COPD (Chronic Obstructive Pulmonary
Disease)
1.1 Definisi
COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) adalah penyakit yang
ditandai adanya hambatan aliran udara yang dapat irreversible (Reilly et al, 2008). Hambatan aliran udara tersebut
bersifat progresif dan disertai dengan respon inflamasi abnormal dari paru
terhadap partikel atau udara yang masuk ke pernafasan (Bourdet and Williams,
2008). COPD meliputi emfisema dan bronkitis kronik. Emfisema adalah kondisi
yang ditandai dengan kerusakan dan membesarnya alveoli paru, sedangkan
bronkitis kronik adalah kondisi yang ditandai dengan batuk menahun, berdahak,
dan adanya pengecilan bronkialis (Reilly et al, 2008).
1.2 Etiologi
Faktor utama dari perkembangan
PPOK adalah merokok. PPOK dapat dihubungkan dengan kombinasi faktor resiko yang
lain. Faktor resiko yang dihubungkan dengan PPOK dapat digolongkan menjadi
faktor host dan faktor lingkungan. Faktor host yaitu kecenderungan genetik yaitu
kekurangan
α1 Antitripsin dan faktor lingkungan seperti asap rokok, paparan
debu dan paparan bahan kimia (Williams and Bourdet, 2008).
1.3 Klasifikasi
COPD (Bourdet, S.V., et al. 2008).
STAGE I MILD STAGE
III SEVERE
-
FEV1/FVC < 70% - FEV1/FVC < 70%
-
FEV1 ≥ 80% - 30% < FEV1 < 50%
-
Dengan atau tanpa symptom - Dengan atau tanpa symptom
STAGE II MODERATE STAGE IV VERY
SEVERE
-
FEV1/FVC < 70% - FEV1/FVC < 70%
-
50% < FEV1 < 80% - FEV1 < 30% atau < 50%
-
Dengan atau tanpa symptom - Terdapat gagal
nafas kronis
1.4 Patofisiologi
Pada keadaan sistem saluran pernafasan
yang normal terjadi pergantian O2 dan CO2. O2
dibawa ke darah dan CO2 dipindahkan dari darah. Ketika nilai PaCO2
meningkat, ventilasi distimulasi, menghasilkan peningkatan perpindahan CO2.
Terjadinya obstructive pulmonary disease
menyebabkan pergantian udara terganggu dan pada saluran pernafasan akan terjadi
kontraksi otot halus, inflamasi, edema dan peribronkolar fibrosis.
Ketidaknormalan saluran pernafasan menyebabkan perubahan pH arteri dan PaCO2
pada pasien COPD, terjadinya hipoksia berperan besar pada keadaan ini.
Terjadinya inflamasi dalam saluran pernafasan perifer dan parenkim paru
merupakan proses yang dominan terjadi pada COPD (Goldsmith and Weber, 2000).
Keadaan
eksaserbasi ditandai dengan memburuknya kondisi pasien dibandingan kondisi
stabilnya, onsetnya akut dan membutuhkan obat-obatan di luar yang biasanya
diberikan. Mediator inflamasi termasuk neutrofil dan eusinofil meningkat pada
sputum. Perubahan fisiologis primer yang sering adalah memburuknya arterial gas
result yang memperlihatkan
buruknya pertukaran gas. Pada pasien eksaserbasi kronis, gejala hipoksemia dan
hiperkapnea disertai asidosis respiratori dan gagal napas dapat muncul (Bourdet,
S.V., et al. 2008).
1.5 Komplikasi
-
Gangguan
Keseimbangan Asam-Basa
Respiratori asidosis sering terjadi pada
pasien PPOK. Hipoventilasi pada pasien PPOK merupakan salah satu penyebab
terjadinya respiratori asidosis. Pada pasien PPOK sering terjadi peningkatan
tekanan karbondioksida di arteri (Paco2) yang kemudian dikompensasikan dengan
terjadinya metabolik alkalosis (Schwinghammer, T.L., 2009).
-
Retensi
cairan
Retensi cairan sering terjadi pada pasien
PPOK khususnya retensi Na oleh ginjal. Mekanisme retensi Na yang terjadi pada
pasien PPOK yaitu terjadinya penurunan dari perfusi renal sebagai akibat adanya
abnormalitas pertukaran udara yang terjadi pada pasien PPOK khususnya
hipoksemia dan hipercapnia.
-
Polisitemia
Polisitemia adalah peningkatan jumlah
produksi sel darah merah yang berlebihan. Hipoksia kronik yang terjadi pada
pasien PPOK merangsang ginjal untuk memproduksi eritropoietin, yang akan
merangsang pembentukan sel darah merah, sehingga terjadi polisitemia sekunder
(Wilson, 1992).
-
Hipertensi
Pulmonale
Hipertensi pulmonale adalah peningkatan
tekanan arteri pulmonal yang disebabkan oleh karena penyakit parenkim paru atau
meningkatnya tekanan pengisian jantung bagian ventrikel kiri, ataupun dapat
keduanya. Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi mayor pada PPOK dan
berhubungan dengan terjadinya Cor Pulmonale.
-
Cor
pulmonale
Cor Pulmonale merupakan suatau keadaan
dimana timbul hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal
jantung kanan; timbul akibat dari penyakit yang menyerang struktur atau fungsi
paru-paru atau pembuluh darahnya. Sebelum timbul kor pulmonale biasanya terjadi
peningkatan resistensi vaskular paru dan hipertensi pulmonal. Hipertensi
pulmonal yang sering terjadi pada pasien PPOK pada akhirnya meningkatkan beban
kerja dari ventrikel kanan, sehingga mengakibatkan hipertrofi dan kemudian
gagal jantung (Wilson, 1992).
1.6
Penatalaksanaan Terapi
Terapi obat yang diterima
pasien PPOK ditujukan untuk mengurangi keluhan, frekuensi kejadian serta
komplikasinya. Terapi ini didasarkan pada gejala yang terjadi, faktor resiko,
biaya, dan keuntungan terapi. Sedangkan untuk pasien ekserbasi akut antara lain
berkurangnya resistensi saluran udara, mengobati infeksinya, memperbaiki
saturasi oksigen, dan memperkuat fungsi otot saluran pernafasan.
Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi
akut antara lain (PDT, 2005):
·
Oksigen
terkontrol
·
Bronkodilator, yaitu β2-agonis,
antikolinergik dan jika terapi
inhalasi belum adekuat ditambah derivat xantin yaitu teofilin
·
Antibiotik
·
Kortikosteroid
·
Cairan
dan elektrolit
1.7 Gejala Klinis
Gejala klinis PPOK adalah
pasien tidak dapat bernafas, berbicara atau batuk dan marasa seperti dicekik.
Agitasi, panik dan nafas tersengal-sengal dan diikuti sianosis. Selanjutnya
akan terjadi gagal nafas yang dapat berkembang menjadi obstruksi komplet.
Letargi, gagal nafas dan hilangnya kesadaran merupakan tanda akhirnya (Riyanto,
2006).
PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh
beberapa bakteri yang berbeda, virus,
parasit, dan fungi sehingga terjadi peradangan pada parenkim paru ( alveolitis
) dan terakumulasinya eksudat penyebab radang pada jalan nafas ( McPhee, 2006 ).
Etiologi
Penyebab pneumonia antara lain (Glover and Reed,
2005) :
1. Bakteri penyebab pneumonia pada orang
dewasa terutama Streptococcus pneumoniae, bakteri patogen lainnya antara lain
bakteri anaerob, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Chlamydia
pneumoniae, C. Psittaci, C. Trachomatis, Moraxella (Branhamella) catarrhalis,
Legionella pneumophila, Klebsiella pneumoniae dan bakteri gram negatif lainnya.
Mycoplasma pneumoniae organisme mirip bakteri menyerang anak dan dewasa muda.
2. Patogen pulmonar lainnya adalah virus
yaitu virus syncytial respiratory, virus influensa A dan B dan virus varicella
zoster.
3. Nocardia dan Actinomycetes sp; mycobacteria,
including Mycobacteria tuberculosis dan strains atypical (terutama M. Kansasii
dan .avivum-intracellular).
4. Fungi antara lain Histoplasma capsulatum,
Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitis, Cryptococcus neoformans,
Aspergillus fuigatus dan Pneumocystis carinii dan rickettsiae terutama Coxiella
burnetii (Q fever)
Faktor predisposisisi yang
menyebabkan pneumonia antara lain infeksi virus pernafasan atas, alkoholisme,
perokok, gagal jantung, penyumbatan saluran nafas kronik, umur, debilitas,
pasien immunocompromised seperti
diabetes melitus dan gagal ginjal kronik (Glover and Reed, 2005).
Patogenesis
Mikroorganisme masuk alveoli
melalui inhalasi dan aspirasi melalui orofaring kemudian masuk pada saluran
nafas bawah dan menghambat mukosilier, makrofag alveolar, limfosit bronkial dan
neutrofil, Ig G dan Ig A. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet. Organisme
bermutiplikasi dalam paru dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme
pertahanan paru terjadi pneumonia, kebiasaan merokok juga melemahkan pertahanan
lokal karena menekan fungsi silier (Glover and Reed, 2005).
Klasifikasi Pneumonia (PDT Penyakit Paru RSUD Sutomo, 2005)
- Berdasarkan
klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia komuniti (Community-acquired
pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia
pada pasien imunokompromis
- Berdasarkan
kuman penyebab
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur
- Berdasarkan
prodileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris
b. Bronkopneumonia
c. Pneumonia interstisial
Perbedaan gambaran klinis pneumonia atipikal
dengan tipikal (PDT, 2005)
Tanda dan gejala
|
Pneumonia atipikal
|
Pneumonia tipikal
|
Onset
|
Gradual
|
akut
|
Suhu
|
Kurang tinggi
|
Tinggi, menggigil
|
Batuk
|
Nonproduktif
|
produktif
|
Dahak
|
Mukoid
|
Purulen
|
Gejala lain
|
Nyeri kepala, mialgia, sakit tenggorokan
|
Jarang
|
Penatalaksanaan Terapi
Prioritas
pertama pada pasien dengan pneumonia adalah mengevaluasi fungsi pernapasan dan
memeriksa adanya tanda-tanda penyakit sistemik misalnya dehidrasi, sepsis yang
mengganggu sirkulasi. Dibutuhkan oksigen atau alat pernapasan mekanis, dan
resusitasi cairan terutama dalam keadaan yang lebih berat. Perawatan suportif
pada pasien pneumonia termasuk oksigen bila terjadi hipoksia, bronkodilator
ketika terjadi bronkospasme, serta pengeluaran cairan bila ada. Terapi pelengkap
antara lain cairan, nutrisi, serta pengontrolan demam. Dehidrasi dapat terjadi
karena demam, intake makanan kurang, adanya mual muntah. Pemilihan antibiotik
memperhatikan perkiraan atau pun hasil tes mikrobiologi, distribusi pada
saluran napas, efek samping, serta biaya ( Glover, 2005 )
Tabel Terapi Antimikroba Secara Empiris
Untuk Pneumonia Pada Dewasa
Tabel Dosis Antibiotik pada Pnemonia
DAFTAR PUSTAKA
Abramowicz, M.,
2005. Handbook of Antimicrobial Therapy,
17th Edition, New York: Treatment Guidelines with updates from The Medical Letter.
Anonim, 2007. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 7
2007/2008, Jakarta: PT InfoMaster, lisensi CMPMedica.
Balkissoon, R., 2003. Current Diagnosis &
Treatment in Pulmonary Medicine, USA: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Bourdet, S.V. and Williams, D.M., 2008. Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. In: DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke,
G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M. (Eds.), Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach, 7th Ed. New York: McGraw-Hill Comp. Inc.
Glover,
M. L.; Reed, M. D., 2005. Lower Respiratory Tract Infections-Pneumonia. In Pharmacotherapy
A Pathophysiology Approach, 6th Edition, USA : McGraw Hill
Companues Inc.
Goldsmith, T.L., Weber,
J.J., 2000. Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. In: Herfindal, E.T. and Gourley, D.R. (Eds.), Textbook
of Therapeutics Drug and Disease Management, 7th Edition,
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Lacy, C.F., Armstrong, L.,
Goldman, M., Lance, L., 2006. Drug Information Handbook, 14th
Edition, USA: Lexi-Comp’s.
Mansjoer, A., Suprohaita,
Wardhani, W.I., dan Setiowulan, W., 2000. Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
McEvoy, G.K., 2008. AHFS
Drug Information, USA: American Soc Health System.
Mehta, D.K. (Ed.), 2007. British
National Formulary, Edisi 54, London: BMJ Publishing Group Ltd.
Mandell, Lionel A., et al., 2007. Clinical
Infectious Diseases : IDSA/ATS Guidelines for CAP in Adults. CID 2007:44 :
USA
Pagana, K.D., Pagana, T.J.,
2002. Mosby’s Manual of Diagnostic and
Laboratory Test, 2nd edition, USA: Mosby, Inc.
Riyanto,
B.S. and Hisyam B., 2006. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I, Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Reilly, J.J., Silverman, E.K., Shapiro,
S.D., 2008. Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. In: Harrison’s
Principles of Internal Medicine, Edisi Internasional ke-17, USA:
McGraw-Hill Medical Publishing Division.
Schwinghammer, T.L., 2009. Chronic Obstructive Lung Disease. In:
B.G., Wells, et al (Eds.), Pharmacotherapy Handbook, Edisi ke 7, USA: Mc-Graw
Hill Medical Publishing Division.
Stockley’s, S.H., 2008, Drug Interaction, 8th ed., Nottingham :
Pharmaceutical Press.
Simon,
H.B., 2004. Pulmonary Infections.
In: Dale, D.C. (Ed.), Infectious
Diseases : The Clinician’s Guides to Diagnosis, Treatment and Prevention, New
York: WebMD Professional Publishing.
Tatro,
D.S., 2001. Drug Interaction Facts,
St. Louis : Facts and Comparisons.
Wilson, L.M., 1992. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes, Edisi
keempat, USA: Mosby Year Book, Inc.
No comments:
Post a Comment