1.
Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan
karena bertambahnya kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi
hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena
berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas
darah. Malnutrisi dapat dievaluasi dengan: penurunan berat badan, kadar albumin
darah, antropometri, pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan
otot pipi), hasil metabolism (hiperkapnea dan hipoksia). (Agustin, 2008)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang
agresis tidak akan mengatasi masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak
dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat metabolisme karbohidrat.
Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibutuhkan,
bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings)
dengan pipa nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi
lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat
meningkatkan ventilasi semenit oxygen comsumption dan respons
ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnea. Tetapi pada PPOK dengan gagal
napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan. Gangguan
keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena berkurangnya fungsi
muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi. Gangguan
elektrolit yang terjadi adalah: hipofosfatemi, hiperkalemi, hipokalsemi,
hipomagnesemi. Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma.
Dianjurkanpemberian nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan
waktu pemberian yang lebih sering. (Agustin, 2008)
2.
Rehabilitasi
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan
toleransi latihan dan memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK Penderita yang
dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan
optimal yang disertai: simptom pernafasan berat, beberapa kali masuk ruang
gawat darurat, kualitas hidup yang menurun.(Hogg, 2001)
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah
sakit oleh suatu tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi,
respiratori terapis dan psikolog. Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen
yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan. (Hogg, 2001)
Ditujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasitas
system transportasi oksigen. Latihan fisik yang baik akan menghasilkan: peningkatan
VO2max, perbaikan kapasitas kerja maupun anaerobic, peningkatan cardiac output dan stroke volume, peningkatan efisiensi distribusi darah, pemendekan
waktu yang diperlukan untuk recovery.
(Hogg, 2001)
Latihan untuk meningkatkan kemampuan otot pernafasan:
latihan untuk meningkatkan otot pernafasan, endurance exercise berupa latihan
untuk meningkatkan kemampuan otot pernapasan Latihan ini diprogramkan bagi
penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada otot pernapasannya sehingga tidak
dapat menghasilkan tekanan insipirasi yang cukup untuk melakukan ventilasi
maksimum yang dibutuhkan. Latihan khusus pada otot pernapasam akan
mengakibatkan bertambahnya kemampuan ventilasi maksimum, memperbaikikualitas
hidup dan mengurangi sesak napas. Pada penderita yang tidak mampu melakukan
latihan endurance, latihan otot pernapasan ini akan besar manfaatnya. Apabila
ke dua bentuk latihan tersebut bisa dilaksanakan oleh penderita, hasilnya akan
lebih baik. Oleh karena itu bentuk latihan pada penderita PPOK bersifat
individual. Apabila ditemukan kelelahan pada otot pernapasan, maka porsi
latihan otot pernapasan diperbesar, sebaliknya apabila didapatkan CO2
darah tinggi dan peningkatan ventilasi pada waktu latihan maka latihan endurance yang diutamakan.
(Hogg, 2001)
Endurance
Exercise merupakan respons kardiovaskuler tidak seluruhnya
dapat terjadi pada penderita PPOK. Bertambahnya cardiac output maksimal
dan transportasi oksigen tidak sebesar pada orang sehat. Latihan jasmani pada
penderita PPOK akan berakibat meningkatnya toleransi latihan karena
meningkatnya toleransi karena meningkatnya kapasitas kerja maksimal dengan
rendahnya konsumsi oksigen. Perbaikan toleransi latihan merupakan hasil dari
efisiensinya pemakaian oksigen di jaringan dari toleransi terhadap asam laktat.
Sesak napas bukan satu-satunya keluhan yang menyebabkan penderita PPOMJ
menghenikan latihannya, faktor lain yang mempengaruhi ialah kelelahan otot
kaki. Pada penderita PPOK berat, kelelahan kaki mungkin merupakan faktor yang
dominan untuk menghentikan latihannya. Berkurangnya aktivitas kegiatan sehari-hari
akan menyebabkan penurunan fungsi otot skeletal. Imobilitasasi selama 4 - 6
minggu akan menyebabkan penurunan kekuatan otot, diameter serat otot,
penyimpangan energi dan activiti enzim metabolik. Berbaring ditempat tidur
dalam jangka waktu yang lama menyebabkan menurunnya oxygen uptake dan
control kardiovaskuler.
Latihan
fisik bagi penderita PPOK dapat dilakukan di dua tempat :
-
Di rumah dapat berupa: latihan dinamik
ataupun menggunakan otot secara ritmis missal : jalan, jogging, bersepeda.
-
Rumah sakit (PDPI,2003)
Program latihan setiap harinya 15-30 menit selama
4-7 hari per minggu. Tipe latihan diubah setiap hari. Pemeriksaan denyut nadi,
lama latihan dan keluhan subyektif dicatat. Pernyataan keberhasilan latihan
oleh penderita lebih penting daripada hasil pemeriksaan subyektif atau
obyektif. Pemeriksaan ulang setelah 6- 8 minggu di laboratorium dapat
memberikan informasi yang obyektif tentang beban latihan yang sudah
dilaksanakan.
Dua bentuk latihan dinamik yang tampaknya cocok
untuk penderita di rumah adalah ergometri dan walking-jogging. Ergometri
lebih baik daripada walkingjogging. Begitu jenis latihan sudah
ditentukan, latihan dimulai selama 2-3 menit, yang cukup untuk menaikkan denyut
nadi sebesar 40% maksimal. Setelah itu dapat ditingkatkan sampai mencapai
denyut jantung 60%-70% maksimal selama 10 menit. Selanjutnya diikuti dengan 2-4
menit istirahat. Setelah beberapa minggu latihan ditambah sampai 20-30
menit/hari selama 5 hari perminggu. Denyut nadi maksimal 200 – umur dalam tahun.
(Rodriggues, 2010)
Apabila petunjuk umum sudah dilaksanakan, resiko
untuk penderita bisa diperkecil. Walaupun demikian latihan jasmani secara
potensial akan dapat berakibat kelainan fatal dalam bentuk aritmia atau iskemia
jantung. hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum latihan: tidak boleh makan 2-3
jam sebelum latihan, berhenti merokok 2-3 jam sebelum latihan, apabila selama
latihan dijumpai angina, gangguan mental, gangguan koordinasi, atau pusing
latihan segera dihentikan, dan gunakan pakaian longgar dan ringan.
1. Psikososial
Status
psikososial penderita perlu diamati dengan cermat dan apabila diperlukan dapat
diberikan obat
2. Latihan
pernafasan
Tujuan
latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak nafas. Teknik latihan
meliputi pemanasan diafragma dan pursed lips guna memperbaiki ventilasi dan
mengsinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga melatih
ekspektorasi dan memperkuat otot ekstrimitas. (PDPI,2003)
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat
terjadi pada PPOK adalah :
2.11.1 Gagal nafas
1.
Gagal nafas kronik
Gagal
nafas kronik : hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg,
dan pH normal, penatalaksanaan: jaga keseimbangan PO2 dan PCO2,
bronchodilator adekuat, terapi oksigen yang adekuat terutame waktu
latihan atau waktu tidur, antioksidan, dan latihan pernafasan dengan pursed lips breathing
2.
Gagal nafas akut
Gagal
nafas akut pada gagal nafas kronik ditandai oleh :
-
Sesak nafas berulang dengan atau tanpa
sianosis
-
Sputum bertambah dan purulen
-
Demam
-
Kesadaran menurun
2.11.2 Infeksi berulang
Pada
PPOK produksi sputum yang berkelebihan terbentuk koloni kuman, hal ini
memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih
rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.
2.11.3 Cor pulmonale
Ditandai
dengan P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 % dapat disertai gagal jantung
kanan.
2.12 Pencegahan
2.12.1 Mencegah terjadinya PPOK
1. Hindari
asap rokok,
2. Hindari
polusi udara.
3. Hindari
infeksi saluran nafas berulang.
2.12.2 Mencegah perburukan PPOK
1. Berhenti
merokok.
2. Gunakan
obat-obatan adekuat.
3. Mencegah
eksaserbasi berulang.