The Pharmacist Room: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Part-5

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Part-5


1.        Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ – organ lainnya. Manfaat oksigen: mengurangi sesak, memperbaiki aktivitas, mengurangi hipertensi pulmonal, mengurangi vasokonstriksi, mengurangi hematokrit, memperbaiki fungsi neuropsikiatri, meningkatkan kualitas hidup.Indikasi :

-       PaO2 < 60 mmHg atau sat O2 < 90%
-       PaO2 diantara 55-59 mmHg atau sat O2 > 89% disertai cor pulmonale, perubahan P pulmonal, Ht > 55% dan tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain.
Macam terapi oksigen :
-       Pemberian oksigen jangka panjang
-       Pemberian oksigen saat aktivitas
-       Pemberian oksigen saat timbul sesak mendadak
-       Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal nafas
Terapi okssigen dapat dilakssanakan di rumah maupun dirumah sakit. Terapi oksigen dirumah diberikan kepada pasien PPOK stabil derajad berat dengan gagal nafas kronik. Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan kepada penderita PPOK eksaserbasi akut di ICU, ruang rawat maupun di unit gawat darurat. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumah dibedakan: pemberian oksigen jangka panjang, pemberian oksigaen waktu aktivitas, pemberian oksigen saat timbul sesak mendadak. (Ganong, 2007)
Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila tidur atau sedang aktivitas, lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering terjadi bila penderita tidur. Terapi oksigen pada waktu aktivitas bertujuan menghilangkan sesak napas dan meningkatkan kemampuan aktivitas.. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90%.  (Ganong, 2007)
Alat bantu pemberian oksigen: nasal kanul, sungkup venture, Sungkup rebreathing, Sungkup non-rebreathing. Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi analisa gas darah pada waktu tersebut. (Ganong, 2007)
2.        Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah. Ventilasi mekanik dilakukan dengan cara: ventilasi mekanik dengan intubasi, ventilasi mekanik tanpa intubasi. (Rodrigues, 2010)
Ventilasi mekanik tanpa intubasi digunakan pada PPOK dengan gagal napas kronik dan dapat digunakan selama di rumah. Bentuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah Nonivasive Intermitten Positif Pressure (NIPPV) atau Negative Pressure Ventilation (NPV). NIPPV dapat diberikan dengan tipe ventilasi :
-       Volume control
-       Pressure control
-       Bi-level positive airway pressure
-       Continous positive airway pressure. (Rodrigues Robero, 2010)
NIPPV bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus (Long Term Oxygen Therapy) akan memberikan perbaikan yang signifikan pada :
-       Analisa gas darah
-       Kualitas dan kuantitas tidur
-       Kualitas hidup. (Rodrigues, 2010)
Indikasi penggunaan NIPPV:
-       Sesak nafas sedang sampai berat dengan penggunaan muskulus respirasi dan abdominal paradoksal
-       Asidosis sedang sampai berat pH < 7,30 – 7,35
-       Frekuensi nafas > 25 kali per menit
NPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas atas, disamping harus menggunakan perlengkapan  yang tidak sederhana. (Rodrigues, 2010)
Ventilasi mekanik dengan intubasi, pada pasien PPOK dipertimbangkan untuk menggunakan ventilasi mekanik di rumah sakit bila keadaannya :
-       Gagal nafas yang pertama kali
-       Perburukan yang belum lama terjadi dengan penyebab yang jelas dan dapat diperbaiki, misalnya pneumonia
-       Aktivitas sebelumnya tidak terbata. (Rodrigues, 2010)
  
Indikasi penggunaan ventilasi mekanik invasive :
-       Sesak nafas berat dengan penggunaan muskulus respirasi tambahan dan pergerakan abdominal paradoksal
-       Frekuensi nafas > 35 permenit
-       Hipoksemia yang mengancam jiwa (Pao2 < 40 mmHg)
-       Asidosis berat pH < 7,25 dan hiperkapnea (Pao2 < 60 mmHg)
-       Henti nafas
-       Somnolen (gangguan kesadara)
-       Komplikasi kardiovaskular (hipotensi, syok, gagal jantung)
-       Komplikasi lain (gangguan metabolism, sepsis, pneumonia, emboli paru, barotraumas, efusi pleura massif)
-       Telah gagal dalam penggunaan NIPPV. (PDPI, 2003)
Ventilasi mekanik sebaiknya tidak diberikan kepada pasien PPOK dengan kondisi berikut:
-       PPOK derajat berat yang telah mendapat perawatan maksimal sebelumnya
-       Terdapat ko-morbid yang berat, misalnya edema paru, keganasan
-       Aktivitas sebelumnya terbatas meskipun terapi sudah maksimal. (PDPI, 2003)
Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik:
-       VAP (ventilator acquired pneumonia)
-       Barotraumas
-       Kesukaran weaning. (PDPI, 2003)
Kesukaran dalam proses weaning dapat diatasi dengan :
-       Keseimbangan antara kebutuhan respirasi dan kapasitas muskulus respirasi
-       Bronchodilator dan obat-obat lain yang adekuat
-       Nutrisi seimbang
-       Dibantu dengan NIPPV. (PDPI, 2003)

No comments:

Post a Comment