The Pharmacist Room

Farmasi Rumah Sakit


Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor : 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik; pelayanan penunjang medik dan non medik; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan rujukan; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2003)
Suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi pelayanan kesehatan dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhi 13 persyaratan yaitu : tersedia (available), adil/merata (equity), tercapai (accessible), terjangkau (affordable), dapat diterima (acceptable), wajar (appropiate), efektif (effective), efisien (efficient), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integral), berkelanjutan (continues), bermutu (quality), serta berkesinambungan (sustainable) (Anonim, 2004).
Pesatnya perkembangan informasi dan teknologi menuntut penjaminan kualitas pelayanan bidang kesehatan dengan merubah wawasan para tenaga kesehatan untuk selalu mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta sikap dan perilaku. Mutu pelayanan kesehatan akan menjadi lebih baik jika masing-masing profesi kesehatan memberikan pelayanannya kepada pasien didasarkan pada standar profesi, etika, dan norma masing-masing (Anonim, 2004).
Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan di Rumah sakit                                              mempunyai peranan penting yang tidak bisa digantikan oleh profesi lain. Apoteker merupakan ahli di bidang kefarmasian dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan efektifitas pelayanan pengobatan di rumah sakit terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pengobatan yang rasional, oleh karena itu seorang apoteker harus mempunyai wawasan dan pengetahuan serta keterampilan yang luas di bidang kefarmasian rumah sakit. Seorang apoteker juga diharapkan mampu mengikuti perkembangan-perkembangan yang ada di rumah sakit.
Peran seorang apoteker di rumah sakit sebagai salah satu pelayanan medik  yaitu pelayanan farmasi. Peran apoteker dapat dibagi menjadi dua yaitu manajerial dan fungsional. Peran manajerial apoteker berupa perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan produksi obat. Apoteker juga ikut serta secara langsung dalam pelayanan kesehatan melalui farmasi klinik sebagai peran profesinya. Kegiatan farmasi klinik meliputi konseling, pelayanan informasi obat, edukasi dan pharmaceutical care.        
Mengingat begitu besarnya tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang apoteker di rumah sakit, maka tidak cukup bagi mahasiswa calon apoteker bila hanya diberi ilmu kefarmasian saja, tetapi juga harus melaksanakan prakteknya secara langsung di lapangan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit dalam bimbingan apoteker-apoteker yang berpengalaman. Dengan melakukan PKPA tersebut maka diharapkan mahasiswa calon apoteker dapat mempersiapkan diri dengan mencari pengalaman dan memperdalam pengetahuannya sebelum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dirumah sakit.  
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Program Profesi Apoteker Universitas Ahmad Dahlan mengadakan kerjasama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk melatih dan membimbing mahasiswa calon apoteker melalui program Praktek Kerja Profesi Apoteker.                                                                    

A.    Kompetensi Farmasi di Rumah Sakit
1.   Asuhan Kefarmasian
a.        Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.
b.        Memberikan pelayanan kepada pasien atas permintaan pasien itu sendiri dalam rangka ingin melakukan pengobatan mandiri.
c.        Memberikan pelayanan informasi obat.
d.       Memberikan pelayanan konsultasi obat.
e.        Memberikan formulasi obat untuk mendukung proses terapi..
f.         Melakukan monitoring efek samping obat.
g.        Melaksanakan pelayanan klinik berbasis farmakokinetika.
h.        Penatalaksanaan obat sitostatika dan obat yang setara..
i.          Melakukan pelayanan dan evaluasi penggunaan obat.
2.   Akuntabilitas Praktek Farmasi                                      
a.      Menjamin pelayanan kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.
b.      Menjamin obat yang diproduksi bermutu, mempunyai efikasi, aman, nyaman dan biaya yang wajar.
c.      Merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan standar kerja.
d.     Mencegah dan melindungi lingkungan dari kerusakan akibat obat.
e.      Melakukan peningkatan mutu terus menerus.
3.  Manajemen Praktis Farmasi
a.      Melakukan pengelolaan material atau bahan baku obat yang berkualitas.
b.      Melakukan pengelolaan produksi obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, aman, nyaman dan harga yang wajar.
c.      Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi.
d.     Merancang, membuat, melakukan pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien.
e.      Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien.
4.   Komunikasi Farmasi
a.      Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.
b.      Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.
c.      Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.
d.     Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan semangat kerjasama, saling menghormati dan mengakui kemampuan masing-masing demi tegaknya profesi.
5.   Pendidikan dan Pelatihan Farmasi
a.      Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.
b.      Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi ahli madya farmasi, asisten apoteker, pekarya dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan.
c.      Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas pelayanan kefarmasian.
d.     Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi, kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.
6.   Penelitian dan Pengembangan Farmasi                        
a.        Melakukan penelitian dalam rangka penemuan obat dan bahan baku obat serta pengembangan sediaan farmasi.
b.        Melakukan penelitian dan pengembangan farmasi, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.
c.        Menggunakan hasil penelitian sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian (Anonim, 2004)

Keterangan Perbekalan Farmasi untuk keperluan Bedah



I)    AMHP, BMHP dan obat
-     Sarung tangan
Dipergunakan sebagai pelindung tangan dari lingkungan sekitar, untuk keperluan kedokteran pada saat pembedahan
-     Gas Hidrophyl
Spons yang digunakan untuk menghambat keluarnya darah
-     Alkohol
merupakan antiseptik, bersifat bakterisid kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit), kerjanya meliputi bakteri gram negatif dan positif tapi bersifat non sporosidal. Digunakan ethanol dengan konsentrasi optimum 70%.  Kegunaan berupa antisepsis kulit sebelum suntikan dan mencuci yodium dari kulit
-     Bethadin/povidon yodium
Sebagai antiseptik pada daerah yang akan dibuka, dapat digunakan untuk mencuci luka kotor dan terinfeksi.
-     Mess no 20
Merupakan instrumen pemotong, terutama digunakan untuk menyayat/insisi permukaan kulit. Tersedia dalam berbagai ukuran sesuai keperluan.
-     NaCl (cairan garam fisiologis)
Mengandung :-  NaCl 9 g
                           Air untuk injeksi ad 1000 ml
Digunakan pada saat pembersihan luka (irigasi). Irigasi bertujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing (debridement) sehingga akan mempercepat penyembuhan.
-     Steril strip
Instrumen yang berfungsi sebagai penutup luka setelah operasi




II)  Benang atraumatic
-     Catgut plain
Benang terbuat dari collagen yang berasal dari jaringan usus sapi, jaringan submukosa kambing. Benang ini termasuk dalam jenis benang yang dapat diabsorbsi. Benang catgut plain memiliki kekuatan memegang jaringan 7-10 hari, dan terabsorbsi jaringan sekitar 60-90 hari. Berfungsi untuk mengikat pembuluh darah lapisan subkutaneus dan untuk menutup kulit di skortum dan perineum  
-     Catgut chromic
Benang bedah berupa kolagen yang terabsorbsi oleh tubuh, terbuat dari usus halus kucing atau domba. Benang catgut chromic memiliki kekuatan memegang jaringan 7-21 hari, dan terabsorbsi jaringan sekitar 90-100 hari. Berfungsi untuk mengikat pembuluh darah lapisan subkutaneus dan untuk menutup kulit di skortum dan perineum 
-     Silk
Merupakan jenis benang yang tidak dapat diabsorbsi. Silk adalah serat protein yang dihasilkan larva ulat sutera yang dipilin menjadi benang. Mempunyai kekuatan regangan besar, mudah dipegang, dan mudah dibuat simpul.

B. Keterangan Perbekalan Farmasi untuk keperluan Anaestesi
I)    AMHP/BMHP
-   i.v cath no.18
catheter yang dimasukkan kedalam pembuluh darah vena. Kegunaannya sebagai vena tambahan (perpanjangan vena), untuk pengobatan secara intravena yang digunakan dalam jangka waktu yang lebih dari 48 jam.
-   Transfusi set
Alat yang digunakan untuk memberikan darah kepada pasien, terdapat penyaring (filter) untuk menyaring zat asing dalam darah


-   Spuit /syringe
Alat yang digunakan untuk mengambil, menyuntikkan sesuatu, terdiri dari 3 bagian yaitu: silinder berkala. Tertutup, dan tempat menempel jarum. Pada ujungnya terdapat piston dan pegangannya terbuat dari plastik.
-   Suction catheter
Digunakan untuk membersihkan jalan napas

II)         Cairan infus
-   RL (Ringer laktat)
Mengandung :
o  Calcium chloride 0,2 g
o  Potasium Chlorida 0,3 g
o  Sodium Chlorida 6 g
o  Sodium laktat 3,1 g
Sebagai pengganti  cairan pada tubuh yang keluar dari tubuh selama operasi, dan mengembalikan kesetimbangan elektrolit.
-   Asering
Mengandung:
o    Na          130 meq
o    K            4 meq
o    Cl           109 meq
o    Ca          3 meq
o    Asetat    28 meq
          Indikasi : Sebagai pengganti cairan yang hilang selama operasi
          KI          : CHF, renal impairment, pulmonary edema yang disebabkan
                          karena  retensi Na

-   Voluven
Mengandung:
o    Hydroxyethyl starch (HES 130/0,4) 60 g
o    NaCl
          Indikasi  : terapi dan profilaksis terhadap hipovolemia
          KI          : Hiperhidrasi, pasien dengan treatment dyalisis, hipernatremia,
                          Hiperkloremia
          Dosis      : 10-20 ml by slow continuous iv infusion, maksimal 33 ml/kg/hari  
III)      Obat-obatan
-   Propofol
Propofol merupakan induksi dan pemeliharaan anestesi
KI          : pasien hamil, pasien dengan penyakit kardiovaskular dan
  pernafasan, pasien yang memiliki sejarah epilepsi/ kejang, pasien
  hiperlipidemia, hipotensi, hipopovolemik, sepsis.
ESO       : hipotensi, apnea, hiperlipidemia
Dosis      : - dosis untuk induksi anaestesi: dewasa =1,5-2,5 mg/Kg BB,
    anak-anak di atas 8 tahun = 2,5 mg-4 mg/kg  (BNF 50)
                 - dosis untuk pemeliharaan: dewasa = 25 – 50 mg (injeksi i.v)
atau 4-12 mg/kg/jam (infus), anak-anak  di atas 3 tahun 9-15       mg/Kg/jam. (BNF 50)
Interaksi : ACEI, b-blocker, INH, MAO inhibitor

-   Dormicum
Komposisi: Midazolam
Digunakan sebagai premedikasi, induksi anestesi umum
KI          : myasthenia gravis, depresi pernafasan, insufisiensi pulmonary     akut.
ESO       ; gangguan gastrointestinal, trombosis, bronkospasme, gangguan , pusing, lemah otot.
Dosis      : induksi dengan premedikasi: 150-200 mikrogram/kg  tanpa premedikasi 300-350 mikrogram/kg. (BNF 50)
Interaksi : eritromisin, ketokonazol, itrakonazol, diltiazem dan verapamil.

-   Toradol
Komposisi : Ketorolac Trometamol
Digunakan sebagai analgetik untuk nyeri operasi, sebagai premedikasi
KI          : asma, bronkospasme, tukak peptik, perdarahan GI, hipovolemik,
  kehamilan, menyusui
ESO       ; anafilaksis, mulut kering, myalgia, hiponatremia, hiperkalemia,
  bradikardi, hipertensi, hemorraghi paska operasi.
Dosis      : awal 10 mg dilanjutkan 10-30 mg tiap 4-6 jam jika diperlukan,
  maks 90 mg/hr, kemudian utk anak dibawah 16 thn tidak
  direkomendasikan.
Interaksi : analgetik AINS yang lain, warfarin, siklosporin.

-   Tracrium
Komposisi: Atrakurium Besilat
Digunakan sebagai muscle relaxant (pelemas otot)
KI          : hamil, menyusui, hipotermia
ESO       : hipotensi, takikardi, bronkospasme, reaksi alergi pd kulit
Dosis      : dws dan anak diaatas 1 bln:
dosis awal 300–600 mikrogram/kg, pemeliharaan 100-200
mikrogram/kg sesuai kebutuhan
Interaksi : aminoglikosida, b-blocker, clindamycin, imipenem, ketamine, loop diuretics, carbamazepine, fenitoin, teofilin.

-   Fentanyl
Sebagai anlgesic selama pembedahan, memperdalam anestesi
KI          : depresi pernapasan akut, kehamilan, menyusui
ESO       : mual-muntah, konstipasi, hipotensi, mulut kering, vertigo,
  hipotermi, bradikardi, halusinasi, disforia.
Dosis      : i.v 50 -200 mikrogram kemudian 50 mikrogram jika diperlukan,
                 anak-anak 3-5 mikrogram/kg, 1 mikrogram/kg jika diperlukan.
Interaksi : antiaritmia, eritromisin, ciprofloksasin, antikoagulan,
                 antidepresan: MAO inhibitor, carbamazepin, ketokonazol,
  flukonazol.

-   Narvoz
Komposisi: Ondansentron
Diberikan sebagai anti emetik pasca operasi
KI          : hamil dan menyusui,
ESO       : konstipasi, sakit kepala, kejang, nyeri dada, aritmia, hipotensi dan
  bradikardi.
Dosis      : 8 mg diberikan segera sebelum treatment
Interaksi : alupurinol, simetidin, barbiturat, carbamazepin, rifampin,
  fenitoin.

-   Dexamethasone
Sebagai antiinflamasi
KI          : infeksi sistemik, hipertensi, CHF, diabetes melitus, osteoporosis,
  tukak peptic, hamil dan menyusui.
ESO       : dispepsia, tukak peptik, osteoporosis, mual-muntah, moonface.
Dosis      : 0,5 mg- 24 mg, anak-anak 200-400 mikrogram/kg/hr.
Interaksi : barbiturat, carbamazepin, rifampin.

IV)       Cairan anastesi
-   Ethrane
Mengandung enflurance yang berfungsi sebagai cairan anestesi yang berefek general
-   N2O
Berperan sebagai anestesi inhalasi dengan efek analgesik yang kuat
Dosis      : Analgetik : NO2 : O2 = 50 % : 50 %
                 Maintenance anestesi ringan : NO2 : O2 = 50 -70 % : 25-30%
ESO       : anemia megaloblastik
Interaksi : ACEI, b-blocker, INH, MAO inhibitor



-   O2
Digunakan sebagai suplai oksigen pada operasi dan juga sebagai penguat potensi anestesi N2O. Kombinasi tersebut akan menghasilkan potensi anestesi dari N2O  yang lebih kuat jika dibanding N2O tunggal saja

-   Elektrode
Disambungkan pada EKG sebagai alat diagnostik untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada jantung dengan membaca grafik yang terbentuk pada kertas kardiogram ataupun pada monitor.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 162-176, Depkes RI, Jakarta.
Anonim,, 2005, British National Formulary 50, 625-635, Pharmaceutical press, London.
Lacy et al, 2003, Drug Information Handbook, Lexi-comp’s, Ohio
Mansjoer, dkk, 2001, Kapita selekta Kedokteran Jilid 1&2, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

Contoh Jalur distribusi di rumah sakit


Pelayanan Distribusi
Tugas pokok dari distribusi farmasi adalah mendistribusikan perbekalan farmasi, baik obat maupun alat kesehatan di rumah sakit secara aktif, aman, cepat dan tepat. Jenis layanan yang diberikan adalah :
1.      Pelayanan distribusi farmasi kepada pasien rawat jalan, pasien rawat inap baik pasien umum, Askes, JPK Mandiri Husada, Pasien kerjasama serta pasien tidak mampu (TM)/Gakin.
2.      Pelayanan farmasi klinik yakni, pelayanan informasi obat dan konseling obat.
Pelayanan distribusi perbekalan farmasi di RS Dr. Sardjito dilakukan melalui sistem satu pintu, yaitu pelayanan perbekalan farmasi yang hanya melalui instalasi farmasi.
Tempat-tempat pelayanan / distribusi farmasi terdapat di:
  1. Depo Farmasi
  2. Swakelola Rawat Jalan
  3. Satelit Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) dan Satelit Farmasi Instalasi
  4. Rawat Darurat (IRD)
5.      Satelit Farmasi Lantai I (Interna), Lantai II (Bedah), Lantai III (kulit, THT, mata dan syaraf) dan bangsal Wijaya Kusuma
6.      Satelit Farmasi Rawat Inap Anak (IRNA) II
  1. Satelit Farmasi di Poli Onkologi Tulip
8.          Satelit Farmasi di Radiologi, Instalasi Rawat Intensif, dan Instalasi 
      Rawat   Jantung
1. Depo Farmasi
                a.  Gambaran Umum
Depo farmasi berfungsi sebagai sentral pendistribusian obat ASKES, AMHP dan BMHP untuk pasien-pasien rawat jalan dan rawat inap. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, yakni dengan menggunakan metode konsumsi sesuai dengan pemakaian bulan sebelumnya. Untuk obat Askes permintaan ditujukan kepada Apotek Askes 9 Jl. Timoho, Yogyakarta yang dikelola oleh PT Bhakti Medika Tama. Dalam hal ini pihak rumah sakit hanya menerima barang saja tidak berperan serta dalam hal pemilihan rekanan atau supplier. Pengiriman barang farmasi bertahap sesuai dengan kesepakatan bersama. Apabila kebutuhan meningkat (melebihi perencanaan), maka depo farmasi akan segera memberi informasi ke Apotek Askes 9 untuk segera menyiapkan kebutuhan perbekalan tersebut. Apabila ada kebutuhan cito, maka barang farmasi diprioritaskan diminta lebih dahulu dan akan diperhitungkan dengan permintaan selanjutnya.
Permintaan obat/AMHP/BMHP non Askes menganut metode desentralisasi. Dalam hal ini seperti halnya satelit farmasi yang lainnya, maka depo farmasi melakukan permintaan obat/AMHP/BMHP yang ditujukan kepada gudang Instalasi Farmasi dengan membuat bon permintaan. Berikut adalah alur  distribusi untuk obat Askes dapat dilihat pada gambar 8.
 

Selain menjadi sentral penyaluran untuk obat Askes, depo farmasi juga mempunyai tugas melayani permintaan obat untuk pasien rawat inap lantai dasar. Alur pelayanan permintaan obat di Depo farmasi untuk pasien rawat jalan/umum dan untuk pasien rawat inap adalah sebagai berikut :
            a. Pasien Rawat Jalan / Umum
Penyaluran obat untuk pasien Rawat Jalan bisa melalui depo pegawai dan apotek Askes rawat jalan. Depo pegawai melayani karyawan Rumah Sakit Dr. Sardjito yang bukan peserta Askes, karyawan honorer, pasien tidak mampu, dan JPK Mandiri Husada.
Gambar 9. Alur pelayanan permintaan obat di Depo Farmasi bagi pasien rawat jalan/umum

                  b. Pasien Rawat Inap
Sistem distribusi yang digunakan untuk pasien rawat inap  adalah individual prescription. Kartu Instruksi Pemberian obat (KIPO) digunakan sebagai pengganti resep. Untuk pasien Askes, selain kartu obat harus disertakan juga dengan resep. Pasien rawat inap Rumah Sakit Dr.Sadjito terdiri dari peserta Askes, pasien umum, pasien tidak mampu, dan JPK Mandiri Husada. Untuk pasien Askes rawat inap, obat dan alat kesehatan yang termasuk dalam Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) dilayani di depo farmasi, sedangkan obat dan alat kesehatan yang tidak termasuk dalam DPHO disediakan dan dilayani oleh swakelola dan pasien tambah bayar atau dibuatkan copy resep. Untuk pasien rawat inap non Askes baik obat maupun alat kesehatan dari Rumah Sakit Dr. Sardjito, kecuali obat/alat kesehatan yang tidak tersedia di rumah sakit,  dilayani oleh pihak ketiga yaitu apotek pelengkap Kimia Farma, Ranap Askes atau oleh swakelola farmasi.
Permintaan obat atau alkes untuk pasien Askes rawat inap menggunakan sistem individual prescription melalui KIPO (Kartu Instruksi Pemberian Obat) yang dilampiri dengan resep. Pengambilan obat Askes dan alkes dilakukan dengan menyerahkan rekapitulasi pengeluaran obat dan alkes ke depo farmasi, resep Askes dientry ke komputer per pasien. Kemudian satelit farmasi mengecek obat dan alkes yang diterima dan disiapkan sesuai sistem yang berlaku di satelit tersebut.