PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Penggolongan
Antibiotik
Antibiotik digolongkan berdasarkan :
·
Struktur kimia,
·
Spektrum kerja,
·
Mekanisme kerja
Berdasarkan struktur kimianya,
antibiotik dapat digolongkan menjadi
beberapa macam, yaitu :
a.
Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin,
gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin,
streptomisin, tobramisin.
b.
Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem
(imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin), golongan
beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin dan amoksisilin).
c.
Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin,
ramoplanin dan dekaplanin.
d.
Golongan Poliketida
Diantarnya golongan makrolida
(eritromisin, azitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan
tetrasiklin (doksisiklin, klortetrasiklin).
e.
Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f.
Golongan Kinolon
Diantaranya ofloksasin, norfloksasin.
g.
Golongan Sulfonamid
Diantaranya kotrimoksazol dan
trimetoprim.
h.
Antibiotika lain yang penting, seperti
kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat (Surini, 2006).
2.2
Spektrum
Kerja
Berdasarkan spektrum kerjanya,
antibiotik digolongkan menjadi :
-
Antibiotik berspektrum luas (broad
spectrum)
yaitu antibiotik yang sekaligus dapat
menghambat atau memusahkan bakteri gram positif, gram negatif. Contohnya :
sefalosporin (Surini, 2006).
-
Antibiotik berspektrum sempit (narrow
spectrum)
yaitu antibiotik yang hanya menghambat
bakteri gram negatif atau gram positif. Contohnya : penisilin (Surini, 2006).
2.3
Mekanisme
Kerja
Berdasarkan mekanisme kerjanya,
antibiotik digolongkan menjadi :
1.
Antibiotik yang menghambat sintesis
dinding sel mikroba
Antibiotik ini bekerja dengan cara
mencegah digabungkannya asam Nasetilmuramat, yang dibentuk didalam sel, ke
dalam struktur mukopeptida yang biasanya memberi bentuk kaku pada dinding sel
bakteri. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada
diluar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis,
yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka. Contoh:
penisilin, sefalosporin, basitrasin,
amoksisilin (Setiabudy dan Ganiswarna, 1995).
2.
Antibiotik yang menggangu metabolisme
sel mikroba
Untuk kelangsungan hidupnya, mikroba
membutuhkan asam folat. Kerja antibiotik ini adalah berkompetisi dengan zat pemula
asam folat yaitu asam para amino benzoat (PABA) yang akan digunakan oleh
mikroba tersebut. Dengan demikian yang terbentuk adalah analog dari asam folat
yang mengakibatkan kehidupan mikroba akan terganggu. Contoh : sulfonamid,
trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon (Setiabudy dan Ganiswarna,
1995).
3.
Antibiotik yang menghambat sintesis
asam nukleat
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok
ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim
polimerase RNA (pada subunit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh
enzim tersebut. Sedangkan golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada
kuman, yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral
hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil
(Setiabudy dan Ganiswarna, 1995).
4.
Antibiotik yang menghambat sintesa
protein
Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu
mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan
bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri dari dua sub unit, yaitu
ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini
akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Penghambatan
sintesis protein terjadi dengan berbagai cara. Misalnya : streptomisin
berikatan dengan komponen ribosom 30S dan menyebabkan kode pada mRNA salah
dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk protein
yang abnormal dan nonfungsional pada sel mikroba. Contoh : golongan
aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol (Setiabudy
dan Ganiswarna, 1995).
Contoh obat Antibiotik
-
Ampisilin
-
Amoksisilin
-
Supertetra (Tetrasiklin)
-
Kloramfenikol
-
Ciprofloksasin
2.4
Antivirus
Obat-obat
antivirus dipakai untuk membasmi, mencegah, atau menghambat penyebaran inveksi virus.virus
bereplikasi sendiri dalam beberapa tahap. Tujuan dari obat-obat antivirus
adalah untuk mencegah replikasi virus dengan menghambat salah satu dari
tahap-tahap tersebut, sehingga dengan demikian menghambat virus untuk
bereproduksi.kelompok obat-obat ini efektif untuk melawan influenza, spesies
herpes, dan human immunodeficiency virus (HIV).
Penggolongan Antivirus
Penggolongan obat Anti Virus
Untuk memudahkan pemahaman, maka obat-obat anti virus
digolongkan atas dua golongan besar yaitu :
1.
Antinonretrovirus, yang terdiri dari :
·
Antvirus untuk herpes
·
Antivirus untuk influenza
·
Antivirus untuk HBV dan HCV
2.
Antiretrovirus, yang terdiri dari :
·
NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)
·
NtRTI (Nucleotide Reverse Transcriptase
Inhibitor)
·
NNRTI (Non Nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitor)
·
PI (Protease Inhibitor)
·
Viral entry inhibitor (Viral Entry
Inhibitor)
2.5
Antijamur
Obat
anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Sebuah jamur adalah anggota kelompok besar eukariotik
organisme yang meliputi mikroorganisme seperti ragi dan jamur, serta lebih
akrab jamur. Kadang disebt juga Fungi yang diklasifikasikan sebagai sebuah
kerajaan yang terpisah dari tanaman, hewan dan bakteri. Salah satu perbedaan
utama adalah bahwa sel-sel jamur memiliki dinding sel yang mengandung kitin,
tidak seperti dinding sel tumbuhan, yang mengandung selulosa.
Secara
klinik, infeksi jamur dapat digolongkan menurut lokasi infeksinya, yaitu :
1.
Mikosis Sistemik (infeksi jamur sistemik)
terdiri dari deep mycosis (misalnya aspergilosis, blastomikosis,
koksidioidomikodid, kriptokokosis.
2.
Dermatofit, yaitu infeksi jamur yang menyerang
kulit, rambut, dan kuku, biasanya disebabkan oleh epidermofitron dan
mikrosporum.
3.
Mikosis mukokutan, yaitu infeksi jamur pada
mukosa dan lipatan kulit yang lembap, biasanya disebabkan oleh kandida.
Menurut indikasi klinis obat-obat
antijamur dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1.
Antijamur untuk infeksi sistemik,
termasuk : amfoterisin B, flusitosin, imidazol (ketokonazol, flukonazol,
mikonazol), dan hidroksistilbamidin.
2.
Antijamur untuk infeksi dermatofit dan
mukokutan, termasuk griseofulvin, golongan imidazol (mikonazol, klotrimazol,
ekonazol, tiokonazol, dan bifonaloz), nistatin, tolnaftat, dan antijamur
topikal lainnya (kandisidin, asam undesilenat, dan natamisin)
Daftar Pustaka
Kee,
Joyce L. (1996). Farmakologi : Pendekatan
proses keperawatan. Jakarta : 1996