The Pharmacist Room

PENGOBATAN SITOSTATIKA ATAU KEMOTERAPI UNTUK PASIEN KANKER

                 Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakit kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian menyusul penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar gamma dan dengan perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi, proliferasi sel dan mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada tahun-tahun terakhir maju dengan pesat.

                 Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus meningkat. Sejala dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.

      Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional    ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.

(Hanifa Wignjosastro, 1997)

Tujuan Pemberian Kemoterapi

F  Meringankan gejala

F  Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker

 

Cara Pemberian

Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :

1.      PO : Per Oral

2.      SC : Sub Cutan

3.      IM : Intra Muscular

4.      IV : Intra Vena

5.      IT : Intra Thecal

6.      IP : Intra Peritoneal / Pleural

Pemilihan vena dan tempat penusukan

Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan adalah : Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak.

 

  Prosedur

1.  a.    Persiapan

·         Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.

·         Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya.

·         Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.

·         Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.

·         Siapkan obat sitostatika

·         Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.

·         Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya

·         Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu

·         Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.

·         Infus set dan vena kateter kecil

·         Alkohol 70 % dengan kapas steril

·         Bak spuit besar

·         Label obat

·         Plastik tempat pembuangan bekas

·         Kardex (catatan khusus)

 

      b.  Cara kerja

            Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran.

            Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :

Ø  Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain

Ø  Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.

Ø  Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.

Ø  Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup, dengan tidak mengambil 2 kali

Ø  Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.

Ø  Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan

Ø  Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus.

Ø  Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump.

Ø  Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.

Ø  Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.

 

      2.   Prosedur cara pemberian kemoterapi

·         Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.

·         Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu.

·         Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik

·         Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infus

·         Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena)

·         Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %

·         Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program

·         Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%

·         Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi etiket.

·         Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.

·         Catat semua prosedur

Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

 

 Prinsip Kerja Kemoterapi

Prinsip kerja Kemoterapi adalah  membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak (terutama sel-sel kanker)  dengan  merusak atau mengganggu proses pembelahan sel.


 

Efek Samping Kemoterapi dan Penanganannya

     Efek samping kemoterapi yang sering terjadi dan penanganannya:

  1. Rambut rontok / menipis

Bersifat sementara. Rambut akan tumbuh kembali jika obat dihentikan.

  1. Mual / muntah

Tetap berikan makan dalam porsi kecil tapi sering. Hindari makanan yang terlalu manis, berminyak/ berlemak dan permen. Biasanya diberikan obat anti muntah oleh dokter.

  1. Sembelit

Berikan makanan tinggi serat, misal sayuran dan buah-buahan. Minum banyak. Biasanya jika lebih dari 3 hari tidak berak, akan diberikan obat oleh dokter.

  1. Diare

Hindari makanan yang pedas / asam. Beri minum banyak dan makanan yang lunak. Jika mencret lebih dari 1 hari akan diberikan obat oleh dokter.

5.      Stomatitis / sariawan / gomen

        Pelihara kebersihan mulut. Gunakan sikat gigi yang lembut. Biasanya akan diberikan obat oles oleh dokter.

6.      Penurunan daya tahan tubuh

Hindari sumber-sumber infeksi dengan menjauhkan anak dari orang yang sedang flu, sakit tenggorokan, cacar air, sakit kulit dan lain-lain. Pelihara kebersihan badan. Cuci tangan sebelum makan dan sebelum atau setelah menyentuh anak.

7.      Perubahan kulit : kering, gatal

Jaga kebersihan kulit. Gunakan pelembab yang tidak mengandung alkohol. Pakai baju yang longgar.

Syarat pemberian obat Kemoterapi

Sebelum pengobatan dimulai beberapa kondisi pasien harus dipenuhi yaitu :

  1. Keadaan umum harus cukup baik
  2. Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan terjadi
  3. Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar kreatinin < 1,5 mg % ) dan faal hati baik
  4. Diagnosis hispatologik diketahui
  5. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi
  6. Hemoglobin > 10 gr %
  7. Leucosit > 5000 / ml
  8. Trombosit > 100.000 / ml


Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional    ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.

Tujuan Pemberian Kemoterapi : Meringankan gejala, Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker

Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :

PO : Per Oral, SC : Sub Cutan, IM : Intra Muscular, IV : Intra Vena, IT : Intra Thecal, IP : Intra Peritoneal / Pleural

Prinsip kerja Kemoterapi adalah  membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak (terutama sel-sel kanker)  dengan  merusak atau mengganggu proses pembelahan sel.

Persiapan pencampuran obat memakai alat “biosafety laminary airflow” untuk menghindari adanya efek terhadap petugas yang mempersiapkan obat kemotherapi.

Efek samping kemoterapi yang sering terjadi adalah:

Rambut rontok / menipis, Mual / muntah, Sembelit, Diare, Stomatitis / sariawan / gomen, Penurunan daya tahan tubuh, Perubahan kulit : kering, gatal

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Gale Daniele, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 2000

2.      Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

3.      R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997

4.      Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001

 

 

 


PEPTIDE ( SEMAX & SELANK /Cеланк/Selanc ) EFEKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIVIRUS

Spektrum obat antivirus tetap menjadi menjadi hal yang sangat penting pada saat ini. Sampai sekarang, penyakit virus, termasuk influenza, herpes, infeksi sitomegaloviral yang dapat ditularkan melalui cairan tubuh penderita, seperti air ludah, darah, atau urine. Penularan tersebut terjadi saat virus dalam keadaan aktif dan yang lainnya tersebar luas dan tidak terkontrol dengan baikinfeksi. Oleh karena itu, pengembangan antivirus baru yang aman sangat penting. Peptida merupakan salah satu dari kelas yang paling menjanjikan,  dari aktif secara fisiologis zat dan kandidat yang kurang dipelajari untuk pembuatan obat-obatan ini. Peptida praktis tidak memiliki sisi negatif efek karena mereka adalah zat endogen. Jadi,pengembangan obat antivirus baru berdasarkan peptida adalah tugas yang mendesak dan penting secara sosial.

Dengan adanya kemajuan pada proses sintesis peptida, para ilmuwan dapat dengan mudah mensintesis berbagai macam peptida yang memiliki perbedaan dalam hal komposisi dan urutan asam amino untuk meniru proses alam.  Peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino. Jika jumlah asam amino masih di bawah 50 molekul disebut peptida, tetapi jika lebih dari 50 molekul disebut dengan protein. Asam amino saling berikatan dengan ikatan peptida. Ikatan peptida terjadi jika atom nitrogen pada salah satu asam amino berikatan dengan gugus karboksil dari asam amino lain. Peptida terdapat pada setiap makhluk hidup dan berperan pada beberapa aktivitas biokimia. Peptida dapat berupa enzim, hormon, antibiotik, dan reseptor.[1]

Antibodi adalah protein yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh. Protein ini mengenali senyawa atau bahan asing yang masuk kedalam tubuh disebut antigen, disingkat dari antibodi generator sebagai langkah awal untuk prosess eliminasi dan penjinakannya. Salah satu contohnya adalah protein limfosit-antigen yang bersama-sama dengan reseptor toll-like mengenali dan menagikat lipopolisakarida yang berasal dari bakteri. Contoh lainnya adalah interferon (IFN) yang dilepasakan oleh tubuh sebagai respons terhadap pendeteksi virus, bakteri, parasit atau sel tumor, dan tumor necrosis factor (TNF) yang terlibat dalam prosess apoptosis (kematian sel).

 

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan adalah review jurnal (studi pustaka) terhadap efektivitas peptide terhadap antivirus

 

JURNAL

Semax as a Universal Drug for Therapy and Research

Yang menarik adalah pengembangan obat peptida yang tidak berbahaya yang dapat merangsang kekebalan tubuh. Senyawa semacam itu dapat digunakan baik sebagai zat antivirus dan sebagai onkoprotektor. Diketahui bahwa berbagai subtipe sel T dicirikan oleh produksi sitokin tertentu yang memediasi sejumlah respons spesifik dalam sel yang berbeda. Fungsi normal sistem kekebalan tubuh dibangun di atas keseimbangan berbagai subtipe sel T, termasuk limfosit Th1 dan Th2, dimana fungsi dari Sel TH1 berperan dalam mengaktifkan makrofag untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghancurkan bakteri terfagosit dan Sel TH2 Th2 memproduksi IL-4 dan IL-5. Berdasarkan pada produksi setara dari pengatur sitokin yang sesuai, yang, dalam banyak kasus, untuk menentukan perjalanan dan hasil penyakit.

Perbandingan efek dipeptida in vitro dan in vivo pada sintesis sejumlah sitokin (IFNα, IFNγ, IL-1β, IL-2, IL-4, IL-6, IL-8, IL-8, IL-10, IL -12, IL-18, TNFα) pada tingkat transkripsi dan produksi mereka mengungkapkan sejumlah pola fungsional (Andreeva et al., 2011). Hampir semua dipeptida memiliki aktivitas antivirus terhadap patogen yang diteliti (virus herpes simpleks, influenza A H3N2, virus ensefalomiokarditis) dengan berbagai tingkat. Ini dijelaskan ketika mempelajari induksi respon sitokin di bawah pengaruh peptida dalam norma dan dalam kondisi infeksi virus in vitro. Namun, data yang diperoleh secara in vivo lebih mencirikan aktivitas antivirus peptida yang disintesis. Fragmen minimal dengan sifat antivirus adalah dipeptida Thr ‒ Lys dan Gly ‒ Pro. Pada saat yang sama, dipeptide Gly-Pro memiliki aktivitas antivirus yang lebih besar. Dengan demikian, konsep kemungkinan mengisolasi fragmen minimal yang memiliki aktivitas antivirus dikonfirmasi, yang memungkinkan konstruksi terarah peptida obat baru yang cocok untuk mencegah penyakit.

  

 


MENURUT JURNAL

A New Generation of Drugs: Synthetic Peptides Based on Natural Regulatory Peptides

 

Review ini berfokus pada pertimbangan dua peptida pengatur sintetis, Semax dan Selank, yang merupakan dasar untuk pembuatan obat baru yang digunakan secara efektif dalam pengobatan berbagai penyakit pada sistem saraf. Analog sintetik dari hormon adrenokortikotropik 4 - 10 fragmen (ACTH4-10) Semax adalah agen pelindung saraf yang kuat yang sangat efektif sebagai terapi untuk stroke. Selank disintesis berdasarkan tuftsin imunomodulator alami dimana tufsin adalah tetrapeptida (Thr-Lys-Pro-Arg) yang terletak di domain-F (bagian dari molekul antibodi yang melaksanakan aktivitas biologis (eksekutif) dari kelas antibodi bersangkutan demi menggerakkan sistem kekebalan) dari rantai berat imunoglobulin G dan Ini memiliki efek imunostimulan. Selank adalah anxiolytic kuat yang digunakan sebagai terapi untuk gangguan kecemasan umum dan neurasthenia tanpa efek penenang dan relaksasi otot. Ulasan ini menyajikan hasil penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh peptida ini pada transkripom sel otak.

Regulator Peptida (RP)  adalah regulator biologis endogen universal untuk fungsi seluler dalam tubuh. Mereka adalah bagian dari sistem yang paling rumit dari molekul pensinyalan khusus, yang fungsi utamanya adalah integrasi sistem saraf, endokrin, dan sistem kekebalan tubuh untuk membentuk kesatuan fungsional yang bersatu.

Semax (H-Met-Glu-His-Phe-Pro-Gly-Pro-OH) adalah analog sintetis dari fragmen hormon adrenokortikotropik 4-10 (ACTH4-10). Ini menunjukkan sifat-sifat neuroprotektif dan nootropik yang berbeda dan merupakan dasar untuk sejumlah obat yang digunakan dalam praktek klinis untuk pengobatan penyakit SSP (stroke otak iskemik, ensefalopati discirculatory, atrofi saraf optik, dll.) Dan untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dalam kondisi ekstrem. pada orang sehat.

Selank (H-Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro-OH) adalah analog sintetik dari fragmen pendek rantai berat imunoglobulin G manusia (tuftsin). Ini menunjukkan efek anti ansietas dan nootropik. Obat berdasarkan Selank digunakan dalam terapi untuk gangguan kecemasan umum dan neurasthenia dan untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dalam kondisi ekstrem pada orang sehat.

In vivo, tuftsin dikirim ke sel yang memiliki reseptor spesifik sebagai bagian dari kompleks "antigen-antibodi". Aktivitas biologis utama tuftsin pada sistem imun non spesifik pada bagian seluler yang terdiri dari aktivasi fagositosis oleh granulosit dan makrofag. Ini juga mengaktifkan pinocytosis, meningkatkan aliran pernapasan sel-sel fagosit (sehingga merangsang aktivitas bakterisidal mereka), menghancurkan sel-sel neoplastik, dan mempengaruhi pembentukan antibodi. Tuftsin merangsang pembentukan radikal superoksida dan nitroksida oleh makrofag, yang mengarah pada peningkatan kapasitas pencernaan mereka. Eksperimen in vivo menunjukkan bahwa tuftsin menginduksi aktivitas antibakteri yang kuat tanpa toksisitas yang jelas. Ini meningkatkan aksi sitotoksik limfosit T dan dapat merangsang sintesis antibodi.

Dibandingkan dengan molekul tuftsin asli, efek produk akhir, Selank, pada sistem kekebalan tubuh lebih lemah; Namun, peptida ini memiliki dampak yang kuat dan tahan lama pada SSP. Aktivitas antivirus Selank terhadap virus influenza A (H3N2) dipelajari menggunakan sistem in vitro dan in vivo. Kedua sistem mengungkapkan adanya efek antivirus untuk obat tersebut. Penelitian Selank in vivo menginduksi ekspresi gen IFNα, tanpa mempengaruhi ekspresi gen Il4, Il10, dan TNFα. Mekanisme yang mendasari aksi antivirus Selank mungkin terkait dengan kemampuannya untuk memodulasi keseimbangan sitokin Th1 / Th2.

 Uji klinik, ditunjukkan bahwa Selank benar-benar menghambat ekspresi gen IL6 (peningkatan level IL6 mRNA diamati pada pasien yang menderita penyakit neurologis) pada pasien dengan gangguan kecemasan umum dan neurasthenia, sedangkan itu tidak berpengaruh signifikan pada ekspresi gen ini pada pasien sehat. Sebuah studi in vivo tidak menemukan induksi sitokin yang jelas setelah pemberian Selank. Kecukupan respon imun terhadap stimulus antigenik ditentukan oleh keseimbangan antara respon yang diperantarai sel (Th1) dan humoral (Th2). Perubahan signifikan dalam keseimbangan Th1 / Th2 diamati pada kedua kelompok pasien. Indeks limfositik menurun secara signifikan sebagai hasil dari terapi Selank. Sebaliknya, Selank memiliki efek sebaliknya pada indeks monosit. Dinamika perubahan ini menunjukkan korelasi terbalik yang signifikan, yang secara jelas menyiratkan pengembangan serangkaian reaksi pertahanan yang bertujuan untuk mencegah efek negatif interferon pada jaringan saraf dan menjaga respon imun yang dimediasi sel aktif [180].

Penelitian telah menunjukkan bahwa glyproline memiliki aksi fisiologis tertentu. Dengan demikian, diharapkan bahwa peptida pengatur sintetis, seperti Semax dan Selank, memiliki sifat fisiologis hibrid yang menggabungkan sifat-sifat komponen struktural mereka. Studi tentang sifat antivirus dari fragmen struktural peptida Selank memungkinkan pemilihan Gly-Pro sebagai sekuens asam amino minimum (pharmacophore) yang memiliki efek antivirus yang nyata. Di antara fragmen Selank yang diteliti, tetrapeptide Arg-Pro-Gly-Pro menunjukkan aktivitas antivirus tertinggi terhadap virus influenza manusia A / Aichi2 / 68 (H3N2), virus influenza B / Ohio01 / 05 manusia, virus flu burung ( H5N1), virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 (HSV-1 dan HSV-2), cytomegalovirus (CMV), dan virus murine encephalomyocarditis (EMCV) [182]

Menurut hasil studi praklinis dan klinis Semax dan Selank, dapat disimpulkan bahwa kedua peptida aman dan sangat efektif, dan bahwa obat yang berasal dari mereka efektif untuk pengobatan pasien dengan patologi berbeda dari SSP, serta untuk pencegahan penyakit-penyakit ini dan peningkatan stres pada orang sehat. Namun, mengingat bahwa spektrum penuh aktivitas biologis dan mekanisme aksi peptida ini tidak sepenuhnya dipahami, dapat diasumsikan bahwa potensi terapi obat yang berasal dari Semax dan Selank belum habis.

        Upaya penelitian intensif telah bertujuan mempelajari pengaruh Semax pada kondisi patologis yang tidak terkait dengan kerusakan pada sistem saraf. Sebagai contoh, percobaan yang dilakukan dengan menggunakan hewan laboratorium telah menunjukkan efek positif Semax pada perjalanan pankreatitis akut pada tikus. Suntikan intraperitoneal tunggal obat dengan dosis 100 μg / kg mengurangi tingkat kematian hewan, hiperfermentasi, aktivasi peroksidasi lipid, dan permeabilitas pembuluh darah, dan meningkatkan sirkulasi mikro dan mempercepat penyembuhan zona perusakan pankreas. Studi tentang efek Semax pada berbagai model ulserasi menunjukkan efek antiulcer yang nyata dari obat.

Para penulis menyarankan bahwa Semax, terutama dalam kombinasi dengan heparin, mungkin merupakan agen antitrombotik yang menjanjikan. Pemberian semax intranasal berulang dengan dosis 1000 μg / kg dalam keadaan hiperkoagulasi yang disebabkan oleh stres imobilisasi dengan berbagai tingkat menghasilkan efek antistress pelindung yang kuat, yang merangsang sistem antikoagulasi. Selank dan produk degradasinya secara biologis juga memiliki sifat antikoagulan, depibrimerisasi fibrin, dan antiplatelet, dan tidak menyebabkan komplikasi perdarahan, bahkan dalam kasus overdosis. Oleh karena itu, bersama dengan penggunaannya sebagai obat anxiolytic dan nootropic untuk pengobatan gangguan kecemasan umum dan neurasthenia, Selank juga dapat digunakan untuk meningkatkan sifat reologi darah dalam banyak penyakit kardiovaskular, gangguan sirkulasi darah, diabetes, dan aterosklerosis [220] ]

 JURNAL

Antiviral Properties of Structural Fragments of the Peptide Selank

Di antara sekuens ini, tripeptide Pro-Gly-Pro telah terbukti efektif. Kami mempelajari terminal-C urutan Pro-Gly-Pro ini sebagai kelompok pelindung kandidat ketika kami mensintesis peptida yang digunakan sebagai dasar untuk pengembangan beberapa obat, termasuk Semax dan Selank. Dengan demikian, efek Semax sekitar 20 kali lebih lama dibandingkan dengan analog alami ACTH4-10. Demikian pula, Selank memiliki tindakan yang berkepanjangan dibandingkan dengan analog alami taftsin.

Studi eksperimental terbaru telah menunjukkan bahwa glyproline (GPs), pertama-tama Pro-Gly-Pro, juga memiliki efek fisiologis spesifik. Atas dasar data ini, peptida seperti Semax dan Selank dihipotesiskan memiliki sifat fisiologis hibrid. Sebagai contoh, Semax terdiri dari fragmen ACTH4-7, yang mempengaruhi fungsi kognitif, dan fragmen Pro-Gly-Pro dengan sifat neuroprotektif. Selank peptida menggabungkan sifat neuroprotektif dan imunotrofik taftsin dan aksi neuroprotektif Pro-Gly-Pro. Selank telah terbukti memiliki aktivitas antivirus. Selank menginduksi sekresi interferon yang melindungi kultur sel dari efek sitopatologis virus. Selank telah menunjukkan aktivitas antivirus terhadap virus influenza A / Aichi / 1/68 strain H3N2, infeksi herpes eksperimental yang diinduksi oleh HSV-2, dan ensefalomiokarditis viral eksperimental. Di sini, kami menyajikan data tentang pemilihan sekuens asam amino minimal atau farmakofor yang bertanggung jawab atas efek antivirus Selank.

Atas dasar konsep yang disebutkan di atas, kami melakukan studi struktural dan fungsional kami urutan peptida dan studi biologis efeknya in vitro dan in vivo, dipilih dari mereka urutan paling menjanjikan dalam hal efek antivirus diarahkan mereka, dan mengembangkan obat baru. Sesuai dengan pendekatan ini, kami mensintesis 17 peptida baru. Struktur fragmen Selank dibuat setelah pembelahan berurutan asam amino N- dan C-terminal dan sintesis berbagai sekuens yang homolog (fungsi yang berbeda dengan dasar yang sama)  dengan taftsin atau Pro-Gly-Pro. Selain itu, kami memeriksa fragmen Selank dengan asam amino C-terminal yang berbeda dan berbagai glyprolines homolog dengan urutan Selank.

Peptida ini sudah digunakan dalam praktik klinis. Menjadi peptida hibrida yang terdiri dari fragmen ACTH4-7 dan tripeptida Pro-Gly-Pro, Semax homolog dengan Selank karena keberadaan tripeptide Pro-Gly-Pro. Dalam percobaan in vitro dan in vivo sebelumnya, kami menunjukkan sifat antivirus Selank. Sementara sifat antivirus Selank terkait dengan urutan Pro-Gly-Pro, Semax dan peptida lain yang mengandung urutan ini harus memiliki sifat antivirus juga. Semua studi biologi tentang aktivitas antivirus peptida yang disintesis dilakukan sesuai dengan rekomendasi metode untuk studi tentang aktivitas antivirus spesifik dari persiapan farmakologis. Kami memperkirakan aktivitas antivirus peptida pada konsentrasi 10-6 M. Kami menggunakan peptida sebagai sarana untuk pencegahan segera, dengan peptida yang diberikan bersamaan dengan infeksi virus, serta obat pencegahan yang diberikan sebelum infeksi virus, dan untuk orang yang dirawat, ketika peptida diberikan setelah infeksi virus. Kami melakukan penelitian ini dengan menggunakan virus influenza manusia A / Aichi 2/68 strain H3N2 yang menginfeksi strain sel yang dikultur dari fibroblast ginjal gali (MDCK); virus flu burung


Tabel Spektrum aktivitas antivirus peptida dalam kultur sel


 

Tabel. Kelangsungan hidup tikus yang terinfeksi virus ensefalomiokarditis setelah pengobatan peptida                 

 

(H5N1) diperoleh selama epizooty di antara unggas di Novosibirsk oblast pada Juli 2005, yang ditambahkan ke kultur sel ginjal embrionik babi (PEKC); virus influenza manusia B / Ohio 01/05 ditambahkan ke budaya MDCK; tipe 1 dan 2 herpes simplex virus (HSVs) ditambahkan ke kultur sel ginjal monyet hijau Afrika (VERO); cytomegalovirus (CMV) ditambahkan ke kultur sel fibroblast paru manusia embrionik (EHLF); dan virus tikus ensefalomiokarditis (MEMC), yang digunakan secara in vivo.

Aktivitas antivirus yang lebih tinggi dari peptida dibandingkan dengan obat antivirus yang dikenal digunakan sebagai kriteria efek antivirus mereka. Data in vitro kami menunjukkan bahwa hampir semua peptida yang diteliti memiliki aktivitas antivirus yang signifikan, yang bergantung pada konsentrasi peptida dan waktu pemberian. Sebagai aturan, efek antivirus dari peptida ini lebih tinggi daripada obat yang digunakan untuk perbandingan. Peptida dengan efek antivirus yang signifikan memiliki Prolin dan Glisin pada C termini. Urutan terpendek dengan efek antivirus berbeda yang sebanding dengan pembanding adalah Gly-Pro peptide. Studi tentang sifat antivirus peptida in vivo mendukung data in vitro kami secara umum. Kami juga mempelajari survival tikus yang terinfeksi virus encephalomyocarditis setelah perawatan dengan peptida. Data dari percobaan in vivo disajikan pada Tabel di atas. Telah ditunjukkan bahwa fragmen Selank terpendek dengan sifat antivirus adalah peptida Gly-Pro.

Dengan demikian, konsep kami merancang peptida baru dengan sifat antivirus yang diinginkan memungkinkan kami untuk memilih urutan asam amino terpendek dari fragmen struktural Selank, yang memungkinkan untuk memilih peptida baru yang cocok untuk pengobatan sejumlah penyakit penting secara sosial, seperti influenza, infeksi herpes, dan sitomegalovirus.

 

JURNAL

Ex Vivo Screening of Prospective Peptide Drugs: New Approaches

Subtipe sel T baru-baru ini telah ditemukan, yang telah mengubah konsep kami tentang regulasi imun dan patologi. Subtipe sel T yang berbeda (Th1, Th2, Th17, Treg) menghasilkan sekelompok sitokin yang memediasi serangkaian reaksi spesifik dalam sel yang berbeda, seperti sel dendritik, keratinosit, sel epitel, eosinofil, sel harus, fibroblast, dan neutrofil. Dalam karya ini kami membatasi diri pada studi tentang spektrum sitokin sel mononuklear darah perifer (PBMC), karakteristik terutama dari sel Th1 dan Th2. Hal ini terkait dengan fakta bahwa Th1 dan Th2 termasuk dalam sitokin yang paling baik dipelajari,  mereka mengendalikan arah respons imun dan dapat berfungsi sebagai indikator peningkatan resistensi tubuh dan sel-selnya terhadap infeksi bakteri atau virus.

Diketahui bahwa limfosit Th1 menghasilkan γ interferon dan merangsang imunitas seluler; Limfosit Th2 menghasilkan interleukine IL 4, IL 5 dan IL 13 dan mengaktifkan kekebalan humoral; Limfosit Treg mengeluarkan IL 10 dan mengubah faktor pertumbuhan TGF β dan menekan respon imun; Limfosit Th17 adalah ditandai dengan ekspresi IL 17, IL 6, faktor nekrosis tumor TNFα dan IL 22 dan memainkan peran penting dalam pengembangan patologi autoimun. Sel B mensintesis α interferon (IFN α), IL 1β, dan IL12; monosit / makrofag mensintesis IL 8, IL 18, dan TNF α. Karena itu, fungsi normal sistem kekebalan tubuh didasarkan pada keseimbangan berbagai subtipe sel T, termasuk limfosit Th1 dan Th2, berdasarkan produksi seimbang dari masing-masing sitokin pengatur, yang dalam banyak kasus menentukan perjalanan dan hasil penyakit [ 3–5]. Aktivasi Th1 yang memproduksi IFN γ mengarah pada stimulasi fungsi limfosit T dan makrofag dan pada respon imun yang berkembang sesuai dengan tipe seluler, yang memainkan peran perlindungan kunci terhadap agen intraseluler, termasuk virus. Disintesis pada fase awal infeksi virus, IFNα berpartisipasi dalam aktivasi Th1 dan mampu menginduksi tidak hanya peningkatan ekspresi IL 12, tetapi juga untuk mengubah Th0 dari sintesis sitokin Th2 ke Th1. Diferensiasi limfosit Th0 menjadi Th1 diatur oleh IL12 [4, 5].

Di sini, kami melaporkan data pertama tentang efek heptapeptide Met– Glu-His-Phe – Pro-Gly – Pro (semax) dan sekelompok peptida yang merupakan fragmen struktural dari heptapeptide Thr-Lys-Pro-Arg-Pro –Gly – Pro (selank) pada aktivitas fungsional sistem imun

Kami sebelumnya menunjukkan sifat imunomodulasi dan antivirus dari heptapeptide Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank). Ini adalah dasar untuk pencarian farmakopore yang bertanggung jawab atas sifat-sifat ini dan untuk membuat peptida baru berdasarkan efek anti-infeksi. Tugas yang paling penting adalah untuk mengisolasi farmakope yang bertanggung jawab untuk sifat anti-infeksi dan imunomodulasi dari sekuens asam amino heptapeptide Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro dan untuk membuat berdasarkan kandidat untuk persiapan obat baru. Kandidat peptida yang menunjukkan aktivitas antivirus maksimal dalam percobaan in vitro dan in vivo awal dipilih untuk penelitian kami. Kami menggunakan cycloferon dan ridostin, imunomodulator yang terkenal dan dipelajari dengan baik, sebagai obat referensi.

Tabel 1. Perubahan dalam sintesis mRNA dari sitokin dalam sel darah sukarelawan sehat setelah memengaruhi yang terakhir dengan peptida ex vivo

 

 Untuk mencapai tugas-tugas ini, kami menggunakan metode biologis yang dikembangkan sebelumnya penambahan interferon state (state IFN)  untuk memperkirakan secara ex vivo potensi efek pencegahan dan terapi peptida disintesis dalam sel darah sukarelawan sehat, pasien hepatitis C, influenza pasien, pembawa virus herpes dan infeksi sitomegalovirus, serta pada tuberkulosis, klamidosis dan mikoplasmosis. Semua investigasi pada aktivitas modulasi sitokin dari peptida yang disintesis dilakukan secara ex vivo sesuai dengan pedoman metodologis menggunakan model sel mononuklear darah tepi pasien. Kami mempelajari tingkat ekspresi gen dari 11 sitokin berbeda (IFN α, IFN γ, IL 1β, IL 2, IL 4, IL 6, IL 8, IL 8, IL 10, IL 12, IL 18, dan TNF α), yang dinilai dengan laju sintesis mRNA menggunakan transkripsi balik dan reaksi rantai polimerase (RT-PCR) . Kelompok utama yang darahnya diselidiki adalah 30 pasien dengan TB yang didiagnosis, 50 pasien klamidosis, 50 pasien dengan diagnosis mikoplamosis (Mycoplasma pneumonia dan / atau Mycoplasma hominis), 50 pasien dengan virus hepatitis C (VHC), 60 pasien dengan herpes genital, 30 pasien dengan infeksi sitomegaloviral, 30 pasien influenza dan 120 sukarelawan yang tampaknya sehat pada usia  (18 hingga 35 tahun).

Investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa peptida yang diteliti mengubah ekspresi mRNA dari spektrum sitokin yang diproduksi oleh sel-sel imunokompeten manusia dalam eksperimen ex vivo. Tabel 1 menunjukkan data tentang perubahan sintesis mRNA dalam PBMC sukarelawan sehat yang diobati dengan peptida ex vivo. Telah ditunjukkan bahwa peptida Met-Glu-His-Phe-Pro-Gly-Pro (semax), Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank) dan Thr-Lys-Pro ex vivo memengaruhi ekspresi gen sitokin yang diproduksi oleh Th1. Peptida Arg – Pro – Gly – Pro dan Pro – Gly – Pro mengubah sintesis mRNA sitokin disintesis oleh Th1 dan mono cytes / makrofag. Peptida Pro-Arg-Pro-Gly-Pro, Lys-Pro-Arg mengubah ex vivo transkripsi sitokin yang disintesis oleh Th1 dan Th2. Saat menggunakan peptida Met-Glu-His-Phe-Pro-Gly-Pro (semax) dan Thr-Lys-Pro-Arg, penekanan atau aktivasi gen ex vivo diamati untuk sitokin yang disintesis oleh Th1, Th2, dan monosit / mac rophages. Peptida Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro dan Gly-Pro menyebabkan ex vivo perubahan ekspresi gen sitokin yang disintesis terutama oleh Th2. Peptida Thr-Lys-Pro-Gly-Pro, Thr-Lys, dan Arg-Pro mempengaruhi sintesis pada level transkripsi sitokin yang disintesis oleh Th2 dan monosit / makrofag.  

Kami dapat mengantisipasi bahwa peptida yang menyebabkan ekspresi gen dalam sitokin Th1 akan mengaktifkan imunitas seluler dan secara umum berkhasiat dalam pencegahan atau pengobatan infeksi yang disebabkan oleh virus dan parasit intraseluler lainnya. Dapat dibayangkan bahwa peptida yang mengaktifkan gen sitokin Th2 akan merangsang imunitas humoral dan mungkin berkhasiat pada infeksi yang disebabkan oleh agen ekstraseluler. Namun, kedua jenis respon imun ini dapat terganggu (diubah) pada banyak penyakit.

Data kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa peptida yang diteliti dapat berbeda mempengaruhi sintesis mRNA sitokin yang diproduksi oleh sel imunokompeten berbeda dalam sel darah sukarelawan sehat. Aktivasi sistem kekebalan dikontrainasi pada beberapa penyakit, sedangkan sintesis berlebihan beberapa sitokin (IL 4, IL 10, IFN γ, dan IL 2) dapat berfungsi sebagai indikator eksaserbasi. Oleh karena itu, peptida yang diteliti (seperti Arg-Pro-Gly-Pro dan Pro-Gly-Pro) menekan transkripsi IL 4, IL 10, IFN γ mungkin menjanjikan untuk mengobati penyakit autoimun (multiple sclerosis, alergi , dll.).

Tabel 2 Potensi kemanjuran peptida ex vivo pada sukarelawan sehat, pasien dengan hepatitis C, herpes genital, klamidosis, mikoplasmosis, tuberkulosis, influenza, ARVI dan pasien dengan infeksi CMV.

 

 

Data ini memungkinkan kami untuk menyarankan bahwa, dalam aplikasi klinis, di samping peningkatan seluler secara langsung dalam kasus perubahan spektrum sitokin yang diproduksi, peptida yang diteliti juga dapat mengaktifkan kekebalan anti infeksi. Berasal dari data yang diperoleh yang menunjukkan kemampuan peptida yang diteliti untuk mengubah secara ex vivo ekspresi gen dalam sitokin dalam PBMC pasien, dimungkinkan untuk memilih peptida yang menjanjikan secara klinis yang mungkin manjur pada penyakit menular. Sebagai contoh, dalam aktivitas anti infeksi pada klamdidiasis dapat menjadi karakteristik peptida Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank) efikasi mencapai 80%, Pro-Arg-Pro-Gly-Pro, Pro-Gly-Pro, dan Gly –Pro – Gly – Pro, Gly – Pro – Gly; dalam mikoplasmosis efikasi nya 60% , peptida Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank), Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro, Pro-Arg-Pro-Gly-Pro, Pro-Gly-Pro, dan Gly – Pro – Gly; pada TBC, Thr – Lys – Pro – Arg – Pro – Gly – Pro (selank), Thr – Lys – Pro – Gly – Pro, Lys – Pro-Arg-Pro-Gly – Pro, Pro-Gly – Pro, dan Gly –Pro – Gly.

Untuk mengkonfirmasi hal ini, peptida yang disintesis dipelajari dalam PBMC pasien dengan penyakit menular (TBC, klamidosis, mikoplasmosis, virus hepatitis C, influenza, infeksi herpes dan sitomegaloviral).

Efek terapi potensial dari peptida yang disintesis dipelajari dengan metode biologis (status IFN yang diperluas). yang mengkonfirmasi kebenaran saran kami. Data ini diberikan pada Tabel 2, yang menunjukkan efek terapi potensial ex vivo (persentase dari jumlah subyek sehat dan pasien yang diperiksa) dari peptida yang diteliti, dibandingkan dengan imunomodulator ridostin dan cycloferon yang terkenal dan populer. Telah dibuktikan bahwa pasien klamidiosis mengembangkan resistensi seluler terhadap peptida yang terdaftar di atas, yang disertai dengan potensi anti infeksi sel darah dan tubuh yang meningkat secara keseluruhan dalam 60-80% kasus. Pada pasien dengan infeksi mycoplasmosis persiapan yang dipilih menunjukkan maksimum efek terapi potensial pada 45-60% kasus. Ini adalah peptida terpilih yang memiliki aktivitas terapi potensial pada 50-70% kasus TB.

Mengenai penyakit virus, peptida Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank), Pro-Arg-Pro-Gly-Pro, Pro-Gly-Pro dan Lys-Pro-Arg dapat digunakan dalam terapi kompleks virus hepatitis C, karena dalam PBMC pasien persiapan ini merangsang sintesis mRNA dalam sitokin yang diproduksi oleh Th1 yang membantu menekan reproduksi agen dan menghilangkannya. Pada influenza dan infeksi virus pernapasan akut (ARVI) efek potensial diindikasikan untuk peptida Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank), Thr-Lys-Pro-Gly-Pro, Arg-Pro-Gly –Pro, Thr – Lys – Pro, Lys – Pro – Arg dan Gly – Pro – Gly – Pro; dalam herpes untuk peptida Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank), Thr-Lys-Pro-Gly-Pro, Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro, Pro-Arg-Pro- Gly – Pro, Arg – Pro – Gly – Pro, Pro – Gly – Pro, Thr – Lys – Pro, Gly – Pro, Gly – Pro – Gly – Pro dan Gly – Pro-Gly; pada infeksi CMV untuk peptida Thr-Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro (selank), Thr-Lys-Pro-Gly-Pro, Lys-Pro-Arg-Pro-Gly-Pro, Arg-Pro-Gly –Pro, Pro – Gly – Pro, Thr – Lys – Pro, Lys – Gly – Pro, Arg – Pro dan Gly – Pro. Meningkatnya produksi sitokin Th2 dalam hal persistensi virus dari proses dan / atau perkembangan penyakit kronis adalah salah satu mekanisme yang mengarah pada kelainan dalam respon imun yang memadai pada VHC, influenza dan ARVI, herpes genital dan infeksi CMV. Oleh karena itu, peptida yang membantu mengatur keseimbangan Th1 / Th2 dapat memiliki khasiat terapeutik pada penyakit-penyakit di atas.

Berdasarkan data Tabel 2, kita dapat memperoleh persentase kasus (dari jumlah subyek yang diselidiki) di mana peptida yang diteliti mungkin berkhasiat untuk mengobati pasien dengan penyakit menular.

KESIMPULAN PADA REVIEW JURNAL INI

1.      Petptida pada semax maupun pada selank miliki senyawa antivirus yaitu pada dipeptide thr-lys dan Gly-Pro yang memiliki aktivitas anti virus

2.      Pada selank memang memiliki efektivitas dari antivirus yang lebih baik dari semax karena berasal dari analog sintetik dari fragmen pendek rantai berat imunoglobulin G manusia (tuftsin) Ini memiliki efek imunostimulan. Dan tufsin berasal dari  tetrapeptida (Thr-Lys-Pro-Arg) yang terletak di domain-F (bagian dari molekul antibodi yang melaksanakan aktivitas biologis (eksekutif) dari kelas antibodi bersangkutan demi menggerakkan sistem kekebalan tubuh

3.      Pada selank lebih banyak digunakan untuk terapi  gangguan kecemasan umum dan neurasthenia tanpa efek penenang dan relaksasi otot, yang dimana ini sangat erat hubungannya dengan psikoneuroimunologi, dengan mekanisme apabila  orang yang cemas atau steress dapat melepaskan  hormone steroid dan hormone cortisol. Selanjutnya cortisol memobilisasi aktifitas hampir semua sistem homeostasis salah satunya adalah , sistem imun. Apabila menekan fungsi imun pada sebagian sistem imun, sehingga sel imun spesifik seperti leukosit dan sitokin mengalami reposisi, sehingga Penekanan T helper (Th1) dan peningkatan T helper (Th2) Terjadi disregulasi neurohormon yang berekspresi dengan supresi respon imun anti tumor , Sel tersebut dikirimkan ke bagian tubuh yang paling berisiko luka atau terkena infeksi, seperti kulit dan kelenjar limfe. Dalam hal ini sering disebut dengan paradox cortisol. Sehingga penggunaan selank bekerja sinergis menrunkan kecemasan dan stress sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

4.      Pada penelitian in Vivo Selank yang berasal dari tuftsin , sel yang memiliki reseptor spesifik sebagai bagian dari kompleks "antigen-antibodi". Aktivitas biologis utama tuftsin pada sistem imun non spesifik pada bagian seluler yang terdiri dari aktivasi fagositosis oleh granulosit dan makrofag. Ini juga mengaktifkan pinocytosis, meningkatkan aliran pernapasan sel-sel fagosit (sehingga merangsang aktivitas bakterisidal mereka), menghancurkan sel-sel neoplastik, dan mempengaruhi pembentukan antibodi.

5.      Dalam percobaan in vitro dan in vivo sebelumnya, kami menunjukkan sifat antivirus Selank terkait dengan urutan Pro-Gly-Pro, Semax dan peptida lain yang mengandung urutan ini harusnya juga memiliki sifat antivirus.

6.      Pada jurnal Antiviral Properties of Structural Fragments of the Peptide Selank peptida dengan efek antivirus yang signifikan memiliki Prolin dan Glisin yang di tunjukkan dengan hasil penelitian survival tikus yang terinfeksi virus encephalomyocarditis setelah perawatan dengan peptida

7.      Pada penelitian lanjutan yang menjukkan bahwa peptida yang diteliti dapat mengubah mRNA dari spektrum sitokin  adalah Peptida Arg – Pro – Gly – Pro dan Pro – Gly – Pro mengubah sintesis mRNA

8.      Dari hasil penelitian ex vivo dengan pembanding terapi dengan Ridostin dan Cycloferon , pada Peptide Selank menunjukkan angka yang lebih dari 50% efektivitas nya pada pasien Hepatitis- C 60% , genitas Herpes 60% , clamdidiasis 80% , mycoplasmosis 60% , dan tuberculosis 60%.

9.      Semax dan Selank menunjukkan efektifitasnya pada pasien Chlamdidiasis.

Dengan demikian, kami dapat menyarankan bahwa, di samping kemungkinan peningkatan langsung dalam resistensi sel terhadap infeksi, sebagai akibat dari perubahan dalam spektrum sitokin, peptida yang diteliti dapat mengaktifkan kekebalan anti infeksi di bawah kondisi klinis. Data yang diperoleh menunjukkan kemungkinan menggunakan peptida di atas untuk pencegahan dan terapi terpadu sejumlah infeksi asalkan sensitivitas seluler individu diketahui dan obat yang optimal dipilih.


by : HP. Hadi

Halal Assurance System 23000


Kriteria 6 :
Produksi halal hanya dibolehkan di fasilitas produksi yang bebas najis.

Fasilitas Produksi : semua lini produksi dan peralatan pembantu yang digunakan untuk menghasilkan produk, baik milik sendiri atau menyewa dari pihak lain.

Fasilitas kontak bahan/produk :

      Harus bebas Babi (pork free)

      Harus ada pencucian sebelum digunakan untuk produksi produk halal

Fasilitas dapat digunakan secara bersama untuk bahan/produk halal selama dapat menjamin tidak terkontaminasi najis

Pencucian, fasilitas yang terkena najis :

Jenis Najis

Contoh

Cara Mensucikan

1. Berat

Jilatan (air Liur) Anjing, Babi dan turunannya

Dibasuhkan 7x dengan air yang salah satunya dicampur tanah/bahan kimia.

2. Sedang

Air kencing, kotoran manusia/hewan, dll

Dicuci hingga hilang warna bau dan rasa najisnya.

3. Ringan

Air kencing bayi laki-laki yang hanya minum ASI

Diperciki air atau dengan lap basah.

 

Kriteria 7

      Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pencucian fasilitas produksi. prosedur harus menjamin proses pencucian dapat menghilangkan berbagai pengotor, termasuk bahan haram/najis selain babi, serta tidak terjadinya kontaminasi bahan/produk oleh bahan haram/najis.

      Bahan pembantu yang digunakan dalam pencucian fasilitas (Cleaning agent, sanitizer) tidak boleh berasal dari bahan haram atau najis.


CARA PENGAMBILAN , PENANGANAN SAMPEL INDUSTRI FARMASI

www.statistikian.com 
Dalam CPOB tahun 2012
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada tengah, awal, dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk

Sampling
Suatu metode dengan mengambil sampel yang mewakili dari suatu populasi dan menggunakan data tersebut sebagai suatu informasi penelitian (Frey et al, 2000) ,  Analisa di industri farmasi bersifat destruktif (merusak) sehingga produk tidak dapat digunakan kembali maka dilakukan pengambilan sebagian kecil produk yang mewakili suatu bets untuk dilakukan pengujian hal ini juga tertuang dalam  aturan CPOB 2012 yang berbunyi  "Keabsahan kesimpulan secara keseluruhan tidak dapat dilakukan terhadap sampel yang tidak mewakili suatu bets" (CPOB, 2012)

Perbedaan sampling yang digunakan saat In Process Control dengan Validasi prosess adalah 

In Process Control  Validasi Proses 
Sampel yang diambil lebih sedikit Diambil selama proses berlangsung dengan selang waktu tertentu sesuai prosedur yang telah ditetapkan pada masing-masing produk
Sampling yang dilakukan hanya dibeberapa titik sesuai dengan prosedur masing-masing produk

Hal - hal yang perlu di perhatikan saat melakukan sampling adalah 
  1. Pastikan identitas produk yang disampling benar
  2. Pastikan pastikan jumlah dan titik sampling benar
  3. Gunakan APD saat di area gudang
  4. Pastikan wadah dan alat sampling bersih
  5. Pastikan ruangan bersih dan telah disanitasi
  6. Pastikan label “Sudah Disampling” sudah dibuat dan di coret paraf setelah sampling

 



PENGELOLAAN SISTEM KALIBRASI (CALIBRATION SYSTEM MANAGEMENT) DALAM PERUSAHAAN

Pastikan semua pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian instrument/alat ukur sesuai dengan penggunaannya dan menghasilkan nilai yang valid. Untuk mencapai hal ini, sebuah perusahaan menetapkan batas akurasi dan presisi tert. Ketika batas toleransi tidak terpenuhi, laporan penyimpangan dibuat sesuai aturan GMP termasuk ketentuan tindakan perbaikan untuk menetapkan kembali batas-batas dan mengevaluasi  dampak buruk pada kualitas produk.  Standar terkalibrasi yang digunakan untuk pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian instrument kalibrasi tertelusuri terhadap standar nasional atau internasional (NIST), dan ketelusuran (traceability) diperlukan bersama catatan kalibrasi. Pemilihan dan pelatihan personil kalibrasi yang kompeten merupakan pertimbangan penting dalam membentuk dan mempertahankan pengukuran dan program kalibrasi yang efektif. Hanya personil yang memiliki latar belakang teknis pelatihan yang diperlukan, dan berpengalaman dapat melakukan kalibrasi.

INSTRUMENTS MASTER LIST 
   
Untuk setiap instrument/alat ukur, akan dirinci minimal informasi berikut:  
  • ID No
  • Deskripsi (Description) 
  • Lokasi fungsi (Functional Location)
  • Pembuat (Manufacturer)
  • Lokasi (Location)
  • No Model (Model No).
  • No Seri (Serial No).
  • Range instrumen (Instrument Range)
  • Toleransi (Tolerance)
  • Range Operasi (OperationalRange)
  • Jumlah titik kalibrasi (No. of calibration points)
  • Frekuensi (Frequency)
  • Kalibrasi dilakukan oleh (internal atau pihak ketiga) / (Calibration Performed by (internal or Third Part)
STANDAR KALIBRASI (CALIBRATION STANDARDS)

Standar yang digunakan untuk mengkalibrasi peralatan yang dapat tertelusuri seperti KAN, NIST, atau standar nasional atau internasional lainyang diakui. Ketertelusuran dapat dicapai melalui laboratorium kalibrasi kontrak menggunakan NIST.  Jika In-house standar digunakan, maka sepenuhnya dijelaskan dalam catatan sistem mutu. Standar indipendent atau In-house akan  ditangani secara tepat sesuai prosedur tertulis sebagaimana diperlukan untuk kegiatan kalibrasi lain.  Item dikalibrasi dengan sistem pengukuran, standar dan bahan referensi / instrumen dengan akurasi dan range memadai untuk memverifikasi kinerja item yang dikalibrasi berada pada batas toleransi yang ditentukan. 

PERSYARATAN SUPPLIER (SUPPLIER REQUIREMENTS)
Supplier kalibrasi harus: 
  1. Memberikan bukti obyektif catatan kualitas, pengendalian lingkungan, file sejarah peralatan, dan bahan berkualitas lainnya yang relevan. 
  2. Menggunakan prosedur yang disetujui yang menguraikan metodologi yang digunakan dalam memelihara dan mengkalibrasi peralatan pengukuran dan peralatan pengujian  
  3. Melakukan kegiatan pemeliharaan dan kalibrasi memenuhi persyaratan organisasi tertentu .
  4. Memberikan sertifikat akreditasi kompetensi yang berdasarkan kriteria yang dapat diterima secara internasional  (misalnya KAN, ISO / IEC 17025: 2005). 
STRATEGI KALIBRASI (CALIBRATION STRATEGY)
Kalibrasi akan dilakukan mengikuti GMP, pedoman teknis dan sesuai dengan SOP terkait. Tujuan dari kalibrasi adalah untuk memastikan informasi yang valid diberikan oleh instrumen yang dapat memiliki dampak langsung maupun tidak langsung pada kualitas produk dan kontrol.  Jika pemasok kalibrasi eksternal digunakan, berikut ini akan diperlukan dari pemasok: 
  • Prosedur kalibrasi tertulis atau nomor referensi; 
  • Catatan kalibrasi; 
  • Staf terlatih; 
  • Standar dapat dilacak pada NIST atau standar lainyang diakui secara nasional dan internasional. 
Jika supplier kalibrasi memiliki ISO / IEC 17025: 2005 atau dengan akreditasi KAN (Komite Akreditasi Nasional).





CALIBRATION (Kalibrasi) di Industri




(Gambar : https://www.proxsisgroup.com/pentingnya-
melakukan-kalibrasi-alat-ukur-anda/
)



           Tujuan dari kalibrasi adalah Memberikan rincian program aktifitas kalibrasi yang terdokumentasi, dan akan mengidentifikasi, membentuk dan menjaga program kalibrasi yang berkelanjutan. Mengidentifikasi persyaratan kalibrasi untuk memastikan bahwa semua aktifitas yang berkaitan dengan kualitas produk sesuai persyaratan cGMP, dan memberikan bukti terdokumentasi yang memastikan bahwa semua instrumen yang digunakan untuk pengukuran bekerja secara benar. Kalibrasi: serangkaian operasi yang menetapkan, di bawah kondisi tertentu, hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen atau sistem pengukuran, pencatatan, pengontrolan, atau nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur terhadap nilai standar referensi yang diketahui. Kalibrasi ada 2 jenis apabila di dalam sebuah perusahaan
  • Kalibrasi internal: kalibrasi yang dilakukan oleh petugas dari Perusahaan yang sudah bersertifikat. atau staf yang sudah memiliki sertifikasi
  • Kalibrasi eksternal: kalibrasi yang dilakukan di luar perusahaan oleh mitra yang ditunjuk dan terakreditasi KAN (Komite Akreditasi Nasional), NIST atau komite akreditasi kalibrasi internasional lain.
Dalam hal ini ada beberapa istilah / definisi  dalam kalibrasi yang harus di ketahui yaitu :

  • Akurasi: kedekatan antara nilai yang diamati atau diukur terhadap nilai referensi yang dapat diterima. 
  • Adjustment (Penyesuaian): tindakan untuk menjadikan alat ukur berkinerja stabil dan bebas dari ketidakjelasan sesuai penggunaannya. 
  • Interval Kalibrasi:  waktu antara kalibrasi terhadap kalibrasi berikutnya 
  • Drift: variasi lambat dengan karakteristik waktu pengukuran alat ukur. 
  • International (Measurement)standard: sebuah standar yang diakui secara internasional sebagai nilai dasar untuk mengoreksi nilai standar lain pada kuantitas yang terkait.  
  • GMP instrument:  instrumen yang digunakan untuk mengukur, memantau, mencatat atau mengontrol parameter dalam pembuatan, pengolahan, pengepakan suatu produk obat. 
  • Loop: Kombinasi 2 atau lebih instrumen sedemikian rupa sehingga sinyal yang dikeluarkan dari satu ke yang lain dengan tujuan mengukur atau mengendalikan variabel proses. 
  • Pengukuran: rangkaian operasi yang bertujuan menentukan nilai kuantitas. 
  • Instrumen pengukur: Sebuah perangkat dimaksudkan untuk mengukur, sendiri atau bersama dengan instrumen tambahan lain. 
  • Devices, instrumen, bahan, peralatan tambahan, dan instruksi, itu semua diperlukan untuk melaksanakan pengukuran.Alat ukur harus memiliki karakteristik pengukuran sesuai  penggunaannya (misalnya akurasi, stabilitas, range dan resolusi).
  • Pengukuran Standar: suatu instrumen pengukuran, bahan rujukan atau sistem yang dimaksudkan untuk menetapkan, merealisasikan atau memperbanyak suatu nilai unit atau lebih nilai kuantitas untuk menjadikan alat ukurdapat dibandingkan terhadap alat ukur lain  
  • Pelacakan pengukuran:  kemampuan untuk mengaitkan hasil setiap pengukuran terhadap standar nasional (atau lain) melalui rantai perbandingan tak terputus .
  • Presisi:    kedekatan antara hasil pengukuran yang diperoleh dalam kondisi sama dari Tidak memiliki satuan ukuran dan hanya menunjukkan tingkat pengulangan, yaitu, seberapa dekat nilai-nilai dalam serangkaian pengukuran ulangan sesuai satu sama lain. Pengulangan adalah hasil dari resolusi dan stabilitas.
  • Standar referensi: sebuah standar, umumnya dari kuantitas pengukuran tertinggi yang tersedia dilokasi tertentu, dimana pengukuran berasal dari lokasi tersebut 
  • Resolusi (dari alat penunjuk): Sebuah ekspresi kuantitatif dari kemampuan suatu alat penunjuk yang sangat berarti membedakan antara nilai-nilai yang berdekatan langsung dari kuantitas yang ditunjukkan. 
  • Sensor: bagian dari sebuah loop atau instrumen yang pertama mendeteksi nilai variable proses, dan mengikuti sirkuit tertentu. Juga dikenal sebagai detektor atau elemen primer. 
  • Rentang pengukuran tertentu : serangkaian nilaiuntuk mengukur dan dimana kesalahan alat pengukuran berada pada limit yang ditetapkan 
  • Toleransi: total penyimpangan parameter yang diperbolehkan dari nilai yang ditetapkan. 
  • Rentang: rentang kalibrasi adalah daerah antara batas di mana kuantitas diukur, diterima atau dirubah. 
  • Instrument Master List: berisi informasi yang relevan tentang semua instrumen yang terlibat dalam pembuatan product's dan sistem GMP terkait. 
  • Rencana kalibrasi: dokumen yang menetapkan informasi yang relevan untuk pengelolaan aktifitas kalibrasi, misalnya, frekuensi kalibrasi dan tanggal kalibrasi. 
  • Label kalibrasi  label yang ditempatkan pada instrumen yang dikalibrasi yang menetapkan status kalibrasi. 
  • Label kalibrasi ulang label yang ditempatkan pada instrumen yang dikalibrasi yang menetapkan tanggal kalibrasi berikutnya. 

Next Page : 

PENGELOLAAN SISTEM KALIBRASI (CALIBRATION SYSTEM MANAGEMENT