The Pharmacist Room

PENGETAHUAN TENTANG ANTIKOAGULAN



1.    Permasalahan
Kurangnya pengetahuan mengenai penggunaan antikoagulan, mekanisme kerja,  macam-macam antikoagulan, efek samping dan perlunya monitoring penggunaan antikoagulan.
2.    Judul
Penggunaan antikoagulan
3.   Sasaran
Asisten apoteker URJ Dinas, URJ ASKES dan Apotek Dinas Jaga Rumkital Dr. Ramelan.
4.   Tujuan
Asisten apoteker URJ Dinas, URJ ASKES dan Apotek Dinas Jaga Rumkital Dr. Ramelan diharapkan dapat mengetahui cara penggunaan dan efek antikoagulan dengan tepat serta mengetahui efek samping dari antikoagulan yang perlu diwaspadai.
5.   Metode dan Format
Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan tanya jawab.
6.   Sarana
Laptop, LCD Proyektor, Leaflet.

8.   Materi
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Secara umum Antikoagulan dibagi jadi 3 kelompok antara lain :
1.      Parenteral Anti koagulan,
misal : Heparin, Enoxaparin, Fondaparinux
2.      Antikoagulan Oral, mis: warfarin
3.      Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, misal : Natrium sitrat, asam oksalat
·         Parenteral Anti koagulan
a.      Heparin
Indikasi                  :    Untuk profilaksi, treatment dan perawatan tromboemboli
Mekanisme kerja    :
-        Mengikat dan menyebabkan perubahan konformasi dalam anti-trombin III sehingga mempercepat inaktivasi faktor pembekuan Iia trombin), IXa, Xa, Xia dan XIIA
-        Dosis rendah terutama mempengaruhi faktor Xa (profilaksis)
-        Dosis tinggi terutama mempengaruhi faktor Iia
Dosis                      :    Profilaksis 5000 unit setiap 8-12 jam, Intermittent 10.000 unit tiap 4-6 jam
Efek samping         :    Bleeding (pendarahan), Haemorrhagic shock, eritema (kemerahan pada kulit), konstipasi, hematemesis (muntah darah), adanya darah pada urine, trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit)
b.      Enoxaparin (Lovenox)
Indikasi                  :    Treatment akut pada pasien dengan emboli pulmonari; profilaksi untuk mencegah resiko komplikasi tromboemboli
Mekanisme kerja    :    Heparin berat molekul rendah (LMWH) dengan
rata-rata berat molekul 4500 dalton. Menyebabkan perubahan konformasi dalam anti-trombin III sehingga mempercepat inaktivasi faktor pembekuan. Karena ukurannya yang
lebih kecil, enoxaparin menghambat faktor Xa, dengan anti-Xa: anti Iia.
Dosis                      :    DVT akut 1 mg/kgBB tiap 12 jam atau 1,5 mg/kgBB sehari
                                    Myocardial infarction (<75th) 30 mg IV single bolus, 1 mg/kgBB tiap 12 jam (>75th) 0,75 mg/kgBB tiap 12 jam.
Efek samping         :    Haemorrhagic shock, demam, trombositopenia, mual, diare.
c.       Fondaparinux (Arixtra)
Indikasi                  :    Profilaksis DVT (Deep Vena Trombosis), acute pulmonary embolism
Mekanisme kerja    :    Fondaparinux adalah antikoagulan sintetik yang selektif menghambat aktivitas faktor Xa.
Dosis                      :    Fondaparinux 5 mg SC jika BB pasien <50kg
Fondaparinux 7.5 mg SC jika BB pasien 50-100kg
Fondaparinux 10 mg SC jika BB pasien >100kg
Efek samping         :    Bleeding (perdarahan), anemia, konstipasi, mual.
Interaksi obat         :    Meningkatkan pendarahan jika digunakan bersama dengan antikoagulan lain, antiplatelet (aspirin, clopidogrel, dipiridamol, ticlopidine), NSAID (Na. Diclof, Piroxicam, dll.)
Monitoring Parenteral Antikoagulan
  1. WBC Time/Whole Blood Clotting Time (Waktu Pembekuan Darah)
  2. PTT/Partial Thromboplastin Time atau APTT/Activated Thromboplastin Time, normal : 40 detik (terutama untuk penggunaan heparin)
  3. Kreatinin serum sebagai penyesuaian dosis diperlukan dengan insufisiensi ginjal. Dilakukan terhadap pasien dengan disfungsi ginjal berat, memperpanjang eliminasi paruh dan mungkin meningkatkan risiko perdarahan.
  4. Jumlah trombosit
Karena adanya ES trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit).
·         Oral Antikoagulan
1.      Warfarin
Indikasi                  :    Profilaksi dan treatment trombosis vena, pulmonari embolism, dan gangguan tromboemboli, Emboli yang disebabkan oleh artrial fibrilation, terapi profilaksis sesudah myocard infarction
Mekanisme Aksi    :
-        Menghambat pengurangan vitamin K epoksida, sehingga membatasi aktivasi faktor pembekuan: II (protrombin), VII, IX, X
-        Menghambat sintesis protein antikoagulan C dan S.
Dosis                      :    Dimulai 5-10 mg per hari selama 2 hari, dosis pemeliharaan 2-10 mg per hari tergantung nilai INR
Monitoring             :
         Pasien harus dimonitor dengan masing-masing dosis dan penyesuaian dosis dibutuhkan berdasarkan pada nilai-nilai INR
         Dengan dosis awal, INR biasanya akan meningkat dalam waktu 24-36 jam.
Konseling penggunaan antikoagulan:
1.      Penggunaan antikoagulan bersamaan dengan antikoagulan lain, antiplatelet (aspirin, clopidogrel, dipiridamol, ticlopidine), NSAID (Na. Diclof, Piroxicam, dll.) dapat meningkatkan resiko perdarahan. Oleh karena itu, penggunaan bersamaan dengan obat-obat diatas  dihindari  
2.      Pemeriksaan PTT/Partial Thromboplastin Time atau APTT/Activated Thromboplastin Time untuk mengontrol adanya resiko perdarahan pada penggunaan antikoaguan
3.      Tanda-tanda trombositopenia : perdarahan pada kulit, darah pada tinja, perdarahan gusi, darah menstruasi banyak (pd wanita).
4.      Evaluasi
Materi yang disampaikan sesuai dengan isi dan topik  yang disampaikan.
Proses edukasi berjalan baik (aktif), respon yang baik dapat dilihat dari jumlah pertanyaan yang muncul.
5.      Pertanyaan
1)      Bagaimana  jarak minum obat antara NSAID dengan antikoagulan lain?? bolehkah diminum NSAID dulu bila pasien tidak tahan sakit??
Jawab: untuk t1/2 eliminasi untuk heparin adalah 1-3 jam, jadi  bila ada obat NSAID dan heparin maka jarak minumnya 1-3 jam, maka obat tidak diminum bersamaan karena resiko perdarahan.
bila pasien mengalami nyeri yang sangat hebat sehingga memerlukan NSAID, maka NSAID dapat diberikan lebih dulu kemudiandiberi selang waktu antara 1-3 jam untuk minum obat antikoagulan.
2)      Berapakah  dosis penggunaan obat antikoagulan dan apakah boleh diminum untuk anak-anak dan berapa dosisnya??
Jawab: 
ü  dosis heparin  untuk dewasa ; thromboprofilaksis 5000 unit tiap 8-12 jam, intermitent 10.000 unit, 50-70/kg (5000-10.000 unit) tiap 4-6 jam. heparin dapat diberikan pada anak –anak >1 thn; profilaksis : IV; bolus 100-150 unit/kg.
ü  dosis enoxaparin untuk dewasa : DVT akut 1 mg/kgBB tiap 12 jam atau 1,5 mg/kgBB sehari
Myocardial infarction (<75th) 30 mg IV single bolus, 1 mg/kgBB tiap 12 jam
(>75th) 0,75 mg/kgBB tiap 12 jam.
enoxaparin dapat diberikan pada bayi <2 bulan dan anak ≤ 18 tahun.
bayi <2 thn; profilaksis 0,75 mg/kg tiap 12 jam, treatment  1,5 mg/kg tiap 12jam.
bayi>2 th dan anak ≤ 18 tahun, profilaksis 0,5 mg/kg tiap 12 jam, treatment  1mg/kg tiap 12 jam.
ü  dosis fondaparinux untuk dewasa : Treatment akut :  Fondaparinux 5 mg SC jika BB pasien <50kg
Fondaparinux 7.5 mg SC jika BB pasien 50 – 100kg, Fondaparinux 10 mg SC jika BB pasien >100kg, profilaksis; ≥50 kg : 2,5 mg sekali sehari.
ü  dosis warfarin untuk dewasa : Dimulai 5-10 mg per hari selama 2 hari, dosis pemeliharaan 2-10 mg per hari tergantung nilai INR
dosis warfarin untuk bayi dan anak –anak ;0,2mg/kg (max 10 mg/dose)
3)      Apakah ada interaksi antikoagulan dengan makanan ??
Jawab : makanan yang mengandung vit K dan vit E, ginseng , ginkobiloba, bawang putih, jahe.
4)      Berapakah dosis maksimum untuk lovenox (enoxaparin) dan jangka waktu/lama pemberian lovenox??
Jawab :  dosis maksimum  DVT profilaksis  twice daily dose : 30 mg tiap 12-24 jam selama  10 hari. once daily dose : 40  mg tiap 9-15 jam selama 10 hari. DVT treatment   akut 1mg/kg tiap 12jam selama 5-7 hari.
5)      Efek samping lovenox  dalam jangka waktu lama??
Jawab : efek samping penggunaan lovenox dalam waktu lama dapat menyebabkan Haemorrhagic shock, demam, trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit dengan tanda- tanda perdarahan pada kulit, darah pada tinja, perdarahan gusi, darah menstruasi banyak (pd wanita) ), mual, diare. Sehingga harus dimonitor secara ketat WBC Time/Whole Blood Clotting Time (Waktu Pembekuan Darah), PTT/Partial Thromboplastin Time atau APTT/Activated Thromboplastin Time, normal : 40 detik (terutama untuk penggunaan heparin), Kreatinin serum sebagai penyesuaian dosis diperlukan dengan insufisiensi ginjal. Dilakukan terhadap pasien dengan disfungsi ginjal berat, memperpanjang eliminasi paruh dan mungkin meningkatkan risiko perdarahan, Jumlah trombosit Karena adanya ES trombositopenia (berkurangnya jumlah trombosit).
6)      Bila pasien lupa minum obat antikoagulan,akibat penghetian dosis 1x pemakaian, bagaimanakah mengatasinya??
Jawab :Bila lupa meminum obat,misal lupa 1-2 jam maka obat diminum sesegera mungkin, tidak diminum bila mendekati jadual untuk meminum obat selanjutnya, jangan menggandakan dosis.
7)      Bagaimana bila pasien menerima terapi antikoagulan dan pasien tersebut adalah wanita yang sedang haid, bagaimana solusinya??
Jawab: bila pasien mendapat terapi antikoagulan oral (warfarin) dan obat tersebut dibutuhkan untuk terapi maka pemberian antikoagulan diprioritaskan,jadi obat dapat tetap diberikan dengan dilakukan monitoring nilai PTT dan APTT serta jumlah trombosit. Tetapi apabila terapi obat tidak segera dibutuhkan maka sebaiknya terapi antikoagulan dihentikan terlebih dahulu dan setelah haid selesai pemberian antikoagulan dapat dilanjutkan kembali dan tetap dilakukan monitoring.
    
Pustaka
Dipiro, 2005, PHARMACOTHERAPY A Pathophysiologic Approach Sixth Edition, Foxit Software Company, USA.
Armstrong L Lora, Ingrim B.Naomi , Lacy F. Charles , Lance L. Leonard, 2009-2010, Drug Information Handbook 18th Edition ,American Pharmaceutical Association.
Ronald Reagan, 2008, Anticoagulant Management Program and Guidelines, UCLA Medical Center.

ASMA DAN PENANGANANNYA



1.    Permasalahan
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai pada anak maupun dewasa. Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara sedang berkembang. Peningkatan tersebut diduga berkaitan dengan pola hidup yang berubah dan peran faktor  lingkungan terutama polusi baik indoor maupun outdoor. Prevalensi asma pada anak berkisar antara 2-30%. Di Indonesia prevalensi asma pada anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar, dan sekitar 6,5% pada usia sekolah menengah pertama. Tingginya angka kejadiaan penyakit ini, menjadi dasar perlunya pengetahuan dan juga informasi bagi masyarakat tentang pengertian, pengobatan, dan juga penanganan serangan asma maupun pengobatan kontroler sebagai pencegah kekambuhan asma. Untuk itu perlu diadakan forum edukasi kepada masyarakat untuk memperkecil angka kesakitan asma.

2.    Judul
Asma dan Penanganannya

3.    Sasaran
Sasaran edukasi ini adalah pasien rawat jalan ASKES di Rumkital Dr. Ramelan.

4.    Tujuan
Tujuan dilakukan edukasi ini adalah memberikan informasi, agar pasien mengerti tentang penyakit asma, pengobatan dan penanganannya serta cara penggunaan alat inhalasi yang benar.

5.    Metode dan Format
Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan tanya jawab.
6.    Sarana
Sarana yang digunakan adalah laptop, LCD proyektor, dan leaflet.

7.    Materi
·      Definisi Asma
Kondisi yang ditandai oleh sesak napas disertai bunyi “ngik-ngik” (mengi) yang disebabkan oleh adanya penyempitan di saluran nafas karena rangsangan tertentu sehingga terjadi peradangan.
·      Faktor pencetus asam
1.      Faktor keturunan          : genetik
2.      Faktor lain                    :                      
a.       Lingkungan:
ü  Asap rokok
ü  Udara dingin (perubahan cuaca)
ü  Polusi udara
b.      Alergen :
ü  Debu rumah
ü  Bulu Binatang
ü  Tepung sari bunga
c.       Emosi yang berlebihan seperti marah atau ketakutan
d.      Olahraga
·      Gejala asma
1.      Sesak nafas disertai dengan bunyi mengi.
2.      Terkadang disertai nyeri dada.
3.      Batuk kering/berdahak (dahak kental dan sulit dikeluarkan).
4.      Penderita sering mengeluh cepat lelah.
5.      Batuk berulang setelah terkena pejanan (alergen, aktivitas, emosi, infeksi), batuk menjadi berat terutama pada malam hari.
·      Penggolongan obat asma
Obat pelega nafas (Reliever)
Diberikan pada saat serangan untuk mengatasi sesak secara cepat.
Contoh : salbutamol , teofilin tablet, terbutalin, Ipratropium inhalasi.
Ø Salbutamol
Mekanisme                         : Meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos dan menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi alergi.
Efek samping         :  Tremor, erythema, hipokalemia
Interaksi obat         : Dengan caffein dapat menyebabkan stimulasi sistem syaraf pusat.
Ø Berotek inhaler
Komposisi              : fenoterol HBr
Mekanisme             : melemaskan otot polos bronkus, dan pembuluh darah serta  melindungi dari bronkokontriksi.
Efek samping         :tremor, sakit kepala, pusing, iritasi.
Ø Spirivahandihaler
Komposisi              :  tiotropium bromida
Mekanisme             :sebagai penghambat reseptor kolinergik muskarinik sehingga menghambat bronkokontriksi dan hipersekresi bronkus
Efek samping         : mulut kering, batuk, sinuitis

Obat pengontrol
untuk mengurangi gejala harian
contoh : ketotifen, teofilin, budesonid inhaler
Ø Pulmicort turbuheler
Komposisi              : budesonide
Mekanisme             :merupakan golongan kortikosteroid dengan aksi menghambat pembentukan mediator peradangan, mengurangi reaktifitas otot polos saluran nafas, dan meningkatkan sirkulasi jalan nafas
Efek samping         : infeksi candidiasis di mulut(seperti sariawan), sakit tenggorokan, batuk.
Cara penggunaan inhaler
Inhaler berotec
1.       Lepaskan penutup, dan kocok botol perlahan untuk memastika bahwa botol masih ada isi atau volumenya.
2.      Pegang botol semprot tegak dan tengadahkan kepala ke atas.
3.      Latihan nafas dengan cara menarik nafas dan mengeluarkan lewat hidung, kemudian keluarkan nafas sepenuhnya melalui hidung untuk mengosongkan paru-paru.
4.      Masukkan moncong alat ke dalam mulut dan katupkan bibir anda rapat-rapat.
5.      Tarik nafas dalam-dalam melalui mulut, dan secara bersamaan dengan itu tekanlah tombol semprot pada botol tersebut.
6.      Kemudian lepaskan tombol, tahan nafas beberapa detik, keluarkan alat dari mulut dan hembuskan nafas perlahan melalui hidung.
7.      Bila diperintahkan oleh dokter untuk menggunakan lebih dari 1 semprot dalam sekali pemakaian, maka tunggu 1 menit dan ulangi seperti cara diatas.
8.      Bersihkan bagian moncong alat dengn tisue dan berkumurlah dengan air hangat, kemudian tutup kembali alat.

Penggunaan Turbuhaler
Cara pemakaian :
1. Putar dan lepas penutup tabung
2. Pegang inhaler ke arah atas dengan pegangan (grip) yang berwarna  coklat sejauh mungkin ke arah kanan dan kemudian kembali ke posisi semula sampai terdengar suara klik
3. Hembuskan nafas melalui hidung
4. Letakkan “mouth piece” diantara gigi, kelilingi dan tutupi mouth piece dengan bibir kemudian tarik nafas dengan sekuat dan sedalam mungkin
5. Sebelum menghembuskan nafas, keluarkan inhaler dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari 1 dosis, ulang tahap 2-5
6. Bersihkan bagian Mouth piece, pasang kembali tutupnya dan kumur mulut anda dengan air setelah menggunakan inhaler.

Penggunaan Handihaler
1.    Buka bagian penutup alat, kemudian buka bagian mouth piece.
2.    Siapkan kapsul yang akan digunakan, lalu masukkan kapsul tersebut kedalam tempat kapsul yang ada dalam mouth piece.
3.    Tutup kembali mouth piece.
4.    Tekan tombol dengan sempurna pada alat, sekali saja lalu lepaskan.
5.    Latihan nafas dengan cara menarik nafas dan mengeluarkan lewat hidung, kemudian keluarkan nafas sepenuhnya melalui hidung untuk mengosongkan paru-paru.
6.    Masukkan handihaler ke dalam mulut dan katupkan rapat-rapat bagian mouth piece pada bibir.
7.    Tarik nafas perlahan dan dalam sampai paru-paru terisi penuh dan terdengar kapsul bergetar.
8.    Tahan nafas beberapa saat, lalu keluarkan melalui hidung kemudian berkumur.
9.    Buka mouth piece dan keluarkan cangkang kapsul
10.    Bersihkan bagian dalam mouth piece untuk membuang sisa cangkang atau obat yang mungkin menempel dengn tisue kering atau cottonbath.
11.    Tutup kembali mouth piece kemudian bersihkan bagian ujung luarnya yang bersentuhan dengn bibir tadi dengan air hangat.
Perhatian bagi penderita asma.
Faktor terpenting dalam mengatasi asma :
1.      Kenali faktor pencetus asma, disarankan kepada orang tua atau penderita agar mencatat hal-hal yang dapat memicu asma, apakah ada alergi dari makanan atau hal tertentu, maka alergen tersebut harus dihindari.
2.      Faktor pencetus asma yang paling umum adalah debu, perhatikan juga mainan anak atau hewan peliharaan yang dapat memicu asma.
3.      Untuk mendapatkan informasi obat serta penanganan asma jangan segan-segan bertanya pada apoteker, dan bila sakit berlanjut segera hubungi dokter.
4.      Penderita di sarankan untuk berolah raga secara teratur dan tidak terlalu berat.
5.      Minum obat kontroler secara teratur untuk mencegah kekambuhan asma, dan terapkan pola hidup sehat.

Evaluasi
Proses edukasi berjalan baik (aktif), respon dari audience sangat bagus, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk sebagai respon atas nformasi yang disampaikan. Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh audience, hal ini dapat dilihat dari kemampuan menjawab soal yang kami ajukan kepada audience. Dari 6 pertanyaan yang diajukan 5 pertanyaan dapat di jawab dengan baik pleh audience.

Pertanyaan
1.    Apakah asma yang terdeteksi sejak lahir dapat sembuh total ?.( Tn. Abdul H)
Jawab :
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis, yang dapat di sebabkan oleh adanya rangsangan baik dari dalam maupun dari luar. Asma yang didapat dari anak sejak lahir merupakan jenis asma yang sifatnya adalah genetik atau didapat dari keturunan. Asma bukan merupakan penyakit yang dapat di sembuhkan secara total dengan terapi obat, tetapi dapat di cegah kekambuhannya dengan terapi obat yang sesuai dan kontinue. Serangan asma terjadi karena adanya rangsangan dari luar seperti faktor lingkungan baik debu, cuaaca dll, serangan ini dapat di hindari jika penderita mengerti dan paham terhadap faktor pemicu dari asma yang dideritanya, baik dengan menggunakan alat pelindung diri maupun menghindar/ menjauhi faktor pemicu. Selain itu obat-obat yang direkomendasikan sebagai obat kontroler yang digunakan sebagai obat untuk mencegah kekambuhan harus selalu rutin digunakan meskipun serangan asma tidak terjadi. Jadi, penyakit asma tidak bisa disembuhkan total.




2.    Apakah asma merupakan penyakit menular ? dan dapatkah kapsul yang dimasukkan pada handihaler itu digunakan langsung dengan cara oral (diminum) ?. (Ny. Sutarmi)
Jawab :
Asma bukan merupakan penyakit yang menular, namun termasuk penyakit yang dapat diturunkan ( bersifat genetik), meskipun angka keterjadiannya sekitar 30%.
Kapsul spiriva (tiotropium bromida) adalah kapsul yang digunakan dalam terapi inhalasi dengan menggunnakan alat handihaler. Kapsul ini di digunakan dalam terapi serangan akut asma yang terjadi mendadak dan membutuhkan aksi cepat (short acting). Kapsul ini akan mengalami penyubliman saat digunakan atau di hirup, sehingga yang penderita rasakan hanya seperti hembusan powder halus yang nantinya akan masuk kedalam sistem pernafasan dan memberikan efek dilatasi pada saluran / jalan nafas. Jika kapsul di gunakan dengan cara diminum maka kapsul tidak akan menyublim, melainkan akan terdisolusi dalam sistem pencernaan, akibatnya obat tersebut tidak terserap dengan baik di jalan nafas, dan penderita tidak mendapat terapi yang efektif karena jalan nafas tidak mengalami dilatasi. Jadi kapsul spiriva tidak dapat digunakan secara oral.

3.    Apakah asma bisa sembuh total ? (Tn. Asmedi)
Jawab.
Untuk saat ini secara medis penyakit asma belum bisa di sembuhkan secara total, hanya saja asma dapat di cegah kekambuhannya dengan cara menghindarkan dari faktor-faktor pemicu asma. Maka di sarankan pada penderita untuk dapat mengenali faktor tersebut sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kekambyhan dari asma. Selain itu juga, penderita di sarankan untuk melakukan terapi kontroler dengan menggunakan obat-obat yang direkomendasikan.
4.    Apa bedanya akupuntur dengan tusuk jarum, dapatkah terapi ini menyembuhkan asma ? (Ny. Melsa)
Jawab :
Terapi akupuntur sama dengan terapi tusuk jarum, dimana terapi ini menitik- bertakan pada titik-titik syaraf tertentu yang merupakan tempat yang terkait dengan penyakit tersebut. Menurut literatur yang kami ketahui terapi asma dengan akupuntur ini bisa digunakan sebagia pengobatan dengan cara pijat terapi pada daerah dada untuk melancarkan peredaran darah yang tersumbat di daerah paru-paru dan refleksi kaki sebagai kombinasi untuk mengobati penyakit asma melalui kaki.
5.    Mengapa setelah penguapan penderita asma bisa kambuh lagi ? (Ny. Jumiah)
Jawab :
Penguapan atau terapi dengan nebulizer merupakan terapi yang digunakan untuk mengatasi serangan asma akut yang membutuhkan penanganan cepat atau dengan kata lain menggunakan obat-obat dengan mekanisme kerja short acting. Penderita yang menggunakan terapi inhalasi dengan baik dan benar akan mendapatkan efektivitas terpai yang maksimal yaitu berkurangnya rasa sesak dan nyeri yang biasa dirasakan saat serangan. Namun, kekambuhan itu tetap akan dapat muncul apabila penderita mendapat paparan atau rangsangan faktor pencetus asma, karena tidak mampu dan berupaya untuk menghindarkan diri dari rangsang tersebut dengan alat pelindung diri maupun obat-obat kontroler yang diminum setiap saat tanpa harus ada serangan.
6.    Pasien mengalami sesak nafas, ketika diberi obat Neonapacin sesaknya berkurang, apa itu termasuk asma ? (Ny. Sumiatun)
Jawab :
Penentuan diagnosa yang menyatakan seorang pasien menderita asma atau bukan harus dengan uji tes tertentu, seperti FEV/PEF, sesak nafas yang dialami oleh penderita ini memang dapat teratasi dengan baik dengan pemberian Neonapacin karena mengandung teofilin dan ephedrin yang merupakan bronchodilator yang akan melebarkan jalan nafas, sehingga sesak nafasnya akan teratasi.
7.    Apakah obat asma harus diminum terus meskipun pasien tidak sesak ?
Jawab :
Obat asma yang merupakan obat kontroler seperti teofilin, ketotifen harus tetap di diminum karena merupakan obat yang digunakan untuk mencegah kekambuhan asma, meskipun penderita asma tidak mengalami serangan.

Farmasi Rumah Sakit


Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor : 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik; pelayanan penunjang medik dan non medik; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan rujukan; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2003)
Suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi pelayanan kesehatan dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhi 13 persyaratan yaitu : tersedia (available), adil/merata (equity), tercapai (accessible), terjangkau (affordable), dapat diterima (acceptable), wajar (appropiate), efektif (effective), efisien (efficient), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integral), berkelanjutan (continues), bermutu (quality), serta berkesinambungan (sustainable) (Anonim, 2004).
Pesatnya perkembangan informasi dan teknologi menuntut penjaminan kualitas pelayanan bidang kesehatan dengan merubah wawasan para tenaga kesehatan untuk selalu mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta sikap dan perilaku. Mutu pelayanan kesehatan akan menjadi lebih baik jika masing-masing profesi kesehatan memberikan pelayanannya kepada pasien didasarkan pada standar profesi, etika, dan norma masing-masing (Anonim, 2004).
Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan di Rumah sakit                                              mempunyai peranan penting yang tidak bisa digantikan oleh profesi lain. Apoteker merupakan ahli di bidang kefarmasian dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan efektifitas pelayanan pengobatan di rumah sakit terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pengobatan yang rasional, oleh karena itu seorang apoteker harus mempunyai wawasan dan pengetahuan serta keterampilan yang luas di bidang kefarmasian rumah sakit. Seorang apoteker juga diharapkan mampu mengikuti perkembangan-perkembangan yang ada di rumah sakit.
Peran seorang apoteker di rumah sakit sebagai salah satu pelayanan medik  yaitu pelayanan farmasi. Peran apoteker dapat dibagi menjadi dua yaitu manajerial dan fungsional. Peran manajerial apoteker berupa perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan produksi obat. Apoteker juga ikut serta secara langsung dalam pelayanan kesehatan melalui farmasi klinik sebagai peran profesinya. Kegiatan farmasi klinik meliputi konseling, pelayanan informasi obat, edukasi dan pharmaceutical care.        
Mengingat begitu besarnya tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang apoteker di rumah sakit, maka tidak cukup bagi mahasiswa calon apoteker bila hanya diberi ilmu kefarmasian saja, tetapi juga harus melaksanakan prakteknya secara langsung di lapangan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit dalam bimbingan apoteker-apoteker yang berpengalaman. Dengan melakukan PKPA tersebut maka diharapkan mahasiswa calon apoteker dapat mempersiapkan diri dengan mencari pengalaman dan memperdalam pengetahuannya sebelum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dirumah sakit.  
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Program Profesi Apoteker Universitas Ahmad Dahlan mengadakan kerjasama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk melatih dan membimbing mahasiswa calon apoteker melalui program Praktek Kerja Profesi Apoteker.                                                                    

A.    Kompetensi Farmasi di Rumah Sakit
1.   Asuhan Kefarmasian
a.        Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.
b.        Memberikan pelayanan kepada pasien atas permintaan pasien itu sendiri dalam rangka ingin melakukan pengobatan mandiri.
c.        Memberikan pelayanan informasi obat.
d.       Memberikan pelayanan konsultasi obat.
e.        Memberikan formulasi obat untuk mendukung proses terapi..
f.         Melakukan monitoring efek samping obat.
g.        Melaksanakan pelayanan klinik berbasis farmakokinetika.
h.        Penatalaksanaan obat sitostatika dan obat yang setara..
i.          Melakukan pelayanan dan evaluasi penggunaan obat.
2.   Akuntabilitas Praktek Farmasi                                      
a.      Menjamin pelayanan kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.
b.      Menjamin obat yang diproduksi bermutu, mempunyai efikasi, aman, nyaman dan biaya yang wajar.
c.      Merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan standar kerja.
d.     Mencegah dan melindungi lingkungan dari kerusakan akibat obat.
e.      Melakukan peningkatan mutu terus menerus.
3.  Manajemen Praktis Farmasi
a.      Melakukan pengelolaan material atau bahan baku obat yang berkualitas.
b.      Melakukan pengelolaan produksi obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, aman, nyaman dan harga yang wajar.
c.      Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi.
d.     Merancang, membuat, melakukan pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien.
e.      Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien.
4.   Komunikasi Farmasi
a.      Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.
b.      Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.
c.      Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.
d.     Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan semangat kerjasama, saling menghormati dan mengakui kemampuan masing-masing demi tegaknya profesi.
5.   Pendidikan dan Pelatihan Farmasi
a.      Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.
b.      Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi ahli madya farmasi, asisten apoteker, pekarya dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan.
c.      Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas pelayanan kefarmasian.
d.     Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi, kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.
6.   Penelitian dan Pengembangan Farmasi                        
a.        Melakukan penelitian dalam rangka penemuan obat dan bahan baku obat serta pengembangan sediaan farmasi.
b.        Melakukan penelitian dan pengembangan farmasi, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.
c.        Menggunakan hasil penelitian sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian (Anonim, 2004)