The Pharmacist Room

Temulawak ( curcuma xanthorriza roxb ) sebagai anti hiperkolesterol

Obat herbal telah digunakan selama ribuan tahun dengan efek samping yang sangat minim. Saat ini di lingkungan masyarakat sosial, mencitrakan produk herbal sebagai trend baru ‘back to nature’. Hal ini memotivasi para peneliti  melakukan berbagai penelitian – penelitian yang lebih spesifik dalam mendeteksi tanaman yang berkhasiat sebagai anti kolesterol, salah satunya adalah temulawak yang secara tradisional telah digunakan selama berabad-abad dalam berbagai penyakit.
Curcuma adalah senyawa aktif utama dari tanaman temulawak. Biasanya digunakan sebagai obat alami untuk banyak penyakit. Ada beberapa jenis penyakit yang bisa disembuhkan dengan menggunakan temulawak, contohnya temulawak bisa digunakan untuk antiinflamasi, diabetes mellitus, arthritis, immunosupresan, cardiovaskulr dan cartdiotoxy.
Berdasarkan pemanfaatannya yang terkenal secara tradisional inilah, sehingga pada saat ini banyak para peneliti yang ikut tertarik untuk membuktikan secara ilmiah tentang pengaruh antikolesterol temulawak. Dari latar belakang inilah maka saya akan merivew jurnal terdahulu tentang khasiat temulawak sebagai salah satu tanaman tradisional yang mampu bertindak sebagai agen anti kolesterol.
Kolesterol adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol, ester, fosfolipid, atau trigliserida. Banyak macam penyakit yang penyebab utamanya adalah kolesterol, salah satunya adalah gagal jantung. Kolesterol merupakan lemak jahat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan sangat membahayakan bagi kesehatan. Karena lemak jahat tersebut menempel dipembuluh darah sehingga aliran darah ke tubuh menjadi terhambat. Banyak faktor yang menyebabkan yingginya nilai kolesterol dalam tubuh, contohnya makanan seperti udang, kepiting, cumi-cumi.   



PENDAHULUAN

Tanaman obat tradisional telah menjadi andalan dari sejak zaman dahulu bisa dikatakan seumur dengan peradaban manusia. Terutama bahan baku tanaman tersebut hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya adalah temulawak, mahkota dewa, sambiloto, jintan hitam, seledri, bawang putih, sambiloto, cabe jawa, pare, pegagan, meniran dan sebagainya.
Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Diantara berbagai jenis tumbuhan tersebut beberapa diantaranya memiliki khasiat sebagai obat. Namun, khasiat tanaman tersebut belum dipublikasikan secara luas karena belum dibuktikan secara ilmiah, sehingga tidak dirawat dan dilestarikan secara teratur (Hariana, 2004).
Saat ini, penggunaan obat-obat antikolestrol semakin berkembang pesat seiring dengan banyaknya kasus penyakit kolesterol yang diderita oleh masyarakat. Dari hal tersebut penulis ingin masyarakat lebih memilih pengobatan secara tradisional.  
Secara empiris, banyak tanaman obat mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut pada pengobatan berbagai penyakit khususnya penyakit kolesterol, hanya saja masih banyak yang belum dibuktikan aktivitasnya secara ilmiah (Hertiani, 2003).
Salah satu tanaman yang biasa digunakan masyarakat sebagai bahan obat adalah temulawak. Telah diketahui temulawak mengandung berbagai zat aktif salah satunya adalah kurkumin.
Obat herbal telah digunakan selama ribuan tahun dengan efek samping yang sangat minim. Temulawak yang secara tradisional telah digunakan selama berabad-abad dalam berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang bisa di atasi dengan menggunakan temulawak adalah kolsesterol. Kolesterol merupakan penyebab banyaknya masalah kesehatan bagi manusia, di indonesia sendiri sudah mulai banyak masyarakat yang menderita penyakit kolesterol dan tidak menutup kemungkinan akan semakin meningkat. Kolesterol merupakan manifestasi dari masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian. 
Kolesterol merupakan masalah kesehatan yang adalah keadaan dimana terjadi penimbunan lemak dalam darah memerlukan perhatian khusus karena berkaitan yang berlebihan didalam tubuh dan bisa membahayakan bagi kesehatan. 
Pada penelitian fokus pengaruh temulawak bisa menurunkan kadar kolesterol yang melalui tahap poengujian pada beberapa hewan yaitu tikus dan kelinci.
Berdasarkan semua temuan yang ditemukan oleh peneliti inilah, peneliti tertarik untuk membuktikan tentang pengaruh temulawak dalam bertindak sebagai anti kolesterol.
METODE 
I. Design / Rancangan Analisis Artikel
Design / rancangan analisis artikel menggunakan review jurnal
II. Cara Mendapatkan Artikel
a) Sumber Data
Pencarian sumber online didapatkan dari berbagai sumber data, yaitu :
www.pubmed.com
www.googlescholar.com
www.sciencedirect.com
b) Kata Kunci
Kata kunci yang digunakan untuk mencari jurnal adalah: 
- “curcuma xanthorriza, for hioerlioydemia, clinical trial”
- ”curcuma xanthorriza, for hiperlipidemia, in vitro"
c) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yang kami tentukan antara lain:
- Design study eksperimental maupun observasional
- Mereview artikel primer
- Bahasa yang dicari adalah bahasa inggris dan bahasa indonesia
d) Kriteria Eksklusi 
Review hanya pada artikel “free full text “ dan “absrak” dari masing-masing sumber data online.

HASIL PENCARIAN DATA 
Judul Pengarang dan tahun Jenis Kesimpulan
in vitro anticandidal activity of xanthorrizol isolated from curcuma xanthorriza roxb
Rukayadi Y, Yong D, Hwang JK.
Department of Biotechnology & Bioproducts Research Center (BRC), Yonsei University, 134 Sinchon-dong, Seodaemun-gu, Seoul 120-749, Korea. 

primer
Kolesterol konsentrasi mengalami penurunan sebesar 46,6, 56,4 dan 63,2% dan konsentrasi HDL mengalami penurunan sebesar 9,9, 14,5 dan 21,9% pada 2, 3 dan 4 g kg-1 kunir masing-masing. Curcuma nyata (P <0,05) menurunkan kadar LDL dan signifikan (P <0,01) konsentrasi trigliserida menurun sebesar 20,4, 28,5 dan 29,5% pada 2, 3 dan 4 kg 1 g-masing. HMG-CoA reduktase inhibitor nyata (P <0,05) meningkat.
Influence of curcuma (Curcuma xanthorrhiza Roxb) on lipid metabolism in rabbits
Ietje Wientarsih1, Sebastian          Chakeredza2, 
Udo ter Meulen3,*
Article first published online: 6 NOV 2002
primer
Temulawak diujikan pada kelinci jantan dengn berat badan 2-3kg selama 120 hari. Berat badan diukur setiap minggu. Dari hasil uji ini membuktikan bahwa kurkuma bisa berkhasiat sebagai anti kolesterol sebesar > 60%. 
Curcumin derived from(curcuma longa) a spice for all season
Bharat B. Anggrwal, Anushree, kumar, Manoj S.
Temulawak bisa menurunkan kadar kolesterol yang di ujikan pada tikus. 
 

PEMBAHASAN
Temulawak merupakan tanaman yang memiliki banyak khasiat salah satu nya adalah sebagai anti hiperlipidemia. Hal ini telah menjadi masalah kesehatan yang bisa menyebabkan berbagai jebis penyakit yang membahayan bagi manbusia  di seluruh dunia. Antikolesterolagen dibutuhkan untuk memerangi masalah ini. Dari hasil penelitian ini di peroleh kesimpulan bahwa dari kandungan kurkumin dari temulawak terhadap sampel yang digunakan dalam beberapa penilitian, secara bermakna bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, diketahui pula bahwa kandungan senyawa kurkumin adalah senyawa aktif utama dari tanaman curcuma xanthorriza. Temulawak biasanya digunakan sebagai obat alami untuk banyak penyakit. Jadi,disimpulkan bahwa kurkumin merupakan senyawa aktif yang terkandung dalam temulwak yang mampu munjukkan aktivitas menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis beberapa artikel mengenai efikasi penggunan temulawak (curcuma xanthorriza), sebagai obat tradisional dapat disimpulkan telah terbukti aman dan efektif untuk digunakan sebagai salah satu anti kolesterol.




DAFTAR PUSTAKA
www. Googlescholar.com
www.pubmed.com
Hariana, A., 2004., Tumbuhan Obat dan Khasiatnya., Seri 1., Penebar swadaya., Jakarta. 1.
Rukayadi Y, Yong D, Hwang JK.
Department of Biotechnology & Bioproducts Research Center (BRC), Yonsei University, 134 Sinchon-dong, Seodaemun-gu, Seoul 120-749, Korea.
Ietje, W, Sebastian C, Udo ter meulen., Article first published online: 6 NOV 2002 
Bharat B. Aggarwal, Anushree Kumar, Manoj S. Aggarwal,
and Shishir Shishodia

ASPEK PASAR APOTEK


Dari aspek pasar, dapat dilihat dengan tidak adanya competitor apotek lain yang ada di sekitar apotek cinta  farma yang akan dibangun. Maka dari itu diharapkan dengan adanya apotek cinta farma bisa menyerap atau mengambil pangsa pasar dalam masyarakat sekitar. Dengan itu diharapkan apotek cinta farma bisa berkembang dengan baik.
Adapun analisis swot dilihat dari aspek pasar :                   
·        Strangt :
a.     Belum adanya apotek pesaing memungkinkan apotek bisa berkembang dengan baik
b.     Lokasi berada di daerah dengan jumlah penduduk yang lumayan banyak
c.      Melihat dari beraneka ragam latar belakang pasien yang ada di daerah sekitar apotek cinta farma
·        Kelemahan
a.     Target pasar masyarakat sekitar memiliki kesadaran akan kesehatan dan pengobatan masih rendah
·        Opportunity
a.     Tidak adanya apotek pesaing disekitar atau didaerah akan dibangunnya apotek cinta farma
·        Threaten
a.     Melihat lokasi berdirinya apotek yang kurang strategis dimungkinkan proses pemasaran akan berjalan sangat susah dan semuanya resiko harus siap diterima
Target pasar apotek cinta farma adalah  penduduk sekitar di salah satu desa diwilayah sleman. Untuk mendapatkan pangsa pasar yang bagus maka apotek harus lebih giat mempromosikan bawha didaerah tersebut akan berdiri sebuah apotek yang akan membantu masyarakat dalam masalah pengobatan. Setelah apotek berdiri banyak cara atau jalan yang bisa dipakai apotek baru untuk menarik pangsa pasar salah satunya adalah promosi melalui media massa, media elektronik contohnya promosi lewat radio, mengadakan pemeriksaan tensi secara gratis, dan tentunya memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien. Dengan jalan tersebut diharapkan masyarakat sekitar mengetahui kalau didaerah mereka akan atau ada apotek baru yang akan dibangun. Dengan adanya apotek baru disekitar masyarakat diharapkan masyarakat sekitar lebih peduli akan penting dan berharganya kesehatan. Berhasil atau tidak suatu usaha tidak lepas dari bagaimana proses pemasaran awal suatu usaha tersebut. Maka untuk membangun suatu apotek baru aspek pasar sangat penting dan perlu diperhatikan sebelum ataupun setelah apotek itu berdiri. Diharapkan sebelum membangun apotek baru kita terlebih dahulu melakukan study kelayakan untuk melihat apakah layak suatu apotek berdiri disekitar lokasi tersebut. Dengan begitu kita bisa menentukan langkah-langkah selanjutnya yang akan kita tentukan.

TUBERKULOSIS

Salah satu penyakit penyebab kematian utama
  yang disebabkan  oleh infeksi, adalah Tuberkulosis (TB).TB merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia,pada tahun 2004, sebanyak seperempat  juta orang bertambah menjadi penderita baru dan sekitar 140.000 kematian setiap tahunnya.  Sebagian besar penderita TB adalah penduduk yang berusia produktif  antara 15-55 tahun, dan penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. 
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam  jaringan tubuh, kuman dapat  dormant (tertidur sampai beberapa tahun).  TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit


Sumber penularan  adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di  udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan  TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur.
            Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Waktu  terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu. 
Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman dengan jaringan pengikat. Ada beberapa kuman yang menetap sebagai “persister” atau “dormant”, sehingga daya  tahan tubuh tidak dapat menghentikan  perkembangbiakan kuman, akibatnya yang bersangkutan akan menjadi penderita TB  dalam beberapa bulan. Pada infeksi primer ini biasanya menjadi  abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan sistem imun lemah dapat timbul radang  paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat sangat menular. Masa inkubasi sekitar 6 bulan.
            Infeksi paska primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas TB paska primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
            Seseorang yang terinfeksi kuman TB belum tentu sakit atau tidak menularkan kuman TB. Proses selanjutnya ditentukan oleh berbagai faktor risiko .  Kemungkinan untuk terinfeksi TB, tergantung pada :
1.      Kepadatan droplet nuclei yang infeksius per volume udara
2.      Lamanya kontak dengan droplet nuklei tsb
3.      Kedekatan dengan penderita TB

Penularan TB sangat dipengaruhi oleh masalah lingkungan, perilaku sehat penduduk, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan.  Masalah lingkungan yang terkait seperti masalah kesehatan yang berhubungan dengan perumahan, kepadatan anggota keluarga, kepadatan penduduk, konsentrasi kuman, ketersediaan cahaya matahari, dll. Sedangkan masalah perilaku sehat antara  lain akibat dari meludah sembarangan, batuk sembarangan, kedekatan anggota keluarga, gizi yang kurang atau tidak seimbang, dll. Untuk sarana pelayanan kesehatan, antara lain menyangkut ketersediaan obat, penyuluhan tentang penyakit dan mutu pelayanan kesehatan.
            Pada penderita TB sering terjadi komplikasi dan resistensi.  Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
1. Hemoptisis  berat (pendarahan  dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian
    karena syok hipovolemik  atau tersumbatnya jalan nafas.
2.  Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial
3. Bronkietaksis (pelebaran bronkus  setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada  
    proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4.  Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
     kerusakan jaringan paru.
5.  Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
6.  Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
           

TANDA – TANDA DAN GEJALA KLINIS
 Gejala TB pada  orang dewasa umumnya:
1.      mengalami batuk dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih (batuk darah atau pernah batuk darah)
2.      Gejala lainnya seperti : sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat  badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

Pada anak-anak gejala TB meliputi :
1.      Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
2.      Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
3.      Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak  sakit, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
4.      Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari  30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.

Seorang anak juga patut dicurigai menderita TB apabila:
1.   Mempunyai sejarah kontak erat  (serumah) dengan penderita TB BTA positif.
2.   Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikkan BCG (dalam 3-7 hari).




PRINSIP PENGOBATAN
Pengendalian atau penanggulangan TB yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan TB pada dasarnya adalah :
1)  Mencegah penularan kuman dari penderita yang terinfeksi
2) Menghilangkan atau mengurangi faktor risiko  yang menyebabkan terjadinya penularan.
            Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara, yang utama adalah memberikan obat anti TB  yang benar dan cukup, serta dipakai dengan patuh sesuai ketentuan  penggunaan obat.
            Pencegahan dilakukan  dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor risiko, yakni pada dasarnya adalah mengupayakan kesehatan  perilaku dan lingkungan, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh cahaya matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga, mengatur kepadatan penduduk, menghindari meludah sembarangan, batuk sembarangan, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang baik dan seimbang.
            Dengan demikian salah satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhan Penyuluhan TB dilakukan berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peranserta masyarakat dalam penanggulangan TB.

Terapi atau Pengobatan penderita TB dimaksudkan  untuk;
1) menyembuhkan penderita sampai sembuh,
2) mencegah kematian,
3) mencegah kekambuhan, dan 
4) menurunkan tingkat penularan. 

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap Intensif
 Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap  hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.  Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.  Sebagian besar penderita  TB BTA positif menjadi  BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 
Tahap Lanjutan
 Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama  Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman  persister   (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan streptomisin.
Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi. Sedangkan obat lain yang  juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan  Rifapentin dan Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti TB.


RESISTENSI OBAT

Penyebab:
  1. Pemakaian obat tunggal
  2. Penggunaan panduan yg tidak memadai (jumlah, jenis pola resistensi)
  3. Fenomena addition sindrom.
  4. Penggunaan obat kombinasi yg pencampurannya tdk dilakukan dg baik
  5. Penggunaan obat yg tidak teratur
  6. Penggunaan obat yg tdk kontinyu (putus obat, minum obat bila parah saja, jenis berganti)
  7. Tidak menggunakan obat sesuai waktu yang di tentukan

PENGETAHUAN TENTANG ANTIKOAGULAN



1.    Permasalahan
Kurangnya pengetahuan mengenai penggunaan antikoagulan, mekanisme kerja,  macam-macam antikoagulan, efek samping dan perlunya monitoring penggunaan antikoagulan.
2.    Judul
Penggunaan antikoagulan
3.   Sasaran
Asisten apoteker URJ Dinas, URJ ASKES dan Apotek Dinas Jaga Rumkital Dr. Ramelan.
4.   Tujuan
Asisten apoteker URJ Dinas, URJ ASKES dan Apotek Dinas Jaga Rumkital Dr. Ramelan diharapkan dapat mengetahui cara penggunaan dan efek antikoagulan dengan tepat serta mengetahui efek samping dari antikoagulan yang perlu diwaspadai.
5.   Metode dan Format
Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan tanya jawab.
6.   Sarana
Laptop, LCD Proyektor, Leaflet.

8.   Materi
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Secara umum Antikoagulan dibagi jadi 3 kelompok antara lain :
1.      Parenteral Anti koagulan,
misal : Heparin, Enoxaparin, Fondaparinux
2.      Antikoagulan Oral, mis: warfarin
3.      Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, misal : Natrium sitrat, asam oksalat
·         Parenteral Anti koagulan
a.      Heparin
Indikasi                  :    Untuk profilaksi, treatment dan perawatan tromboemboli
Mekanisme kerja    :
-        Mengikat dan menyebabkan perubahan konformasi dalam anti-trombin III sehingga mempercepat inaktivasi faktor pembekuan Iia trombin), IXa, Xa, Xia dan XIIA
-        Dosis rendah terutama mempengaruhi faktor Xa (profilaksis)
-        Dosis tinggi terutama mempengaruhi faktor Iia
Dosis                      :    Profilaksis 5000 unit setiap 8-12 jam, Intermittent 10.000 unit tiap 4-6 jam
Efek samping         :    Bleeding (pendarahan), Haemorrhagic shock, eritema (kemerahan pada kulit), konstipasi, hematemesis (muntah darah), adanya darah pada urine, trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit)
b.      Enoxaparin (Lovenox)
Indikasi                  :    Treatment akut pada pasien dengan emboli pulmonari; profilaksi untuk mencegah resiko komplikasi tromboemboli
Mekanisme kerja    :    Heparin berat molekul rendah (LMWH) dengan
rata-rata berat molekul 4500 dalton. Menyebabkan perubahan konformasi dalam anti-trombin III sehingga mempercepat inaktivasi faktor pembekuan. Karena ukurannya yang
lebih kecil, enoxaparin menghambat faktor Xa, dengan anti-Xa: anti Iia.
Dosis                      :    DVT akut 1 mg/kgBB tiap 12 jam atau 1,5 mg/kgBB sehari
                                    Myocardial infarction (<75th) 30 mg IV single bolus, 1 mg/kgBB tiap 12 jam (>75th) 0,75 mg/kgBB tiap 12 jam.
Efek samping         :    Haemorrhagic shock, demam, trombositopenia, mual, diare.
c.       Fondaparinux (Arixtra)
Indikasi                  :    Profilaksis DVT (Deep Vena Trombosis), acute pulmonary embolism
Mekanisme kerja    :    Fondaparinux adalah antikoagulan sintetik yang selektif menghambat aktivitas faktor Xa.
Dosis                      :    Fondaparinux 5 mg SC jika BB pasien <50kg
Fondaparinux 7.5 mg SC jika BB pasien 50-100kg
Fondaparinux 10 mg SC jika BB pasien >100kg
Efek samping         :    Bleeding (perdarahan), anemia, konstipasi, mual.
Interaksi obat         :    Meningkatkan pendarahan jika digunakan bersama dengan antikoagulan lain, antiplatelet (aspirin, clopidogrel, dipiridamol, ticlopidine), NSAID (Na. Diclof, Piroxicam, dll.)
Monitoring Parenteral Antikoagulan
  1. WBC Time/Whole Blood Clotting Time (Waktu Pembekuan Darah)
  2. PTT/Partial Thromboplastin Time atau APTT/Activated Thromboplastin Time, normal : 40 detik (terutama untuk penggunaan heparin)
  3. Kreatinin serum sebagai penyesuaian dosis diperlukan dengan insufisiensi ginjal. Dilakukan terhadap pasien dengan disfungsi ginjal berat, memperpanjang eliminasi paruh dan mungkin meningkatkan risiko perdarahan.
  4. Jumlah trombosit
Karena adanya ES trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit).
·         Oral Antikoagulan
1.      Warfarin
Indikasi                  :    Profilaksi dan treatment trombosis vena, pulmonari embolism, dan gangguan tromboemboli, Emboli yang disebabkan oleh artrial fibrilation, terapi profilaksis sesudah myocard infarction
Mekanisme Aksi    :
-        Menghambat pengurangan vitamin K epoksida, sehingga membatasi aktivasi faktor pembekuan: II (protrombin), VII, IX, X
-        Menghambat sintesis protein antikoagulan C dan S.
Dosis                      :    Dimulai 5-10 mg per hari selama 2 hari, dosis pemeliharaan 2-10 mg per hari tergantung nilai INR
Monitoring             :
         Pasien harus dimonitor dengan masing-masing dosis dan penyesuaian dosis dibutuhkan berdasarkan pada nilai-nilai INR
         Dengan dosis awal, INR biasanya akan meningkat dalam waktu 24-36 jam.
Konseling penggunaan antikoagulan:
1.      Penggunaan antikoagulan bersamaan dengan antikoagulan lain, antiplatelet (aspirin, clopidogrel, dipiridamol, ticlopidine), NSAID (Na. Diclof, Piroxicam, dll.) dapat meningkatkan resiko perdarahan. Oleh karena itu, penggunaan bersamaan dengan obat-obat diatas  dihindari  
2.      Pemeriksaan PTT/Partial Thromboplastin Time atau APTT/Activated Thromboplastin Time untuk mengontrol adanya resiko perdarahan pada penggunaan antikoaguan
3.      Tanda-tanda trombositopenia : perdarahan pada kulit, darah pada tinja, perdarahan gusi, darah menstruasi banyak (pd wanita).
4.      Evaluasi
Materi yang disampaikan sesuai dengan isi dan topik  yang disampaikan.
Proses edukasi berjalan baik (aktif), respon yang baik dapat dilihat dari jumlah pertanyaan yang muncul.
5.      Pertanyaan
1)      Bagaimana  jarak minum obat antara NSAID dengan antikoagulan lain?? bolehkah diminum NSAID dulu bila pasien tidak tahan sakit??
Jawab: untuk t1/2 eliminasi untuk heparin adalah 1-3 jam, jadi  bila ada obat NSAID dan heparin maka jarak minumnya 1-3 jam, maka obat tidak diminum bersamaan karena resiko perdarahan.
bila pasien mengalami nyeri yang sangat hebat sehingga memerlukan NSAID, maka NSAID dapat diberikan lebih dulu kemudiandiberi selang waktu antara 1-3 jam untuk minum obat antikoagulan.
2)      Berapakah  dosis penggunaan obat antikoagulan dan apakah boleh diminum untuk anak-anak dan berapa dosisnya??
Jawab: 
ü  dosis heparin  untuk dewasa ; thromboprofilaksis 5000 unit tiap 8-12 jam, intermitent 10.000 unit, 50-70/kg (5000-10.000 unit) tiap 4-6 jam. heparin dapat diberikan pada anak –anak >1 thn; profilaksis : IV; bolus 100-150 unit/kg.
ü  dosis enoxaparin untuk dewasa : DVT akut 1 mg/kgBB tiap 12 jam atau 1,5 mg/kgBB sehari
Myocardial infarction (<75th) 30 mg IV single bolus, 1 mg/kgBB tiap 12 jam
(>75th) 0,75 mg/kgBB tiap 12 jam.
enoxaparin dapat diberikan pada bayi <2 bulan dan anak ≤ 18 tahun.
bayi <2 thn; profilaksis 0,75 mg/kg tiap 12 jam, treatment  1,5 mg/kg tiap 12jam.
bayi>2 th dan anak ≤ 18 tahun, profilaksis 0,5 mg/kg tiap 12 jam, treatment  1mg/kg tiap 12 jam.
ü  dosis fondaparinux untuk dewasa : Treatment akut :  Fondaparinux 5 mg SC jika BB pasien <50kg
Fondaparinux 7.5 mg SC jika BB pasien 50 – 100kg, Fondaparinux 10 mg SC jika BB pasien >100kg, profilaksis; ≥50 kg : 2,5 mg sekali sehari.
ü  dosis warfarin untuk dewasa : Dimulai 5-10 mg per hari selama 2 hari, dosis pemeliharaan 2-10 mg per hari tergantung nilai INR
dosis warfarin untuk bayi dan anak –anak ;0,2mg/kg (max 10 mg/dose)
3)      Apakah ada interaksi antikoagulan dengan makanan ??
Jawab : makanan yang mengandung vit K dan vit E, ginseng , ginkobiloba, bawang putih, jahe.
4)      Berapakah dosis maksimum untuk lovenox (enoxaparin) dan jangka waktu/lama pemberian lovenox??
Jawab :  dosis maksimum  DVT profilaksis  twice daily dose : 30 mg tiap 12-24 jam selama  10 hari. once daily dose : 40  mg tiap 9-15 jam selama 10 hari. DVT treatment   akut 1mg/kg tiap 12jam selama 5-7 hari.
5)      Efek samping lovenox  dalam jangka waktu lama??
Jawab : efek samping penggunaan lovenox dalam waktu lama dapat menyebabkan Haemorrhagic shock, demam, trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit dengan tanda- tanda perdarahan pada kulit, darah pada tinja, perdarahan gusi, darah menstruasi banyak (pd wanita) ), mual, diare. Sehingga harus dimonitor secara ketat WBC Time/Whole Blood Clotting Time (Waktu Pembekuan Darah), PTT/Partial Thromboplastin Time atau APTT/Activated Thromboplastin Time, normal : 40 detik (terutama untuk penggunaan heparin), Kreatinin serum sebagai penyesuaian dosis diperlukan dengan insufisiensi ginjal. Dilakukan terhadap pasien dengan disfungsi ginjal berat, memperpanjang eliminasi paruh dan mungkin meningkatkan risiko perdarahan, Jumlah trombosit Karena adanya ES trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit).
6)      Bila pasien lupa minum obat antikoagulan,akibat penghetian dosis 1x pemakaian, bagaimanakah mengatasinya??
Jawab :Bila lupa meminum obat,misal lupa 1-2 jam maka obat diminum sesegera mungkin, tidak diminum bila mendekati jadual untuk meminum obat selanjutnya, jangan menggandakan dosis.
7)      Bagaimana bila pasien menerima terapi antikoagulan dan pasien tersebut adalah wanita yang sedang haid, bagaimana solusinya??
Jawab: bila pasien mendapat terapi antikoagulan oral (warfarin) dan obat tersebut dibutuhkan untuk terapi maka pemberian antikoagulan diprioritaskan,jadi obat dapat tetap diberikan dengan dilakukan monitoring nilai PTT dan APTT serta jumlah trombosit. Tetapi apabila terapi obat tidak segera dibutuhkan maka sebaiknya terapi antikoagulan dihentikan terlebih dahulu dan setelah haid selesai pemberian antikoagulan dapat dilanjutkan kembali dan tetap dilakukan monitoring.
    
Pustaka
Dipiro, 2005, PHARMACOTHERAPY A Pathophysiologic Approach Sixth Edition, Foxit Software Company, USA.
Armstrong L Lora, Ingrim B.Naomi , Lacy F. Charles , Lance L. Leonard, 2009-2010, Drug Information Handbook 18th Edition ,American Pharmaceutical Association.
Ronald Reagan, 2008, Anticoagulant Management Program and Guidelines, UCLA Medical Center.