1.3.1.
Formulasi Basis
Pada penelitian ini
menggunakan basis vanishing cream untuk digunakan dalam formulasi sediaan
kosmetika ekstrak Camellia Sinensis L.
Komposisi
basis vanishing cream modifikasi dari
Ditter, 1970 :
Bahan %b/b
Asam
stearat 15
Malam
putih 2
Vaselin
putih 8
Trietanolamin 1,5
Nipagin 0,25
Nipasol 0,125
Aquadest ad 100
2.1.Tinjauan Bahan Penelitian
2.4.1.
Kombinasi TEA dan Asam Stearat
1.
Asam stearat (Rowe et al, 2009)
Sinonim : Acid
cetylacetic; Crodacid; E570; Edernol
Rumus molekul : C18H36O2
Berat molekul :
284,47
Pemerian :
Kristal padat warna putih atau sedikit kekuningan, mengkilap, sedikit berbau dan berasa seperti
lemak.
Kelarutan : Sangat larut dalam benzen, CCl4, kloroform,
dan eter; larut dalam etanol (95%), heksan dan propilen glikol; praktis tidak
larut dalam air.
Suhu lebur :
≥ 54oC
Inkompatibilitas :
Dengan logam hidroksi, obat naproxen dan bahan pengoksidasi.
Penggunaan : Bahan pembentuk emulsi.
Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai
pembentuk emulsi dengan konsentrasi kadar 1 – 20%. Sebagian dari asam stearat
dinetralkan dengan alkalis atau TEA untuk memberikan tekstur krim yang elastik.
2. Trietanolamin
(Rowe et al, 2009)
Sinonim :
TEA; triethylolamin;
rihydroxytriethylamine; tris(hydroxyethyl)amine; trolaminum.
Rumus molekul :
C6H15NO3
Berat
molekul : 149,19
Pemerian :
cairan kental, tidak berwarna, bau lemah mirip amoniak, sangat higroskopis.
Kelarutan :
dapat bercampur dengan air, alkohol, gliserin; larut dalam gliserin.
pH :
10,5
Penggunaan :
dalam formulasi terutama digunakan sebagai bahan pembentuk emulsi. Kegunaan
lain yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan dan polimer plasticizer.
Bila dicampur dalam
proporsi yang seimbang dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat
akan membentuk sabun anionik yang berguna sebagai bahan pengemulsi yang
menghasilkan emulsi tipe o/w dengan pH 8.
2.4.2.
Tinjauan Bahan Tambahan Lain
1. Malam
putih (Rowe et al, 2009)
Sinonim : white beeswx
Pemerian :
tidak berasa, serpihan putih dan sedikit tembus cahaya.
Kelarutan :
larut dalam kloroform, eter, minyak menguap; sedikit larut dalam etanol (95%);
praktis tidak larut dalam air.
Suhu lebur :
61 - 65oC
Inkompatibilitas : dengan bahan pengoksidasi.
Penggunaan : bahan penstabil emulsi, bahan
pengeras.
Pada sediaan cream dan ointments digunakan untuk meningkatkan konsistensi dan
menstabilkan emulsi air dalam minyak.
- Vaselin putih (Rowe et al, 2009)
Sinonim : white petrolatum; white petroleum jelly.
Pemerian :
berwarna putih, tembus cahaya, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan :
praktis tidak larut dalam aseton, etanol, gliserin dan air; larut dalam
benzene, kloroform, eter, heksan dan minyak menguap.
Penggunaan : emolien cream,
topikal emulsi, topikal ointments dengan konsentrasi antara 10-30%.
- Nipagin
(Rowe et al, 2009)
Sinonim :
asam 4-hidroksibenzoat metal ester, metal p-hidroksibenzoat, metal
parahidroksibenzoat, metal paraben.
Rumus
molekul : C8H8O3
Berat
molekul : 152,15
Pemerian :
Kristal tidak berwarna atau kristal serbuk kristal putih, tidak berbau atau
hampir tidak berbau dan sedikit rasa membakar.
Kelarutan :
pada suhu 25oC larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol (95%), 6
bagian etanol (50%), 200 bagian etanol (10%), 10 bagian eter, 60 bagian
gliserin, 2 bagian metanol, praktis tidak larut dalam minyak mineral, larut
dalam 200 bagian minyak kacang, 5 bagian propilen glikol, 400 bagian air (25oC),
50 bagian air (50oC) dan 30 bagian air (80oC).
Penggunaan :
digunakan sebagai pengawet antimikroba sediaan kosmetik, sendiri atau kombinasi
dengan paraben atau pengawet yang lain. Efektifitas sebagai pengawet dapat
ditingkatkan dengan penambahan 2 – 5% propilen glikol, feniletil alkohol atau
EDTA. Efek sinergis sebagai pengawet terjadi pada penggunaan metilparaben
dengan paraben lain. Kadar metilparaben untuk sediaan topikal sebesar 0,02 –
0,3%.
Stabilitas :
larutan pada pH 3 – 6 stabil (dekomposisi kurang dari 10%) selama 4 tahun
penyimpanan pada suhu ruang. Larutan pH 8 atau lebih mengalami hidrolisis
(dekomposisi terjadi lebih dari 10%) setelah penyimpanan selama 60 hari pada
suhu ruang.
Inkompatibilitas :
aktivitas antimikroba berkurang dengan kehadiran surfaktan nonionik seperti
polisorbat 80 karena miselisasi. Penambahan 10% propilen glikol menunjukkan
efek potensiasi dan mencegah interaksi antara paraben dengan polisorbat 80.
Inkompatibel dengan bentonit, magnesium trisiklat, talk, tragakan, sodium
alginat, minyak esensial, sorbitol dan atropin; diabsorbsi oleh plastik
tergantung pada jenis plastik dan pembawa yang digunakan, botol polietilen
tidak mengabsorbsi metilparaben; mengalami perubahan warna akibat hidrolisis
dengan adanya besi, alkali lemah atau asam kuat.
- Nipasol (Rowe et al, 2009)
Sinonim :
4-hydroxybenzoic acid propyl ester; propagin;
propyl paraben; propyl p-hydoxybenzoate.
Rumus
molekul : C10H12O3
Berat
molekul : 180,20
Pemerian :
Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan :
larut dalam aseton, eter, 1,1 bagian etanol, 5,6 bagian etanol (50%), 250
bagian gliserin, 3330 bagian mineral oil, 70 bagian minyak kacang, 3,9 bagian
propilen glikol, 110 bagian propilen glikol (50%), 4350 bagian air (15oC),
2500 bagian air, 225 bagian air (80oC).
Penggunaan :
digunakan sebagai pengawet antimikroba sediaan kosmetik, sendiri atau kombinasi
dengan paraben atau pengawet yang lain. Kadar metilparaben untuk sediaan
topical sebesar 0,01 – 0,6%.
Stabilitas : aktivitas mikroba berkurang dengan kehadiran
surfaktan nonionik seperti polisorbat 80 karena miselisasi. Inkompatibel dengan
bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginate, minyak essensial,
sorbitol dan atropin; diabsorbsi oleh plastik tergantung pada jenis plastik dan
pembawa yang digunakan, botol polietilen tidak mengabsorbsi metilparaben;
mengalami perubahan warna akibat hidrolisis dengan adanya besi, alkali lemah
atau asam kuat.
2.5.Tinjauan
tentang Evaluasi Sediaan Farmasi
Evaluasi sediaan
dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang telah dibuat sesuai dengan
kriteria yang diinginkan dan mencapai hasil yang maksimal. Evaluasi untuk
sediaan dermatologi termasuk kosmetika terdiri dari stabilitas bahan aktif,
stabilitas bahan tambahan, organoleptis (warna, bau, dan tekstur), homogenitas,
distribusi ukuran partikel fase terdispersi, pH, pelepasan atau bioavaibilitas, viskositas (Barry,
1983).
Evaluasi suatu sediaan farmasi dapat
dilakukan terhadap karakteristik fisik maupun efektifitasnya.
2.5.1. Karakteristik Fisik Sediaan
Karakteristik fisik
sediaan meliputi :
1.
Tipe emulsi
2.
Organoleptis
3.
Penetapan pH
4.
Viskositas
5.
Penentuan daya sebar
6. Aseptabilitas