The Pharmacist Room

Mengukur Efisiensi Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi

 Perencanaan obat dengan metode konsumsi merupakan pilihan utama untuk prakiraan procurement karena data yang dihasilkan reliable. Pada metode ini diperlukan beberapa data essensial yaitu :

  1. Data inventaris yang reliable
  2. Data lead time supplier
  3. data obat dapat diperkirakan

 

Kekeurangan perencanaan dengan metode konsumsi adalah :

  1. Harus memiliki data konsumsi yang akurat
  2. Penggunaan yang irrasional dapat terus terjadi

 

Indikator merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk monitoring, evaluasi, dan meningkatakan mutu pengelolaan obat di farmasi Rumah Sakit. Indikator juga dapat digunakan untuk mengukur saat terjadi proses maupun sesudah terjadi luaran. Indikator yang baik harus mempunyai validitas, sensitivitas dan spesifik.

 

Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi perencanaan obat pada tahap ini, antara lain sebagai berikut :

  1. Presentase dana yang tersedia dengan dana yang dibutuhkan

Dipakai indikator presentase dana yang dibutuhkan IFRS. Data diperoleh dengan cara penelusuran data yaitu data estimasi rencana anggaran pengadaan selama satu tahun sebelumnya sebagai nilai stok awal, data nilai total pembelian elama tahun tersebut dan nilai total pembelian di apotek luar, kemudian dihitung presentase dana yang tersedia pada IFRS.

  1. Penyimpangan perencanaan

Perbandingan antara jumlah barang dari satu item obat dalam perencanaan dengan jumlah barang dari satu item tersebut dalam kemyataan pemakaian. Data yang digunakan adalah macam item obat, kemudian dicatat estimasi/rencana pada barang selama 1 tahun dari gudang farmasi yang diasumsikan sebagai pengguna obat.

  1. Kecukupan obat

Jumlah bulan (harapan 12 bulan) yang menunjukkan antisiapasi lamanya stok obat tersedia. Data yang digunakan adalah macam item obat, dicatat nilai stok awal dan rencana pada barang, dibandingkan dengan total penggunaan rata-rata perbulan, kemudian dihitung nilai kecukupan obat.

  1. Stok berlebih

Stok obat yang kecukupan obatnya lebih dari 18 bulan.Bila stok berlebih, ada penumpukan dana karena 25 % harga obat digunkan untuk biaya penyimpanan. Apabila tidak ada permintaan dari konsumen maka profit dan kemungkinan besar tidak bisa balik modal.

KRITERIA SELEKSI OBAT PADA RUMAH SAKIT TIPE C

 I.  Obat Esensial

Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.

 


II.  Kriteria Pemilihan Obat Esensial

Pemilihan obat esensial didasarkan atas kriteria berikut :

  1. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita.
  2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioaviabilitas.
  3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
  4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan.
  5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita.
  6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
  7. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang mamiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada :
    • Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
    • Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan.
    • Obat yang stabilitasnya lebih baik.
    • Mudah diperoleh
    • Obat yang telah dikenal
  8. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
    • Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap
    • Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada masing-masing komponen.
    • Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut.
    • Kombinasi tetap harus meningkatkan ratio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
    • Untuk antibiotika kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.

            Obat esensial adalah obat-obat yang memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada mayoritas populasi obat, harus sesuai di setiap waktu dalam jumlah mencukupi dan dalam bentuk sediaan yang tepat.

            Pilihan obat-obat berdasarkan banyak faktor seperti pola prevalensi penyakit, fasilitas perawatan, pelatihan dan pengalaman dari orang yang tepat, sumber keuangan dan genetik, demografi dan faktor lingkungan.

            Hanya obat-obat dengan rekam data yang cukup yang mengenai efikasi dan keamanan sesuai dari penelitian klinik dan untuk yang bukti penampilan  pada penggunaan luas dalam keragaman situasi dan kondisi medis telah diterima, harus diseleksi.

            Tiap-tiap obat yang diseleksi harus sesuai dalam bentuk yang memenuhi kualitas termasuk bioaviabilitas, dapat dipastikan; stabilitasnya di bawah kondisi penyimpanan yang dirancang dan penggunaannya harus ditetapkan.

            Ketika dua atau lebih obat-obat terlihat mirip pada aspek-aspek tadi, pilihan diantara mereka harus dibuat berdasarkan evaluasi yang seksama pada efikasi relatif, keamanan, kualitas, harga, aviabilitasnya.

            Perbandingan harga diantara obat-obat, biaya perawatan menyeluruh, tidak hanya unti biaya untuk obat yang harus diputuskan.  Ratio manfaat biaya adalah pertimbangan utama pada pemilihan obat yang ada di daftar-daftar.  Dalam beberapa kasus pilihan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti profil farmakokinetik, atau oleh pertimbangan sepihak seperti avabilitas, fasilitas untuk manufaktur atau penyimpanan.

            Sebagian besar obat esensial harus diformulasi sebagai komponen tunggal, produk kombinasi tetap bisa diterima hanya jika dosis masing-masing komponen memenuhi perbandingan yang tetap untuk kelompok populasi dan ketika kombinasi memiliki manfaat yang lebih besar dari pada masing-masing komponen diberikan terpisah dalam hal efek terapetik, keamanan atau kepatuhan pasien terhadap perawatan.

Rencana Pengelolaan Obat dengan Metode Morbiditas

 Perencanaan merupkan tahap awal pada siklus pngelolaan obat. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan metode morbiditas. Perencanaan yang akan dibuat ini adalah untuk rumah sakit baru (yang akan dibangun) dengan type C, dibuat berdasasrkan metode morbiditas karena rumah sakit belum memiliki data konsumsi penggunaan obat tahun sebelumnya. Metode morbiditas berdasarkan perkiraan jumlah pasien yang datang, kejadian penyakit yang umum terjadi.

            Langkah-langkah yang akan dilakukan, pertama adalah menentukan beban penyakit periode yang lalu, yaitu dengan mengambil data 20 besar penyakit yang sering terjadi, data diperoleh melalui rumah sakit terdekat atau bardasarkan data dinkes. Kemudian mengelompokkan masing-masing jenis penyakit, memprediksikan jumlah kasus tiap penyakit dan persentase tiap kelompok penyakit.

            Kedua, menentukan pengobatan tiap kelompok penyakit meliputi nama obat, bentuk sediaan, dosis, frekuensi dan durasi pengobatan,  menghitung jumlah kebutuhan tiap obat per episode sakit untuk masing-masing kelompok penyakit. Dan yang terakhir adalah menghitung jumlah kebutuhan obat untuk tiap penyakit.

            Dalam menentukan jumlah kebutuhan obat untuk tiap penyakit dengan metode morbiditas, ada beberapa tahap:

Tahap I,     menentukan problem yaitul menentukan 20 besar penyakit.

 

Tahap II,  menentukan interval umur per episode penyakit , disini dimisalkan dibawah dari 5 tahun kira-kira ada berapa persen pasien yang menderita penyakit GEA (gastro enteritis akut) dan umur diatas 5 tahun ada berapa persen pasien yang menderita penyakit yang sama.

 

Tahap III, memperkirakan ”episode kontak”, berapa jumlah pasien per episode dalam massa selama satu tahun, dimisalkan untuk penyakit GEA ada 671 episode penyakit selama masa satu tahun sebelumnya, jadi untuk pasien yang berumur kurang dari lima tahun ada 391 pasien sedangkan diatas lima tahun ada 280 pasien yang menderita penyakit GEA.

 

Tahap IV, Project numberof episode adalah angka perkiraan dari episode penyakit keseluruhan baik pasien yang ada rawat jalan maupun rawat inap.

 

Tahap V, Persentase class treatment with regimen, memperkirakan persentase penggunaan obat, dengan memperkirakan persentase obat dari yang paling banyak  sampai paling kecil digunakan. Perkiraan ini dapat ditentukan dengan melihat ranking dari data 20 besar penyakit.

 

Tahap VI,  Drug product yaitu memperkirakan obat-obat apa yang dibutuhkan untuk melakukan treatmen terhadap 20 besar penyakit tersebut.

 

 Tahap VII, Basic unit yaitu menentukan bentuk-bentuk dari sediaan obat yang digunakan. 

 

Tahap VIII, Basic Unit Perdose, berdasarkan kekuatan dosis obat yang digunakan, disesuaikan dengan besarnya dosis yang ada pada sediaan. misalkan sediaan metronidazol yang tersedia dalam bentuk tablet 250 mg sedangkan penggunaannya 4 kali sehari 500 mg, karena tablet yang tersedia 250 mgmaka basic unit perdose = 2.

 

Tahap IX,   Dose perday, yaitu dosis perhari setiap obat yang digunakan.

 

Tahap X,    Number of day, memperkirakan berapa lama terapi yang akan digunakan perhari, perminggu atau per bulan. ini ditentukan berdasarkan literatur.

  

Tahap XI, Basic unit perepisode, yaitu untuk memperkirakan seberapa banyak penggunaan obat pada pasien dari awal masuk rumah sakit (dari awal sakit) sampai sembuh. ini ditentukan dengan rumus : QE = DCU x ND x LD

QE, perkiraan quantitas setiap obat yang diperlukan untuk pengobatan setiap episode

DCU, multiplying dari basic unit perdose

ND, pemakaian obat perhari

LD, kekuatan  atau lama pengobatan per episode

misalkan, QE untuk metronidazol dewasa, dimana DCU = 2 tablet sekali minum, ND = 4 kali sehari, LD = selama 10 hari. Jadi QE = 2x4x10 = 80 tablet yang digunakan sampai sembuh.

 

Tahap XII, Total basic unit total,yaitu total keseluruhan jumlah obat yang digunakan tiap episode  pada pasien. Perkiraan dari obat yang dibutuhkan untuk setiap permasalahan penyakit, dapat ditentukan dengan : QT = ET x QE x PT.

Dimana,

ET=angka perkiraan keseluruhan episode penyakit (project number of episode)   

RE = perkiraan setiap obat yang diperlukan untuk setiap pengobatan per episode

PT = perkiraan persentase penggunaan obat-obat dirumah sakit

misalkan, QT = untuk metronidazol dewasa,

QT = 1.993.676 x 80 x 80% = 125.043.328, berarti metronidazol yang dibutuhkan untuk pengobatan GEA dengan episode sebesar adalah  125.043.328/tablet yang harus disediakan.

Keuntungan Penggunaan Formulasi di dalam Rumah Sakit


Perawatan pasien di rumah sakit dan dalam fasilitas perawatan kesehatan lain sering kali tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkannya suatu program penggunaan obat yang baik di rumah sakit, guna memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang terbaik. Untuk kepentingan perawatan pasien yang lebih baik, rumah sakit harus mempunyai suatu program evaluasi pemilihan dan penggunaan obat yang obyektif di rumah sakit. Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan ekonomis. Konsep sistem formularium merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperlancar program diatas. Agar berhasil, sistem formularium harus mendapat persetujuan dari komite medik, staf medik fungsional (SMF) yaang terorganisasi, anggota staf secara individu dan PFT.

Keuntungan Sistem Formularium :

  1. sistem formularium menghilangkan hak prerogatif dokter untuk menuliskan dan memperoleh merek obat pilihannya.
  2. sistem formularium dalam banyak hal, memungkinkan apoteker bertindak sebagai penilai tunggal atas merek dagang obat yang dibeli dan di dispensing.
  3. sistem formularium memungkinkan pembelian obat bermutu rendah, terutama dalam rumah sakit yang tidak memiliki apoteker atau oleh apoteker yang tidak memiliki rasa komitmen pada mutu pelayanan pasien yang terbaik.
  4. sistem formularium tidak mengurangi harga obat kepada pasien karena kebanyakan rumah sakit membeli dalam volume besar obat pada harga yang telah dipotong, tetapi harga potongan itu tidak sampai kepada pasien.

 

Suatu aspek penting dari pelayanan farmasi adalah memaksimalkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan klinik dan dalam dosis yang memenuhi keperluan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai, dan dengan harga yang terendah bagi mereka serta komunitas mereka.

Evaluasi penggunaan obat merupakan suatu proses yang terus menerus, sah secara organisasi, terstruktur, ditujukan untuk memastikan bahwa obat digunakan secara tepat, aman dan bermanfaat. Evaluasi penggunaan obat harus merupakan bagian dari program jaminan mutu menyeluruh rumah sakit. Evaluasi penggunaan obat merupakan suatu alat penting untuk menunjukkan bahwa obat-obatan sangat berharga bagi perawatan pasien, dengan memastikan obat-obatan tersebut digunakan secara aman, efektif, dan ekonomis. Penggunaan obat yang aman, efektif, dan ekonomis selanjutnya disebut sebagai penggunaan obat yang tepat.

Adapun tujuan dilakukannya evaluasi  penggunaan obat adalah :

1.       Memberikan gambaran praktek penggunaan obat pada saat ini.

2.       Membandingkan penampilan pelayanan kesehatan dalam hal fasilitas dan peresepan.

3.       Monitoring periodik dan supervisi kebiasaan-kebiasaan dalam penggunaan obat.

4.       Sebagaai alat untuk mengukur atau menilai dampak intervensi dalam rangka peningkatan penggunaan obat yang rasional.

Penyakit Vaginitis adalah

 

        Vaginitis adalah peradangan pada daerah vagina dan karena flora vaginadiganggu oleh adanya organisme patogen atau lingkungan vagina berubah sehingga memungkinkan organism pathogen berkembang biak.

        Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di pelayanan  primer.  Pada sekitar  90%  dari perempuan yang terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal. Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah terganggu oleh adanya mikroorganisma patogen atau perubahan lingkunang vagina yang memungkinkan mikroorganisma patogen berkembang biak/ berproliferasi.  Pemeriksaan untuk vaginitis meliputi penilaian risiko dan pemeriksaan fisik, dengan fokus perhatian pemeriksaan pada adanya dan karakteristik dari discharge vagina.  Pemeriksaan laboratorium diantaranya: metode sediaan basah garam fisiologis (Wet Mount) dan KOH, pemeriksaan PH discharge vagina dan "whiff" test. Pengobatan untuk vaginosis bacterial dan trikomoniasis adalah metronidazol, sementara untuk kandidiasis vaginal, pilihan pertama adalah obat anti jamur topikal (Am Fam Physician 2000;62:1095-104.)

         Pada tahun 1997 prevalensi infeksi saluran reproduksi yang terjadi yaitu: candidasis 6,7 %; tricomoniasis 5,4 % dan bacterial vaginosis 5,1 %. Menurut data tahun 2002 prevalensi infeksi saluran reproduksi sebagai berikut: bacterial vaginosis 53% serta vaginal kandidiasis 3%. Tahun 2004 prevalensi infeksi saluran reproduksi pada remaja putri dan wanita dewasa yang disebabkan oleh bakteri vaginosis 46%, candida albicans 29%; tricomoniasis 12%.

PENGELOLAAN BAHAN BERACUN ( SITOTOKSIK)

 

I.      Prosedur Pengadaan dan Penyimpanan

1.       Perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan kemudian dibuat surat pesanan kepada Principal/Distributor yang resmi sehingga keasliannya terjamin.

2.       Principal/Distributor akan mengirim obat kanker sesuai surat pesanan dan diterima dengan memeriksa :

a.         Jenis dan jumlah obat yang diterima sesuai dengan yang dipesan.

b.         Barang dan kemasan tidak cacat.

c.         Tanggal kadaluarsa tidak terlampaui, minimal 2 Tahun.

d.         Untuk obat dengan kondisi penyimpanan khusus harus dibawa dengan alat pengaman ( stabilitas/suhu)

e.         Pemeriksaan secara visual menunjukkan tidak ada perubahan fisik.

3.       Memasukkan segera obat kanker yang diterima kedalam gudang penyimpanan dengan memperhatikan kondisi dan persyaratan yang sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing obat :

a.         Obat yang disimpan pada suhu 2º-8º C harus disimpan dalam lemari es ( bukan dalam freezer )

b.         Obat yang disimpan pada sushu 25º C harus disimpan pada suhu kamar dan terlindung cahaya.

c.         Sesuai dengan jenisnya.

d.         Dikelompokan sesuai bentuk sediaan.

 

II.     Prosedur Pengiriman

Untuk melindungi produk dari kerusakan fisik selama transportasi dari distributor, maka penanganannya harus memperhatikan ketentuan yang dipersyaratkan seperti :

1.         Obat yang harus didimpan pada suhu 2º-8º C selama dalam transportasi harus dibawa dalam cool box/kotak es monitor suhu.

2.         Obat yang harus terlindung cahaya tidak boleh terkena sinar matahari langsung ( dibungkus alumunium foil ).

3.         Obat dilengkapi dengan MSDS (Material Safety Data Sheet)

 

III. Penanganan larutan Yang Tumpah

1      Pasang perlengkapan pelindung : baju pelindung, tutup kepala, sarung tangan, kaca mata dan masker.

2      Angkat partikel kaca da pecahan-pecahan dengan memakai alat seperti sendok dan masukkan kedalam kontainer, tempatkan dalam kantong buang sisa pertama.

3      Serap tumpahan cair dengan bantal penyerap dan buang dalam kantong buang sisa pertama.

4      Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong buangan sisa pertama.

5      Cuci seluruh area dengan larutan detergent.

6      Bilas dengan aqudest.

7      Ulangi pencucian dan pembilasan sampai semua obat terangkat.

8      Tanggalkan baju pelindung, sarung tangan, tutup kepala, dan masker lalu tempatkan dalam kantong buangan kedua.

9      Pasang label limbah obat kanker pada semua kantong buangan Sampah.

10   Ikat kantong secara aman dan buang ke tempat yang sudah disediakan rumah sakit ( incinerator ).

11   Cuci tangan dengan benar.

 

Mengenal Unsur Saponin pada tanamanan dan jenisnya

                 Sapindus muccorossi (klerek) adalah tumbuhan yang bijinya digunakan sebagai sabun pada saat belum di temukan sabun atau detergen pada saat ini. Biji pohon itu mengandung saponin yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci dan pembersih. Biji lerak terbungkus kulit cukup keras bulat seperti kelereng. Kalau sudah masak, warnanya cokelat kehitaman dan permukaan licin dan mengilat. Tak hanya pakaian, biji lerak juga bisa dimanfaatkan sebagai pembersih berbagai perkakas memasak. Saat ini, detergen lerak banyak dipakai untuk mencuci kain batik guna menjaga kualitas warna sehingga tidak kusam.

                        Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger et.al,1998) Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).

Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid.

Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung. 


 




 Adalah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh orang afrika (Anonim, 2009).






             Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).





Mengenal Alkaloid Pada Tanaman

             Lada atau merica adalah rempah-rempah berwujud biji-bijian yang dihasilkan oleh tanaman Piper nigrum. Piperin merupakan suatu senyawa yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Piperin banyak ditemukan pada simplisia yang termasuk keluarga Piperaceae. Selain mengandung piperin, lada juga mengandung minyak atsiri, piperitina, piperidina, filandrena, dan alkaloid piperina. Kandungan piperin dapat merangsang cairan lambung dan ludah, lada yang sifatnya pedas dapat menghangatkan dan melancarkan peredaran darah.  Senyawa aktif pada lada hitam adalah piperin yang merupakan senyawa amida berupa Kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-kelamaan pedas. Larut dalam etanol, asam cuka, benzene, dan klorofrom. Senyawa ini termasuk dalam alkaloid golongan piridin.   

 Alkaloid

Alkaloid merupakan metabolit skunder dari tanaman yang digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan luar, yang terbentuknya berdasarkan teori terbentuknya campuran, berikut adalah fungsi dari alkaloid bagi tanaman:

a.       Racun untuk menolak gangguan serangga dan hewan herbivora

b.      Sebagai hasil akhir dari metabolisme atau metabolit sekunder dengan fungsi untuk detoksifikasi senyawa toksik

c.       Regulasi faktor pertumbuhan

d.      Sebagai cadangan unsur N (Nitrogen)

      Adanya unsur N pada alkaloid menunjukkan adanya hubungan dengan pembentukan asam amino menjadi protein oleh tanaman, biasanya dalam cincin heterosiklik. Alkaloid dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a.       Elemen yang mengandung unsur N yang terlibat pada pembentukan alkaloid.

b.      Elemen tanpa unsur N yang ditemukan dalam molekul alkaloid.

c.       Reaksi yang terjadi untuk pengikatan khas elemen-elemen pada alkaloid.

      Struktur dan klasifikasi alkaloid dalam botani dan biokimia mempunyai banyak variasi. Perbedaannya hanya terdapat pada efek farmakologi yang ditimbulkan. Oleh karenaya para ahli botani mempermudah pengelompokan alkaloid menjadi dua kelompok besar yaitu :

a.       Alkaloid nonheterosiklik atau atipikal alkaloid biasanya disebut portal alkaloid atau amino biologi.

b.      Heterosiklik atau tipikal alkaloid yang dibagi menjadi 14 kelompok pada struktur cincicn.

Berikut struktur kimia macam-macam alkaloid yang terdapat dalam tanaman:





Mengenal Flavonoid dari tanaman

             Jambu biji (Psidium guajava) pertama ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanoviah Vavilov antara tahun 1887-1942. Jambu biji ini merupakan tanaman perdu bercabang banyak. Buahnya sangat bergizi karena mengandung asam askorbat ( 50-3000 mg/100g berat segar) tiga sampai enam kalilebih tinggi dari jeruk. Buah jambu biji juga mengandung zat kimia, seperti kuersetin, guajaverin, asam galat, leukosianidin, dan asam elagat. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol.

 Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari




Flavonoid pada umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih gruphidroksil fenolik. Gugus hidroksil selalu terdapat pada karbon no.5 dan no.7 pada cincin A. pada cincin B gugus hidroksil atau alkoksil terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah, tepung sari, dan akar.

Kegunaan bagi tumbuhan yaitu untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan. Kedua yaitu untuk menarik perhatian binatang yang membantu penyerbukan biji. Bagi manusia, pada dosis kecil flavon bekerja pada stimulant jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Selain itu flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretic dan antioksidan pada lemak.

Klasifikasi :

a.    Flavon

b.   Flavonol

c.    Flavonon

d.   Flavonolol

e.    Isoflavon

f.     Calkon

g.   Dihidrokalkon

h.   Auron

i.     Antosianidin

j.     Katekin

k.   Flavon 3-4-diol

Struktur flavonoid

Pada pengukuran dengan spektroskopik dapat ditetapkan struktur beberapa flavonoid. Interkonvensi di antara struktur dalam kelompok ini penting untuk penerangan struktur flavonoid.


Katekin





Flavan 3, 4 diol


Pengobatan Neisseria Gonorrhoeae

Bentuk yang paling berbahaya pada oftalmia neonatorum  adalah yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini terjadi pada hari ke 3-4 kehidupan, tetapi bisa juga muncul lambat sampai 3 minggu. Organisme ini biasanya mengkontaminasi bayi melalui kontak langsung lewat jalan lahir ibu yang terinfeksi.

Gejala klinis didapatkan konjungtiva hiperemia ringan sampai kemosis, sekret purulen berlimpah yang mungkin dengan cepat menyebabkan ulkus kornea sampai perforasi. Infeksi sistemik bisa menyebabkan sepsis, meningitis dan artritis.

Diagnosis didasarkan pada gambaran klinik, usia bayi dan pemeriksaan Gram dari sekret konjugtiva. Pewarnaan gram eksudat konjungtiva menunjukkan diplococcus intraselular gram negatif memungkinkan suatu diagnosis presumtif infeksi N.gonorrhoeae, dan terapi harus dimulai segera. Oftalmia neonatorum dari meisseria meningitidis pernah dilaporkan; dua organisme neisseria yang tidak dapat dibedakan menggunakan pewarnaan gram. Diagnosis definitif didasarkan pada kultur discharge konjungtiva. Spesimen harus dikultur pada media selektif (thayer-martin) ataupun non-selektif (agar coklat). Diinkubasi pada 37C.

Terapi : Pengobatan oftalmia neonatorum karena Neisseria gonorrhoeae : irigasi pada mata sangat berguna untuk menghilangkan sekret yang banyak minimal 2 kali sehari dengan larutan garam fisiologis. Antibiotik topikal dalam bentuk tetes misalnya penisilin 15.000-150.000 UI/ml tiap 15 menit 1 tetes pada 6 jam pertama, dilanjutkan 1 tetes tiap jam. Gentamisin salep mata dapat juga ditambahkan 4 kali/hari. Bagi yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan obat lain misalnya ofloxasin tetes mata sesering mungkin. Injeksi penicilin dengan dosis 50.000-100.000 IU/kgBB atau menggunakan ceftriaxson.