonitis, dan infeksi Candida sistemik, canidemia, candidiasis yang menyebar dan pneumonia.

Profilaksis

Flukonazole juga diindikasikan untuk menghambat dari timbulnya transplantasi sumsum tulang yang disebabkan oleh sitostatika dari kemoterapii dan terapi. Spesimen dari kultur jamur dan tes laboratorium lain yang berhubungan ( serologi, histopatologi) harus mendapatkan terapi utama untuk isolosi dan  identifikasi organisme penyebab.

Dosis Dan Penggunaan(1, 8,12)


Pasien anak

Dewasa 

3 mg/kg

100 mg

6 mg/kg

200 mg

12 mg/kg

400 mg

  • Dosis tunggal : untuk vaginal candidiasis, dosis yang direkomendasikan adalah 150 mg sebagai dosis oral tunggal.

  • Dosis ganda : hampir  dosis tetap harian dari falukonazole adalah sama untuk oral ( tablet, suspensi, dan penggunaan intravena ). Pada umumnya, dosis utama adalah 2 kali sehari di rekomendasikan pada hari pertama  dari terapi untuk menghasilkan konsentrasi plasma yang optimum. Pada penggunaan dosis harian dari flukonazoe sebagai pengobatan dari infeksi selain vagina candida harus didasari dari organisme penginfeksi dan respon pasien dari terapi yang dilakukan. Pengobatan harus berlanjut sampai parameter klinik atau tes laboratorium menunjukkan bahwa flukonazole yang digunakan aktif sebagai terapi. Pada waktu penambahan dari pengobatan dari penyakit yang kambuh dimana disebabkan oleh infeksi AIDS dan Cryptococcoal meningitis atau oropharyngea yang kambuh biasanya memerlukan terapi untuk mencegah relaps.

  • Oropharyngeal Candidiasis : dosis rekomendasi dari flukonazole untuk oropharyngeal adalah 200 mg untuk hari pertama, diikuti dengan 100 mg sehari sekali. Pada kejadian klinik pada umumnya Oropharyngeal Candidiasis digunakan pada beberapa hari, terapi pengobatan harus dilanjutkan sampai paling sedikit 2 minggu untuk mengurangi kemungkinan relaps.

  • Esophageal Candidiasis : dosis yang direkomendasikan dari flukonazole untuk Esophageal Candidiasis adalah 200 mg untuk hari pertama, kemudian diikuti 100 mg setiap hari. Dosis tertinggi adalah 400 mg/harii digunakan sebagai dasar pendapat dari respon pasien dari terapi. Pasien dengan candidiasis harus diobati minimum 3 minggu dan paling sedikit 2 minggu dari gejala yang pasti.

  • Infeksi Candida sistemik : untuk infeksi candida sistemik yang terdiri candidiasis dan pneumonia, dosis terapi optimal dan durasi tidak mempengaruhi. Dosis terbesar yang masih dapat digunakan adalah 400 mg sehari.

  • Urinary Tract Infection dan Peritonitis : untuk pengobatan dari Candida penyakit urinary dan peritonitis, dosis sehari antara 50-200 mg masih dapat digunakan.

  • Cryptococcal Meningitis : dosis rekomendasikan untuk pengobatan dari acute cryptococcal meningitis adalah 400 mg untuk hari pertama, diikuti 200 mg sehari. Dosis harian 400 mg digunakan sebagai dasar pendapat dari respon pasien dari terapi.

  • Prophylaxis in Patient Undergoing bone Morrow Transplantation : dosis rekomendasi yang diberikan sebagai pencegahan adalah 400 mg sehari. Pasien yang mengantisipasi dari granulocytopenia yang parah ( kurang dari 500 neutropil/cu mm) harus diawali dengan penggunaan flukonazole beberapa hari.


Indikasi 

Sehari (mg)

Terapi harian (mg)

Durasi minimum terapi

Oropharyngeal Candidiasis

200

100

14 hari

Esophageal Candidiasis

200

100

21 hari dan kurang dari 14 hari diikuti gejala yang pasti

Pencegahan candidiasis pada transplantasi sumsum tulang

400

400

3 hari sebelum neutropenia, 7 hari setelah neutrophils

Candidiasis UTIs, peritonitis

50-200

50-200

N/A

Candidiasis sistemik

400

200

28 hari

Cryptococcal Meningitis

400

200

10-12 minggu setelah CSF kultur menjadi negatif

Relapse supresión

200

Dosis tunggal

N/A

Vaginal candidiasis

150


N/A



Dosis dan Penggunaan untuk Anak:

  • Oropharyngeal Candidiasis : dosis yang direkomendasikan dari flukonazole untuk candidiasis pada anak adalah 6 mg/kg pada hari pertama, diikuti dengan 3 mg/kg sekali perhari, dimana harus digunakan  kurang dari 2 minggu untuk mengurangi kemungkinan relaps.

  • Esophageal Candidiasis: untuk pengobatan dari Esophageal Candidiasis dosis rekomendasi dari flukonazole untuk anak adalah 6 mg/kg pada hari pertama, diikuti dengan 3 mg/kg sekalisehari. Dosis tertinggi sampai 12 mg/kg/hari dapat digunakan  untuk terapi pasien. Pasien dengan Esophageal Candidiasis harus diberikan tidak lebih dari 2 minggu denngan melihat gejala yang pasti.

  • Infeksi Candida sistemik : untuk pengobatan dari candidemia dosis harian adalah 6 – 12 mg/kg /hari.

  • Cryptococcal Meningitis : untuk pengobatan Cryptococcal Meningitis akut, dosis rekomendasi adalah 12 mg/kg pada hari pertama diikuti dengan 6 mg/kg sekali sehari, 12 mg/kg sekali sehari boleh digunakan, dimana harus berdasarkan gejala yanag pasti dari pasien.


Tabel  dosis penggunanan flukonazole  pada anak perhari.

Indikasi 

Satu hari 

Terapi harian

Durasi minimum terapi

Oropharyngeal Candidiasis

6 mg/kg

3 mg/kg

14 hari

Esophageal Candidiasis

6 mg/kg

3-12 mg/kg

21 hari dan paling sedikit 2 minggu untuk gejala yang pasti

Infeksi Candida sistemik

-

6-12 mg/kg

3 hari

Cryptococcal Meningitis

12 mg/kg

6-12 mg/kg

10-12 minggu setelah CSF kultur menjadi negatigf

Relapse suppression

6 mg/kg

6 mg/kg

N/A


Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Ginjal

Ekskresi  utama flukonazole melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah. Tidak ada penyesuain dosis untuk terapi tunggal pada vaginal candidiasis pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Pemberian dosis ganda pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan dosis antara 50 – 400 mg dapat dilihat dalam tabel.


Creatinine Clearance (ml/min)

% dosis rekomendasi

>50

100%

≤ 50 

50%

Dialysis biasa

100% setelah setiap dialysis


Ada pendapat penyesuian dosis secara farmakokinetik hanya dilakukan pada dosis ganda. Penyesuain dosis lebih lanjut tergantung pada kondisi klinis pasien. Dimana penyesuaian dosis dilakukan dengan melihat nilai Creatinin Clearance. Secara farmakokinetik penyesuaian dosis untuk anak yang mengalami penurunan fungsi ginjal, tetapi penurunan dosis dapat dilakukan secara pararel sesuai dosis dewasa.

Kontraindikasi(1)

Flukonazole dikontraindikasikan untuk pasien yang menunjukkan hipersenitivitas baik untuk flukonazole atau bahan tambahan yang digunakan. Tidak ada informasi untuk reaksi hipersenitifitas silang pada flukonazole dengan antifungi azole yang lain. Beberapa pasien mengalami reaksi kulit ( Steven Johnson Syndrome atau toxic epidermal necrolysis).

Kehamilan Dan Menyusui(1)

Flukonazole merupakan obat dengan kategori C bagi ibu hamil. Pada penelitian hewan uji flukonazole menunjukan fetotoxic agen. Wanita yang terapi dengan flukonazole harus  menghindari kehamilan sampai 7 hari pemakaian. 


Efek Samping(1, 3)

Efek samping flukonazole antara lain :

  • Gastrointestinal : mual, dyspepsia, rasa yang tak normal, sakit perut, diarrhe. Pada pasien wanita untuk pengobatan vaginal infection pada penggguanan dosis tunggal yang lebih tingga resiko efek samping lebih besar.

  • Kulit : rash, diffuse reaction with eosinophilia, dan pruritis samapi 5  %. Termasuk juga alopecia dan exfoliative skin reaction (termasuk Stevens Johnson Syndrome dan Lyell’s- Syndrome)

  • Ginjal, hati, hematology : beberapa pasien khususnya pada pasien dengan infeksi AIDS atau malignancies, dengan perkembangan meningkatan enzim hati, bilirubinAP, BUN, serum creatinin, esosinophillai, anemia, dan leucopenia termasuk agranulositosis seperti trombopenia.

  • Susunan Saraf  Pusat : sakit kepala, vertigo, dan kejang

  • Jantung : perpanjangan interval QT dan torsade de pointes (aritmia yang serius) mungkin terjadi.

  • Efek samping yang lain : reaksi anaphylaktis ( termasuk edema wajah, angioedema, dan prurritis). Hipokalemia, peningkatan trigliserida, peningkatan kolesterol juga dapat terjadi.


Peringatan(1)

  • Hepatic injury : flukonazole jarang digunakan untuk keracunan hati yan serius, termasuk pasien dengan kondisi yang fatal. Penggunaan flukonazole dapat menyebabkan hepatotoksik tidak jelas apa karena dari total pemberian dosis harian, lama terapi jenis kelamin atau umur. Hepatotoksik pada penggunaan flukonazole biasa, tetapi tidak selalu terjadi , dan bersifat reversible. Pasien yang mengalami gangguan fungsi hati apabila menggunakan flukonazole harus dilakukan monitoring untuk perkembangan penyakit hati yang lebih parah.

  • Anaphylaxis : pada kasus yang jarang telah dilaporkan

  • Dermatologi : pasien dengan rash yan parah, pengobatan dengan flukonazole harus di monitoring.


Interaksi Obat(1)

Interaksi terjadi antara flukonazole dengan berbagai obat sebagai berikut :

  • Hipoglikemik oral : hipoglikemia oral akan mengendap apabila diberikan bersaam dengan flukonazole . flukonazole mereduksi metabolisme dari tolbutamid, gliburide, dan glipizidedan meningkatkan konsentrasi plasma dari obat – obat tersebut. Apabila flukonazole diberikan bersama dengan obat- obat tersebut dan golongan sulfonilurea lain, konsentrasi glukosa dalam darah harus di monitor agar tidak terjadi hipoglikemia.

  • Antikoagulan Kumarin : peningkatan  prothrombin time akan terjadi apabila digunakan bersama antara flokunazole dan antikoagulan kumarin, dimana aka terjadi pendarahan (bruising, epistaxis, pendarahan gastrointestinal, hematuria, dan melena), sehingga di sarankan untuk melakukan monitoring  prothrombin time.

  • Fenitoin : flukonazole meningkatkan konsentrasi plasma dari fenitoin. Harus dilakukan monitoring dari konsentrasi plasma pada pasien yang menggunakan fenitoin dan flukonazole secara bersamaan.

  • Siklosporin : flukonazole meningkatkan level siklosporin pada pasien dengan atau tanpa gangguan fungsi ginjal. Harus dilakukan monitoring konsentrasi siklosporin dan serum kreatinin.

  • Rifampisin : rifampisin meningkatkan metabolisme dari flukonazole. Peningkatan dosis  flukonazole dapat ditambahkan saat pemberian bersama rifampisin.

  • Teofilin : flukonazole meningkatkan konsentrasi serum dari teofilin, sehingga harus dilakukan monitoring konsentrasi serum teofilin.

  • Cisapride : telah dilaporkan terjadi gangguan fungsi jantung, termasuk torsade de pointes pada pasien yang menggunakan flukonazole dan cisapride secara bersamaan, dimana dapat menyebabkan peningkatan plasma ceapride dan perpanjangan aksi dari QTc interval., sehingga penggunaan keduanya secara bersamaan harus di kontrol.

  • Astemizole :  pasien yang memakai astemizole atau jenis lain yang dimetabolisme oleh sitokrom P450 bersamaan dengan flukonazole terjadi peningkatan serum plasma dari obat. 

  • Rifabutin : telah dilaporkan terjadi uveitis pada pasien yang mengggunakan flukonazole dengan rifabutin secara bersamaan.

  • Tacrolimus : telah dilaporkan terjadi nefrotoksik yang menggunakan flukonazole dan tacrolimus secara bersamaan. Psien yang menggunakan flukonazole dan tacrolimus secara bersamaan harus lebih hati- hati.

  • Benzodiazepam kerja pendek : penggunaan secara oral dari midazolam dan flukonazole menghasilkan peningkatan konsentrasi midazolam dan efek psikomotor. Efek penggunaan antara midazolam dan flukonazole secara oral bersamaan dengan midazolam lebih besar dibandingkan pemberian bersamaan flukonazole dalam intravena.


Stabilitas(1)

Sediaan parental disimpan pada suhu kamar (25°), tidak boleh disimpan pada suhu dingin. 



VORICONAZOLE



Generic names (4,5,6,7,9) : Voriconazole


Brand Name (4,5,6,7,9) : Vfend®


Category(5) : Antifungi


Structure(4,9) :

voriconazole structure

Systematic name(4) :


2-(2,4-difluorophenyl)-3-(5-fluoropyrimidin-4-yl)-1-(1H1,2,4 – triazol – 1 -yl) butan-2- ol


Mechanism of action(8,9) :


Voriconazole bekerja dengan cara :

Menurunkan sintesis ergosterol (komponen sterol yang penting pada membran sel jamur) yaitu dengan menghambat enzim sitokrom P450 14a-demethylase (P45014DM) dan menghambat pembentukan membran sel jamur. Enzim ini memegang peranan penting dalam reaksi biosintesis sterol yaitu mengubah lanosterol menjadi ergosterol. Penghambatan terhadap enzim ini oleh voriconazole adalah lebih panjang bila dibandingkan dengan  fluconazole. Penghambatan ini bersifat dose dependent.



Administration(5, 8) :


  1. Oral : Berikan 1 jam sebelum dan sesudah makan

Sediaan :

  • Oral suspensi (200 mg/5 ml)

  • Tablet ( 50 mg dan 200 mg )


  1. Parenteral : Berikan dalam infus selama 1-2 jam (kecepatan rata-rata tidak boleh > 3mg/kg/jam)

Sediaan :

  • Injeksi (powder 200 mg/vial) 


Pharmacokinetic data(4, 8) :


  • Bioavaibility : 96 % 

  • BM : 349, 311 g/mol

  • Protein binding : 58 %

  • Volume distribution (Vd) : 4,6 L/kg

  • Metabolisme : Hepar

  • Half life (dose dependent) : bervariasi

  • tmax : 1-2 jam

  • Excretion : urin (sebagai metabolit inaktif) 



Dose(6, 8) :


Dosis untuk anak-anak < 12 tahun : tidak ada data

Dosis untuk dewasa dan anak-anak ≥ 12 tahun :


  

Intravenous

Oral

Patients > 40 kg

Patients < 40 kg

Loading Dose

6 mg/kg q12h x 2 doses

400 mg q12h x 2 doses

200 mg q12h x 2 doses

Maintenance Dose

4 mg/kg q12h 

200 mg q12h

100 mg q12h


Pasien yang menerima  voriconazole 4 mg/kg IV q12h dapat diberikan sediaan 200 mg PO q12h jika sudah ada toleransi terhadap pengobatan oral.

Pasien yang menerima  voriconazole 200 mg PO q12h dapat ditingkatkan menjadi  300 mg q12h jika terapi yang diberikan belum adequat.


Adjustment dosis pada renal insufisiensi :

Voriconazole iv tidak direkomendasikan pada pasien dengan :

  1. CLcr < 50 ml/menit. 

  2. Pasien dengan dialisis

Pasien dengan kondisi-kondisi diatas diterapi dengan Voriconazole PO, jika dosis oral belum adequat maka dapat digunakan terapi antifungi lainnya.

Adjustment dosis pada Hepatic Insufisiensi :

  1. Mild to moderate hepatic impairment 

Berikan loading dose sesuai standar, dosis maintenance diturunkan 50% dari dosis normal

  1. Severe hepatic impairment

Digunakan jika kentungan yang diberikan lebih banyak daripada kerugiannya, namun lakukan monitoring ketat terhadap toksisitas.



Indication(4, 6,  8, 9, 10) :


Voriconazole merupakan antifungi golongan triazole spektrum luas yang digunakan untuk terapi berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh jamur (fungi) yang pada umumnya terlihat pada pasien imunocompromized,antara lain :

  1. Terapi Candidiasis

  2. Terapi infeksi invasif oleh aspergillus spp. (aspergillosis) 


 Bentuk-bentuk aspergillosis(10) :


Categories

Sites Involved

Colonization

Sinuses, lungs


Allergic bronchopulmonary aspergillosis

Sinuses, lungs


Pulmonary aspergilloma

Pre-existing lung cavity


Invasive aspergillosis

- Pulmonary aspergillosis 1
- CNS aspergillosis
- Sinonasal aspergillosis
- Osteomyelitis
- Endophthalmitis
- Endocarditis
- Renal abscesses
- Cutaneous


Others

  • Cutaneous: burns, post surgical          wounds, IV insertion sites, etc.

  • Otomycosis

  • Exogenous endophthalmitis

  • Allergic fungal sinusitis

  • Urinary tract fungus balls

1This is the most common site of primary invasive aspergillosis.



Aspergillus flavus in sputum, PAS stain


PAS stained sputum of patient with Aspergillus flavus



GMS stained lung of patient with Aspergillus fumigatus



Gram stained cornea of patient showing Aspergillus flavus hyphae


  1. Terapi pada infeksi yang sudah resisten terhadap amfoterisin B dan fluconazole (Fusarium spp dan Scedosporium apiospermum)

  2. Terapi infeksi invasif oleh jamur pada pasien yang sudah intolerance atau tidak dapat disembuhkan dengan antifungi lainnya.

  3. Terapi empirik untuk neutropenic fever pada pasien yang menerima nefrotoxin secara bersamaan (siklosporin, tacrolimus).

  4. Profilaksi pada pasien dengan resiko tinggi saat sedang menjalani mini MUD transplantation, mini allogeneic/allogeneic BMTs atau pada pasien dengan GVHD (graft versus host disease) yang parah.


Voriconazole merupakan agen antifungi yang efektif untuk :



Side effect(4, 8, 9) :

Common :

  1. Perubahan/gangguan terhadap penglihatan. Gangguan ini dilaporkan sebanyak 30% dari pasien yang menerima voriconazole, dimulai dan berakhir sekitar 30 menit setelah menerima terapi. Gangguan tersebut antara lain  :

    • Blurred vision (penglihatan kabur)

    • Brightness (silau)

    • Light sensitivity (meningkatkan sensitivitas mata terhadap cahaya) atau  perubahan penglihatan terhadap warna.

  2. Nausea (mual), vomit (muntah)

  3. Headache (sakit kepala)

  4. Swelling (bengkak) atau water retention (retensi air)

  5. Skin rash  (kulit kemerahan)

  6. Peningkatan enzim hati


Rare (jarang), namun merupakan efek samping yang berbahaya :

  1. Severe liver damage (kerusakan hati yang parah)

Segera konsultasikan ke dokter jika terjadi ciri-ciri : kekuningan pada mata  atau kulit, dark urine, fatigue, nyeri  perut.

  1. Acute renal failure

  2. Reaksi alergi

Segera konsultasikan ke dokter jika terjadi ciri-ciri : rash, itching (gatal-gatal), swelling, severe dizziness, kesulitan bernafas.


Parameter yang dimonitoring : 

Liver function, Visual function dan Renal function. 


Drug Interaction(5, 7, 8) :


Voriconazole dapat berinteraksi dengan beberapa macam golongan obat, antara lain :

  1. Antiansietas (Benzodiazepin) :

    • Alprazolam

    • Midazolam

    • Triazolam

Voriconazole dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari benzodiazepin.


  1. HIV protease inhibitor drugs

    • Amprenavir

    • Nelvinafir

    • Saquinavir

Pemakaian bersamaan dengan voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma dalam darah pada salah satu dari kedua obat atau kadar plasma dari voriconazole.


  1. Obat –obat yang dapat mengubah ritme jantung (QTc Prolongation pada EKG)

    • Astemizole

    • Cisapride

    • Pimozide

    • Quinidine

    • Terfenadine

Voriconazole dapat memperpanjang keberadaan obat-obat ini dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan jantung.


  1. Barbiturat long acting atau carbamazepine

Obat –obat ini dapat menurunkan kadar plasma dari voriconazole di dalam tubuh.


  1. Calcium Channel Blocker (Felodipine)

Voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma obat-obat ini dalam tubuh


  1. Imunosupresan 

    • Siklosporin 

    • Tacrolimus

Voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma obat-obat ini dalam tubuh


  1. HIV non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (evafirenz)

Pemberian obat-obat ini dengan voriconazole tidak direkomendasikan.


  1. Alkaloid ergot (Ergotamin)

Voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma obat-obat ini dalam tubuh


  1. HMG CoA reductase Inhibitor/Statin (Lovastatin)

Voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma obat-obat ini dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya efek samping.


  1. Methadon (Dolophine, Methadose)

Voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma obat-obat ini dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya efek samping.


  1. Rifabutin

Voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma rifabutin dan menurunkan kadar plasma dari voriconazole.


  1. Rifampin

Obat ini dapat menurunkan kadar plasma voriconazole


  1. Ritonavir

Obat ini dapat menurunkan kadar plasma voriconazole


  1. Sirolimus

Voriconazole dapat meningkatkan kadar plasma obat-obat ini dalam tubuh


  1. Warfarin 

Voriconazole dapat mempertinggi efek antikoagulan dari obat-obat ini sehingga pemberiannya secara bersamaan dapat meningkatkan waktu pendarahan (bleeding time).

16. Proton Pump Inhibitor (omeprazole)

 Vvoriconazole dapat meningkatkan kadar plasma dari omeprazole.


Stability(7, 8) :


  • Simpan tablet atau serbuk injeksi pada suhu 15-30˚C. Hindarkan dari  cahaya dan kelembaban.

  • Larutan rekonstitusi stabil selama 24 jam dalam refrigerator  pada suhu 2-8˚C.

  • Voriconazole compatible dengan larutan :

Laktat Ringer (RL), ½ NS, NS, D5W, D 5 LR, D5NS, D5 ½ NS

  • Voriconazole incompatible dengan larutan :

Larutan alkaline, bicarbonate, aminofusin 10% dan larutan elektrolit.






















REFERENSI


  1. Anonim, 2006,  Fluconazole, http://www.RxListMonographs.htm, 16 September 2006


  1. Anonim, 2006, Fluconazole, Wikipedia, The Free Encyclopedia http:\\Shiserver\g\flukonazol\Fluconazole.htm , 16 September 2006


  1. Anonim, 2006, Fluconazole, http://www.drugstore.org, tanggal 16 September 2006


  1. Anonim, 2006, Voriconazole, Wikipedia, The Free Encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Voriconazole, tanggal 16 September 2006


  1. Anonim, 2005, Voriconazole, Micromedex and Multum, http://www.drugs.com/mtm/voriconazole.html, tanggal 16 September 2006


  1. Anonim, - , Guidelines for Use of Voriconazole (Vfend),  Hospital               of the University of Pennsylvania, http://www.uphs.upenn.edu/bugdrug/antibioticmanual/voriguide.htm, tanggal 16 Sepetember 2006.  


  1. Anonim, 2006, Voriconazol, http://www.medicinenet.com/voriconazole-     oral/page2.htm, tanggal 16 September 2006


  1. Lacy, C.F, Armstrong, L.L, Goldman,M.P, Lance, L.L,2003, Drug Information Handbook, 11th Edition, American Pharmaceutical Association, Lexi Comp, hal 517, 1452-1454


  1. Lewis, R. E., 2006, Voriconazole, http://www.doctorfungus.org/mycoses/human/aspergillus/aspergillosis.htm, tanggal 16 September 2006


  1. Zeichner, L.O., 2006, Aspergillosis, http://www.doctorfungus.org/mycoses/human/aspergillus/aspergillosis.htm, tanggal 16 September 2006


  1. Lewis, R.E, 2006, Fluconazole, http://www.doctorfungus.org/the drugs/Fluconazole.htm, tanggal 23 September 2006


  1. Jura,S.E dan Hillenbrand, K., 2006, Fluconazole, Pediatric in review, 27 : 15 158-159, American Academy of Pediatrics, tanggal 23 September 2006