The Pharmacist Room

Laktosa anhidrat

Bentuk pemerian dari Laktosa anhidrat sebuk berwarna putih dan laktosa anhidrat mengandung anhidrat b-laktosaanhidratdan a-laktosa. Laktosaanhidratbiasanyamengandung 70-80% anhidrat b-laktosadan 20-30% anhidrat a-laktosa.
Laktosa berfungsi sebagai eksipien tablet pada metode kompresi langsung, pembawa serbuk kering pada inhaler, pengisi tablet dan kapsul serta filler tablet dan kapsul. Laktosa anhidrat banyak digunakan dalam metode kompresi langsung serta sebagai filler tablet dan kapsul maupun pengikat.
Laktosa anhidrat dapat digunakan pada obat yang kelembapan sensitif karena kadar air yang rendah dan juga dapat digunakan dalam suntikan intravena. Bentuk kelarutannya larut dalam air. Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab yang nilai RH nya 80% dan diatasnya. Laktosa dapat menimbulkan warna cokelat pada penyimpanan dengan reaksi yang dipercepat oleh suhu hangat dan kondisi yang lembab. Laktosa anhidrat disimpan dalam wadah yang tertutup ditempat yang sejuk dan kering (Rowe et al., 2009).

Starch Adalah

Starch merupakan eksipien serbaguna terutama dalam formulasi padar sediaan oral yang digunakan sebagai pengikat, pengisi, dan disintegran. Bentuk pemerian dari Starch berwarna putih menyerupai fine, tidak berasa dan tidak berbau serta menyerupai bentuk butiran bulat yang sangat kecil. Starch juga digunakan dalam formulasi pada kapsul sebagai pengisi dan juga untuk meningkatkan aliran pada serbuk bahan obat. Pada konsentrasi 3-10% Starch dapat bertindak sebagai antiadheren dan lubrican pada proses pentabletan, serta pengisi pada kapsul. Pada konsentrasi 5-10% Starch digunakan sebagai pengikat pada metode granulasi basah. Rasio pengikat yang ditentukan oleh studi optimasi dengan menggunakan beberapa parameter seperti kerapuhan, kekerasan, waktu hancur dan laju disolusi obat (Rowe et al., 2009).
Starch pada konsentrasi 3-25% dapat berfungsi sebagai disintegrant pada pembuatan tablet. Pada konsentrasi 15% pada metode granulasi sangat diperlukan untuk menghindari masalah pada aliran dan segregasi. Kombinasi Starch dan Laktosa pada metode kompresi langsung dapat meningkatkan proses pentablettan dan waktu hancur tablet. Namun pada Starch yang tidak pregelatinized mempunyai kompresibilitas yang tidak baik dan cenderung meningkatkan kerapuhan tablet dan capping jika digunakan dalam konsentrasi yang tinggi. Starch mempunyai sifat yang elastis yang telah terbukti meningkatkan sifat pemadatan tablet. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dingin dan menjadi larut dalam air panas jika temperaturnya diatas temperatur gelatinisasinya (Rowe et al., 2009).
Starch stabil jika terlindung dari kelembapan yang tinggi. Kelarutan Starch secara fisik tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme, oleh karena itu harus baru disiapkan bila menggunakan metode granulasi basah. Starch harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering. Starch tidak kompatibel dengan bahan oksidator yang kuat serta senyawa inklusi yang berwarna yang terbentuk dengan yodium (Rowe et al., 2009).

Microcrystalline Cellulose Adalah




Microcrystalline Cellulose mempunyai bentuk pemerian yang berwarna putih , tidak berbau, tidak berasa sera sebuk kristalnya terdiri dari partikel yang berpori. Bahan ini banyak digunakan dalam bahan tambahan dalam pembuatan formula obat, terutama sebagai pengisi maupun pengikat dalam tablet dan kapsul dengan kedua metode yaitu granulasi basah dan kompresi langsung. Selain penggunaanya sebagai pengisi maupun pengikat Microcrystalline Cellulose juga memiliki fungsi sebagai lubrikan maupun sifat disintegran yang sangat berguna dalam pembuatan tablet (Rowe et al., 2009).
Microcrystalline Cellulose digunakan sebagai absorbent dalam konsentrasi sekitar 20-90%. Jika sebagai antiadherent dengan konsentrasi antara 5-20%, disintegran sekitar 5-15%, serta sebagai pengisi pada tablet maupun kapsul pada konsentrasi sekitar 20-90% (Rowe et al., 2009). Untuk kelarutannya prakis tidak larut dalam air. Microcrystalline Cellulosesangat stabil pada bahan yang higroskopis serta disimpan dalam wadah yang tertutup pada tempat yang sejuk dan kering.Microcrystalline Cellulose tidak kompatibel dengan suatu bahan oksidator kuat (Rowe et al., 2009).

Sodium Starch Glycolate

Sodium Starch Glycolate secara luas digunakan sebagai disintegran pada kapsul dan formulasi tablet dalam produk farmasetika. Dan Sodium Starch Glycolate memiliki afinitas yang sangat baik untuk air dan mengembang saat terbasahi, kemudian membantu untuk merapuhkan atau menghancurkan matriks tablet (Banker et al., 1994). Sodium Starch Glycolate ini dapat digunakan dengan metode kompresi langsung dan granulasi basah  (Rowe et al., 2009). Konsentrasi pada formula sekitar 2-8 %, dimana konsentrasi yang paling optimum adalah 4% walaupun dalam beberapa kasus 2% adalah konsentrasi yang cukup untuk sebagai disintegran. Disintegrasi terjadi karena Sodium Starch Glycolate dapat dengan cepat menyerap air sekitar 200-300% yang diikuti dengan pengembanganyang cepat dan besar (Rowe et al., 2009).



Sodium Starch Glycolateyang mempunyai bentuk pemerian serbuk putih atau hampir seluruhnya putih, tidak berbau, tidak berasa, dan serbuk bebas mengalir. Menurut farmakope Eropa yang menyatakan bahwa eksipien ini terdiri dari granul oval atau sferis, diameternya berkisar 30-100 µm, dengan beberapa granul yang kurang sferis dengan ukuran diameternya 10-35 µm (Rowe et al., 2009). Sodium Starch Glycolate adalah sebuah pati kentang yang tertaut silang. Bahannya tersedia dari berbagai pabrik di bawah sejumlah besar nama dagang seperti Explotab, Primogel, dan Vivastar. Beberapa penelitian lebih lanjut pada beberapa batch dari tiga produk sodium starch glycolate (Explotab, Primogel, dan Explosol) menginformasikan bahwa terdapat perbedaan hasil inter-brand dan inter-batch, bagaimanapun dalam konteks waktu disintegrasi dan kompatibilitas dalam model formulasi, produk secara essensial sama (Edge et al., 2002). 
Efektivitas disintegran banyak dipengaruhi oleh adanya eksipien hidrofobik seperti lubrican. Peningkatan tekanan pada kompresi tablet tidak terlalu berpengaruh pada waktu hancur (Rowe et al., 2009). Tablet yang dibuat dari eksipien ini memiliki karakteristik penyimpanan yang baik. Sodium Starch Glycolate stabil jika disimpan dalam wadah tertutup yang kedap udara untuk melindungi eksipien ini dari variasi kelembaban dan suhu yang dapat menyebabkan caking. Sifat fisik Sodium Starch Glycolate adalah tidak berubah dalam kurun waktu 3-5 tahun jika eksipien ini disimpan pada temperatur dan kelembapan yang berubah-ubah (Edge et al., 2002). Sodium Starch Glycolate hanya memiliki inkompatibilitas bila digunakan bersamaan dengan asam askorbat (Rowe et al., 2009).

Karakter dari sistem penghantaran tablet cepat larut

  • Mudah diberikan kepada pasien yang tidak dapat menelan, seperti orang tua, penderita stroke, pasien yang menderita gagal ginjal dan pasien yang menolak untuk menelan seperti pasien pediatrik, geriatrik dan psikiatrik.
  • Tidak membutuhkan air untuk menelan sediaan, yang mana hal tersebut sangat nyaman untuk pasien yang sedang dalam perjalanan dan tidak memiliki air.
  • Obat terdisolusi dan diabsorbsi secara cepat, yang mana akan menghasilkan onset yang cepat dari aksi.
  • Beberapa obat diabsorbsi dari mulut, faring, dan esofagus ketika saliva turun menuju ke lambung. Hal ini akan menyebabkan bioavaibilitas obat meningkat.
  • Absorbsi pregastrik dapat menghasilkan peningkatan bioavaibilitas dan peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan dari efek yang tidak diinginkan.
  • Rasa yang enak pada mulut sehingga membantu untuk merubah persepsi bahwa obat itu pahit pada anak-anak.
  • Menghindari resiko tersedak pada pemberian oral sediaan konvensional yang mana akan meningkatkan keamanannya.
  • Keuntungan pada beberapa kasus seperti saat mabuk, serangan alergi yang tiba-tiba atau batuk dimana onset obat yang sangat cepat dibutuhkan.
  • Peningkatan bioavaibilitas, pada obat-obat yang tidak larut dan hidrofobik, terkait dengan disintegrasi dan disolusi yang cepat dari tablet ini.
  • Stabilitas untuk waktu yang lama, sejak diproduksi hingga dikonsumsi, sehingga mengkombinasikan keuntungan stabilitas dari sediaan padat dan bioavaibilitas dari sediaan cair.

Oral Disintegrating Tablet ( ODT )

            Bentuk sediaan padat yang umum adalah tablet dan kapsul, bentuk sediaan ini, bagi beberapa pasien sulit untuk ditelan. Pasien harus minum air untuk menelan bentuk sediaan tersebut. Sering kali pasien merasa tidak nyaman dalam menelan sediaan padat konvensional seperti tablet ketika tidak ada air, dalam kondisi mabuk (kinetosis) dan keadaan batuk selama demam, kondisi alergi dan bronkitis (Sujatha et al., 2014). Untuk alasan itulah, domperidon dibuat menjadi tablet yang cepat larut dimulut dengan menggunakan superdisintegrant yang terdisintegrasi pada rongga mulut. Tablet ODT adalahbentuksediaanpadatdariobat yangditempatkan di mulut. Tablet tersebutakanlarutatauhancur di mulutdengancepattanpaadanyaair.
Tablet ODT(Oral Disintegrating Tablet) disebut juga dengan mouth-dissolving tablets, orodispersible tablets, quick-disintegrating tablets, fast dissolving tablet, rapid-dissolving tablets, porous tablets, quick melt tablets, dan rapid melt tablets.FDA mendefinisikanODT adalahbentuksediaaanpadat yang mengandungbahanobat,yang terdisintegrasisecaracepatdalambeberapadetikketikaditempatkan di ataslidah. (Swamivelmanickam, 2010). Jenis tablet ini dirancang agar segera hancur di dalam rongga mulut dalam waktu 75 detik atau kurang. 
Beberapa kriteria dari sistem penghantaran tablet ODT seperti tidak membutuhkan air untuk menelan, tetapi harus larut atau hancur dalam mulut dengan hitungan beberapa detik, harus kompatibel tanpa menggunakan penutupan rasa, mudah dibawa dengan memperhatikan faktor kerapuhannya, memiliki aseptabilitas pada mulut (tidak ada residu di dalam mulut setelah pemberian oral), memiliki sensitivitas yang rendah terhadap kondisi lingkungan seperti pada suhu dan kelembapan, pada pembuatan tabletnya mengikuti cara konvensional beserta peralatan kemasannya dengan biaya rendah (Debjit et al., 2009). Pendekatan dasar dalam pengembangan tablet ODT adalah dengan menggunakan superdisintegran seperti karboksi metil selulosa tertaut silang (crosscarmellose), sodium starch glycolate (primogel , explotab), Crosspovidone, dan lain-lain, yang dapat memberikan disintegrasi instan dari tablet setelah diletakkan pada lidah, obat akan dilepaskan pada saliva. Bioavaibilitas dari beberapa obat dapat meningkat terkait absorbsi pregastrik dari saliva yang mengandung obat yang terlarut. Jumlah obat yang terkena first pass metabolism akan berkurang jika dibandingkan dengan tablet konvensional.
Disintegran adalah bahan atau campuran bahan tambah untuk formulasi obat yang memfasilitasi kehancuran tablet atau isi kapsul menjadi partikel yang lebih kecil dan larut lebih cepat dibandingkan ada tidaknya disintegran. Sekelompok disintegrant disebut sebagai superdisintegrant, umumnya digunakan tingkat rendah dalam bentuk dosis padat, biasanya satu sampai 10% berat relatif terhadap total berat dosis unit. Contoh superdisintegrant adalah croscarmellose, crospovidone, dan sodium starch glycolate. Superdisintegran ini sangat dianjurkan untuk mengembangkan formulasi tablet atau kapsul terdisintegrasi cepat dan mudah melarutkan bahan tambahan lain dalam tablet (Edge et al., 2002).
x

Domperidone antiemetik

Domperidon merupakan antiemetik pilihan pertama di banyak negara. Antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual. Antiemetik diberikan kepada pasien yang mempunyai penyakit terhadap mabuk kendaraan dan efek sampingnya berupa analgesik opioid, anestetik umum dan kemoterapi terhadap kanker (Sujatha et al., 2014). Domperidone merupakan antagonis reseptor dopamin danterutama digunakan dalam pengobatan emesis.Dopamin mempunyai fungsi yaitu mengeblok secara spesifik pada reseptor dopaminyang disebabkan kecepatan gerak peristaltik pada gastrointestinal. Sehingga terjadinya pelepasan prolaktin, dan digunakan sebagai antiemetik yang mempunyai mekanisme dopaminergik. Domperidon menjadi obat antiemetik dengan mekanisme kerja menghambat aksi dopamin dengan menginhibisi dopamin pada reseptornya. Obat ini memiliki afinitas yang cukup kuat pada reseptor dopamin D2 dan D3 yang ditemukan dalam CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) yang berada pada bagian luar sawar darah otak yang berfungsi untuk meregulasi (mengatur) mual dan muntah (Sujatha et al., 2014). Domperidon tidak dapat menembus sawar darah otak sehingga tidak menimbulkan gangguan ekstrapirimidal dan lebih aman digunakan bila dibandingkan dengan menggunakan metoklopramid. Domperidon juga efektif dalam mengatasi gastroporesis, gastroesophageal pediatrik (muntah bayi), dan juga dapat mengontrol penyakit pada pasien parkinson (Sweetman, 2009).

    Saat digunakan secara peroral, Domperidon mengalami First Pass Metabolism pada lambung dan hepatik yang cukup ekstensif sehingga menghasilkan bioavaibilitas yang rendah (sekitar 15%). Walaupun domperidon dinyatakan lebih aman daripada metoklopramid namun pemberiannya tetap perlu mendapatkan perhatian khusus, karena domperidon memiliki efek samping dapat merangsang kadar prolaktin plasma yang jangka panjang dapat menyebabkan galaktore dan ginekomastia(Sweetman, 2009). Di samping itu, domperidon dilaporkan dapat menyebabkan efek samping seperti pada sistem jantung dan endokrin, pada sistem ekstrapirimidal. Domperidon tidak dianjurkan dengan penderita yang hipersensitif dengan domperidon, pada penderita yang kronis serta digunakan sebagai profilaksis rutin untuk mual dan muntah pasca operasi. Domperidoneharusdigunakandenganhati-hatijikadiberikan secara intravena, karena risiko aritmia, terutama pada pasien cenderung untuk aritmia jantung atau hipokalemi

Dasar - dasar Water system dalam Industri Farmasi

Kenapa hal ini Penting bagi industri Farmasi ?




Sarana Penunjang Kritis Industri Farmasi – Juknis SPK – 01/CPOB/2013
  • 5.3.1  Sistem produksi, penyimpanandan distribusi air untuk produksi hendaklah dirancang, dipasang, dilakukan commissioning, divalidasi dan dirawat untuk memastikan air yang dihasilkan dapat diandalkan sesuai kualitas yang diinginkan. SPA tidak boleh dioperasikan di luar kapasitas yang dirancang.
  • 5.3.2 Air hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, kontaminasi kimia atau fisis (misal debu dan pengotor).

Aneks 1 CPOB 2012
Pemantauan Air 
  • 76. Air yang dipakai untuk membuat produk steril termasuk penyimpanan dan sistem distribusinya hendaklah selalu dikendalikan untuk menjamin bahwa spesifikasi yang sesuai dicapai tiap pengoperasian. 
  • 77. Air yang digunakan untuk formulasi hendaklah diperlakukan sebagai bahan awal. 
  • 78. Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui cara penyulingan atau cara lain yang akan menghasilkan mutu yang sama. 
79. Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba
  • 80. Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril, nonreaktif, nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari pencemaran. 
  • 81. Sumber air, peralatan pengolahan air, dan air hasil pengolahan hendaklah dipantau secara teratur terhadap pencemaran kimiawi, biologis dan, bila perlu, terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya. Hasil pemantauan dan tindakan penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan. 
  • 82. Alat perekam hendaklah digunakan untuk memantau suhu penyimpanan. 

Quality of water should be specific for product quality Water contain :
  • Organic and inorganic impurities 
  • Microbial contamination
  • Endotoxin
  • Particulate contamination

Danger of Low Quality of Water Low quality of water can lead to:
  • product degradation
  • product contamination 
  • loss of product and profit

Contaminants of water :
  • Calcium and magnesium are probably the two most common mineral contaminants. They cause water hardness discussed in another slide. Heating or boiling water can precipitate these minerals leaving behind a scale deposit.
  • Iron and manganese discolour water and can react with drug products, or act as catalysts in decomposition processes. 
  • Silicates may interfere with distillation equipment.
  • Carbon dioxide picked up in the atmosphere can change the pH and hence the conductivity of water. Carbonates can cause precipitation of calcium, and carbonic acid can cause corrosion of water treatment systems.
  • In areas of thermal activity, the water may be contaminated with sulphides, which even at low levels cause a rotten egg odour.
  • Phosphates can also cause precipitation of metal ions and scaling, e.g. in boilers.
  • Copper contamination can arise from corrosion of copper piping. 
  • Aluminium can pose a problem in the manufacture of dialysis products.  It can be introduced from the flocculation treatment used to reduce sols and clays.
  • Heavy metals, particularly arsenic, may be problematic in wells in certain areas.  Lead contamination can arise from tanks which have had lead solder repairs.  Lead pipes are not recommended.  Cadmium can also be an issue depending on the where the aquifer percolates.
  • Nitrates are an increasing problem for drinking water, but are easily removed by de-ionizers.
  • (The trainer can also point out any local mineral-related contaminants that may be relevant in the region. For example, in some areas radioactive minerals may be a problem. )

Contaminants of water :
One of the major obstacles to successful treatment of water is the presence of  micro-organisms.  These are usually found in biofilms that develop on wet surfaces in almost any condition.  The next slide explains how biofilm forms.

The major groups of contaminating micro-organisms are:
  1. Algae: These arrive from raw water but can also grow where water is uncovered and there is a light source.   Sometimes algae grow when UV lights lose their lethal effect and are emitting only visible light.
  2. Protozoa: These include Cryptosporidium and Giardia. They can usually be easily filtered out since they are relatively large organisms.
  3. Bacteria. Of these, the normal aquatic microflora cause the most problems. Most of these belong to the Pseudomonas family or are Gram negative, non-fermenting bacteria.  Some of them easily pass through 0.2 micrometer filters and are known to cause disease.  Other Gram negative bacteria that are objectionable are Escherichia coli and coli  forms.  These are indicator organisms pointing to faecal contamination.

Biofilm formation: 
  1. This illustration is shown handout 
  2. Free swimming aquatic bacteria use polymucosaccharides, as a glue, to colonise surfaces. Biofilm is composed of cellular debris, organic material and very few apparent vegetative cells.
  3. Complex communities then evolve which, when mature, shed micro-colonies and bacteria into the downstream water.  This gives rise to sporadic high counts. 
  4. Even when disinfected, the biofilm can remain, to be recolonised quickly when the disinfecting agent is removed.  Biofilms can form readily if water is stagnant, such as in dead legs or where there are rough surfaces, such as poorly finished welds.


Types Of Water
Drinking Water / Potable Water
yaitu air yang layak minum sesuai persyaratan yang berlaku (WHO 1998. Guidelines for drinking water quality, Addendum to Volume 2)

Purified Water
Air murni, digunakan sebagai pabrikasi produk farmasi non-steril

Water for Injection
Air kualitas tertinggi yang digunakan di industri farmasi, digunakan pada produk parenteral (produk yang diinjeksikan ke tubuh)

Water for Final Rinse
Air yang digunakan untuk pembilasan terakhir setelah pencucian peralatan. Kualitasnya harus sama dengan air yang dipakai dalam membuat produk

Definisi 
Softened Water (SW)
Hard Water adalah air yang mengandung mineral tinggi khususnya Magnesium dan Kalsium. Mineral ini akan meninggalkan endapan kapur berwarna putih, juga akan mengurangi kemampuan reaksi sabun.
Soft Water adalah air yang sudah dihilangkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+. Air perlu dilunakkan untuk menghindari endapan zat kapur pada sistem perpipaan yang dapat mengurangi luas penampang pipa dan juga untuk mengoptimalkan fungsi cleaning agent.
Water softener adalah sejenis “filter” khusus yang mampu menghilangkan kalsium dan magnesium dalam air menggunakan plastik resin dan bisa melakukan pembersihan sendiri  secara periodik dengan istilah “regenerasi”.
  • Komponen utama water softener:
  • Tangki resin, berisi resin jenis Sodium kompleks
  • Tangki garam, untuk proses regenerasi

PW Generator
Merupakan alat yang mengolah feed water menjadi Purified Water dimana tahapan prosesnya sbb :
  • Double open (DO) Filter
  • Rondomat duo
  • Testomat
  • Single Open Filter
  • Multistage Pump
  • RO Membrane
  • Electro De Ionizer (EDI)







WFI berasal dari purified water system, yang selanjutnya dilakukan  destilasi (penyulingan) dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri. 
Proses destilasi di Ferron masih menggunakan 4 kolom destilasi









“Persyaratan mutu Air yang digunakan dalam industri Farmasi hendaklah ditetapkan berdasarkan karakteristik produk, proses produksi, dan cara pemberian obat”

Bisa Lihat Di Postingan Di bawah ini 


Water System Design

Water can be used directly, or stored in a storage vessel for subsequent distribution to points of use
Design appropriately to prevent recontamination after treatment
Combination of on-line (TOC, Conductivity meter etc) and off-line monitoring (lab testing by proper sampling) to ensure compliance with water specification

How to minimized microbial contamination ?

  • Much of the chemical and physical aspects of water system design are relatively straightforward.  However, a significant part of good water system design is ensuring that microbial contamination is minimized. Microbial contamination can arise as a result of colonization of surfaces and stagnant areas by aquatic bacteria with the formation of biofilm. If the bacteria can be prevented from sticking to the surfaces, the battle is almost won. Smooth surfaces, moving water and no dead spots, all are good design elements. 
  • Ensure pipes are sloped so water does not pool and lines can be completely drained. Installation records should include a pipe slope check. 
  • Sanitary fittings and connections should have no crevices for bacteria to colonise (automatic orbital welding)
  • Piping and fittings should be constructed of suitable materials such as stainless steel or special polypropylene tubing in order to prevent bacteria from sticking to the surfaces. If pipes need to be joined, then orbital welding is ideal. Check that there are documented records of the welding seam and electropolished surfaces. Stainless steel quality needs to be specified i.e. 316L.  Other stainless steel qualities can corrode. Grade 316L stainless steel can be checked using a magnet, since it is non-magnetic.
  • Circulating the water at high velocities prevents bacteria from adhering to surfaces and growing.  The general guideline is that velocities should be above 2 lm/sec.
  • Incorporate non-return valves (NRV) that prevent backflow which could cause contaminated water to mix with clean water.  These are sometimes called backflow preventers or check valves.

PARAMETER UKUR DAN PERSYARATAN KUALITAS ( Raw Water , Fresh Water , Softened Water, Purified water, pure steam generator, Water For Injection )


PARAMETER UKUR DAN PERSYARATAN KUALITAS 
RAW WATER
No.
Pemeriksaan
Persyaratan
Pustaka
1
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
2
Angka Mikroba*
<3000  CFU/mL
Internal
3
Konduktivitas*
<500 µS/cm
Internal
4
pH
6,5 – 9,0
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
5
Chlorine*
<5 ppm
Internal
6
Total Hardness
<500 ppm
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
7
Logam Berat (Pb)
0,1 ppm (tidak lebih dari standar)
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
8
Nitrat
<10 ppm
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
9
E.Coli *
Negatif
Internal
10
Coliform
Negatif
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
11
Total Organic Carbon (TOC)*
10 ppm ; spesifikasi alert limit akan ditentukan berdasarkan review hasil monitoring rutin bulanan dan enam bulanan.
Internal
*. Parameter yang tidak dipersyaratkan dalam PERMENKES  No.416/Menkes/Per/IX/1990, namun diujikan sebagai parameter tambahan dalam monitoring rutin.
PARAMETER UKUR DAN PERSYARATAN KUALITAS
FRESH WATER
No.
Pemeriksaan
Persyaratan
Pustaka
1
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
2
Angka Mikroba*
<3000  CFU/mL
Internal
3
Konduktivitas*
<500 µS/cm
Internal
4
pH
6,5 – 9,0
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
5
Chlorine*
<5 ppm
Internal
6
Total Hardness
<500 ppm
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
7
Logam Berat (Pb)
0,1 ppm (tidak lebih dari standar)
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
8
Nitrat
<10 ppm
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan air bersih
9
E.Coli*
Negatif
Internal
10
Coliform
Negatif
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
11
Total Organic Carbon (TOC)*
10 ppm ; spesifikasi alert limit akan ditentukan berdasarkan review hasil monitoring rutin bulanan dan enam bulanan.
Internal
*. Parameter yang tidak dipersyaratkan dalam PERMENKES  No.416/Menkes/Per/IX/1990, namun diujikan sebagai parameter tambahan dalam monitoring rutin.

PARAMETER UKUR DAN PERSYARATAN KUALITAS
SOFTENED WATER
No.
Pemeriksaan
Persyaratan
Pustaka
1
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau
Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum
2
Angka Mikroba*
<3000  CFU/mL
<500 CFU/mL
Internal
3
Konduktivitas*
<500 µS/cm
Internal
4
pH
6,5 – 9,0
Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum
5
Chlorine
<5 ppm
Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum
6
Total Hardness
<500 ppm

Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum


7
Logam Berat (Pb)
<0,1 ppm (tidak lebih dari standar)
Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum
8
Nitrat
<10 ppm
Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum
9
E.Coli
Negatif
Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum
10
Coliform
Negatif
Permenkes RI No. 492/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum
11
Total Organic Carbon (TOC)*
10 ppm ; spesifikasi alert limit akan ditentukan berdasarkan review hasil monitoring rutin bulanan dan enam bulanan.
Internal
*. Parameter yang tidak dipersyaratkan dalam PERMENKES  RI No. 492/Per/IV/2010, namun diujikan sebagai parameter tambahan dalam monitoring rutin. Parameter lengkap diuji ke pihak ke tiga setiap setahun sekali



PARAMETER UKUR DAN PERSYARATAN KUALITAS                          
                                  PURIFIED WATER                                                                                                                                                                                                                                                                 
No.
Pemeriksaan
Persyaratan
Pustaka
1
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak berasa
EP VIIIth hlm 3562
2
Angka Mikroba
100 CFU/mL
EP VIIIth hlm 3559
3
E.Coli
Negatif
Internal
4
Staphylococccus aureus
Negatif
Internal
5
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
Internal
6
Salmonella thypimurium
Negatif
Internal
7
Coliform
Negatif
Internal
8
Nitrat
Timbul warna biru dengan intensitas warna tidak lebih dari standar (0,2 ppm)
EP VIIIth hlm 3561
9
Logam Berat (Pb)
0,1 ppm (tidak lebih dari standar)
EP VIIIth hlm 3562
10
pH
5,0 – 7,0
EP VIIth hlm 3223
11
Konduktivitas
1,3 µS/cm pada suhu 25 0 C*)
EP VIIIth hlm 3561
12
Suhu
25 ± 2°C *)
Internal
13
Total Organic Carbon (TOC)
0,5 mg/L (500 ppb)
EP VIIIth hlm 3561
     *) Kecuali :
V. 34 suhu 30 – 35° C (valve  berada sebelum proses pendinginan air);
V. 39 suhu 20 ± 3°C ; V. 40 suhu 20 ± 2°C
V. 40 Spek konduktivitas 20 µS/cm (valve berada sebelum proses EDI)



PARAMETER UKUR DAN PERSYARATAN KUALITAS
WATER FOR INJECTION
No.
Pemeriksaan
Persyaratan
Pustaka
1
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak berasa
EP VIIIth hlm 3557
2
Angka Mikroba
10 CFU/ 100 mL
EP VIIIth hlm 3555
3
E.Coli
Negatif
Internal
4
Staphylococcus aureus
Negatif
Internal
5
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
Internal
6
Salmonella thypimurium
Negatif
Internal
7
Endotoksin Bakteri
0,25 IU/mL
EP VIIIth hlm 3557
8
Nitrat
Timbul warna biru dengan intensitas warna tidak lebih dari standart (0,2 ppm)
EP VIIIth hlm 3557
9
Logam Berat (Pb)
0,1 ppm (tidak lebih dari standar)
EP VIIIth hlm 3562
10
pH
5.0 – 7.0
EP VIIth hlm 3223
11
Konduktivitas
1,3 µS/cm pada suhu 25 0 C
EP VIIIth hlm 3556
12
Suhu
>85° C : WFI HOT steril 1, 2, 3 dan 4
35° C +5° C : WFI COLD steril 1
25° C +5° C : WFI COLD steril 2, 3 dan 5
> 70° C : WFI Hot Steril 5
Internal
13
Total Organic Carbon (TOC)
0,5 mg/L (500 ppb)
EP VIIIth hlm 3556

PARAMETER UKUR DAN PERSYARATAN KUALITAS
KONDENSAT PURE STEAM GENERATOR
No.
Pemeriksaan
Persyaratan
Pustaka
1
Pemerian
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak berasa
EP VIIIth hlm 3557
2
Angka Mikroba
10 CFU/ 100 mL
EP VIIIth hlm 3555
3
E.Coli
Negatif
Internal
4
Staphylococcus aureus
Negatif
Internal
5
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
Internal
6
Salmonella thypimurium
Negatif
Internal
7
Endotoksin Bakteri
0,25 IU/mL
EP VIIIth hlm 3557
8
Nitrat
Timbul warna biru dengan intensitas warna tidak lebih dari standart (0,2 ppm)
EP VIIIth hlm 3557
9
Logam Berat (Pb)
0,1 ppm (tidak lebih dari standar)
EP VIIIth hlm 3562
10
pH
5.0 – 7.0
EP VIIth hlm 3223                                                                     
11
Konduktivitas
1,3 µS/cm pada suhu 25 0 C
EP VIIIth hlm 3556
12
Suhu
>85° C : PSG Steril 1, 4 dan 5
>90° C : PSG Steril 2 dan 3
Internal
13
Total Organic Carbon (TOC)
0,5 mg/L (500 ppb)
EP VIIIth hlm 3556