Klasifikasi
Terdapat ketidaksesuaian antara VEP1
dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala
sesak nafas mungkin tidak dapat diprediksi dengan VEP1. (PDPI,2003)
Tabel 2.4
Klasifikasi PPOK
Klasifikasi penyakit
|
Gejala
|
Spirometri
|
Ringan
|
· Tidak ada
gejala waktu istirahat atau latihan
· Tidak ada
gejala tapi ada gejala saat latihan sedang
·
Tidak ada gejala tetapi ada gejala saat
latihan/kerja ringan
|
VEP > 80% prediksi VEP/KEP < 75%
|
Sedang
|
·
Gejala ringan pada istirahat
·
Gejala sedang saat istirahat
·
Gejala berat pada istirahat
|
VEP 30 – 80% prediksi VEP/KEP < 75%
|
Berat
|
Tanda-tanda Corpulmonale
|
VEP1 < 30% prediksi VEP1/KVP <
75%
|
(PDPI,2003)
2.10
Penatalaksanaan PPOK
2.10.1
Tujuan penatalaksanaan :
1. Mengurangi
gejala
2. Mencegah
eksaserbasi berulang
3. Memperbaiki
dan mencegah penurunan faal paru
4. Meningkatkan
kualitas hidup penderita
2.10.2
Penatalaksanaan umum PPOK :
1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan
jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang irreversibel dan progresif, inti
dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan
perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel,
menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau
tujuan pengobatan dari asma. (PDPI,2003)
Tujuan edukasi pada pasien PPOK: mengenal perjalanan
penyakit dan pengobatan, melaksanakan
pengobatan yang maksimal, mencapai aktivitas optimal, meningkatkan kualitas
hidup. Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara
berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi
keluarganya. Edukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit
gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di
klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus
dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi
kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan
aktivitas. Penyesuaian aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. (Rodrigues,2010)
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan
dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural
dan kondisi ekonomi penderita. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan
adalah: pengetahuan dasar tentang PPOK, obat - obatan, manfaat dan efek
sampingnya, cara pencegahan perburukan penyakit, menghindari pencetus (berhenti
merokok), penyesuaian aktivitas. Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan
dapat dilaksanakan ditentukan skala prioritas. (Rodrigues, 2010)
2. Medikamentosa
- Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga
jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit.
Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada
penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas
lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
Macam-macam bronkodilator:
a. golongan
antikolinergik biasanya digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping
sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari
).
b. Golongan
agonis beta – 2, bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan
jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat
pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk
nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan
untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi berat.
c. Kombinasi
antikolinergik dan agonis beta-2, kombinasi kedua golongan obat ini akan
memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang
berbeda. Disamping itu penggunaan obat
kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
d. Golongan
xantin, dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka
panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer
untuk mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk
mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan
kadar aminofilin darah.
- Antiinflamasi
Digunakan
bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,
berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon
atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila
terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1 pasca
bronkhodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
- Antibiotika
Hanya
diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotic yang digunakan :
-
Lini I : Amoksisilin
-
Lini II : amoxsisilin dan asam
klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolid baru.
Perawatan di rumah
sakit :
- Amoksisilin
dan klavulanat
- Sefalosporin
generasi II dan III injeksi
- Kuinolon
per oral ditambah dengan anti pseudomonas
- Aminoglikosida
per injeksi
- Kuinolon
per injeksi
- Sefalosporin
generasi IV per injeksi
- Antioksidan
Dapat
mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup digunakan N-asetilsistein
(dapat diberikan kepada PPOK dengan eksaserbasi sedang) tidak dianjurkan
diberikan secara rutin.
- Mukolitik
Hanya
diberikan kepada pasien PPOK dengan eksaserbasi akutkarena akan mempercepat
perbaikaneksaserbasi terutama pada bronchitis kronis dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada
PPOK tetapi tidak dianjurkan untuk
diberikan secara rutin.
- Antitusif
No comments:
Post a Comment