2.1.Tinjauan Kulit
2.2.1.
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ
tubuh yang terletak paling luar (Wasitaatmadja, 2007). Suatu shell
yang fleksibel, mudah melentur, protektif. Shell mengandung
sistem sirkulasi dan sistem evaporasi untuk menstabilkan temperatur dan tekanan
badan, sistem melemas sendiri dan merupakan alat untuk mendeteksi stimuli dari
luar (Anief, 1997).
Luas
kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,umur, seks, ras dan bergantung juga
pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 2007).
Kulit
tersusun oleh banyak macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak,
kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syarat, jaringan pengikat,
otot polos dan lemak (Anief, 1997).
Pembagian
kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :
A. Lapisan
epidermis (Wasitaatmadja, 2007)
Epidermis, sebagai
sawar dasar dari kulit terhadap kehilangan air, elektrolit dan nutrisi dari
badan dan sawar dasar terhadap penetrasi air dan substansi asing dari luar
badan. Epidermis merupakan lapisan kulit luar, dapat dibagi menjadi 5 bagian
(Wasitaatmadja, 2007) yaitu stratum corneum (lapisan tanduk), stratum lucidum (daerah sawar), stratum granulosum (lapisan
keratohialin), stratum spinosum
(lapisan seperti duri) dan stratum basale.
a. Stratum corneum
Lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah
berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum lusidum
Terdapat langsung di bawah lapisan corneum, merupakan lapisan sel-sel
gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut
eleidin.
c. Stratum granulosum
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini
terdiri atas keratohialin.
d. Stratum spinosum (stratum Malphigi)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Sel-sel
stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
e. Stratum basale
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis
yang paling bawah, terdiri atas dua jenis sel, yaitu sel-sel yang berbentuk
kolumnar dan sel-sel pembentuk melanin (melanosit)
atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda.
B. Lapisan
dermis (Wasitaatmadja, 2007)
Lapisan di bawah
epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas
lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni :
a.
Pars
papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare,
yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri
atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin.
C. Lapisan
subkutis (Wasitaatmadja, 2007)
Lapisan
kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke
pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Vaskularisasi
kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang berada di bagian atas dermis
(pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).
2.2.1.
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia
mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utama kulit ialah proteksi,
absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
pembentukan pigmen, dan keratinisasi (Wasitaatmadja, 2007).
a. Fungi
proteksi (Wasitaatmadja, 2007)
Kulit
menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
tekanan, gesekan, tarikan. Juga bisa gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia
terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat
lainnya; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra
violet, gangguan infeksi luar terutama kuman / bakteri maupun jamur.
Proteksi
rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum
corneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu
terdapat keasaman lapisan kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan
kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi
keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 –
6,5, sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun
jamur. Proses keratinisasi juga merupakan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara
teratur.
b. Fungsi
absorbsi (Wasitaatmadja, 2007)
Kulit
yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air
memungkinkan kulit mengambil bagian pada respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis
vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus
sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
c. Fungsi
ekskresi (Wasitaatmadja, 2007)
Kelenjar-kelenjar
kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam
tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.
d. Fungsi
persepsi (Wasitaatmadja, 2007)
Kulit
mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Badan taktil Meissner terletak di di papilla dermis berperan terhadap rabaan,
demikian pula badan Merkel Ranvier yang
terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini
di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah
yang erotik.
e. Fungsi
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) (Wasitaatmadja, 2007)
Kulit
melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah, sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).
f. Fungsi
pembentukan pigmen (Wasitaatmadja, 2007)
Sel
pembentukan pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1. Jumlah
melanosit serta jumlah besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras individu. Warna kulit
tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal
tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
g. Fungsi
keratinisasi (Wasitaatmadja, 2007)
Lapisan
epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama, yaitu keratinosit, sel
Langerhans, melanosit.
No comments:
Post a Comment