The Pharmacist Room: Mengukur Efisiensi Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi

Mengukur Efisiensi Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi

 Perencanaan obat dengan metode konsumsi merupakan pilihan utama untuk prakiraan procurement karena data yang dihasilkan reliable. Pada metode ini diperlukan beberapa data essensial yaitu :

  1. Data inventaris yang reliable
  2. Data lead time supplier
  3. data obat dapat diperkirakan

 

Kekeurangan perencanaan dengan metode konsumsi adalah :

  1. Harus memiliki data konsumsi yang akurat
  2. Penggunaan yang irrasional dapat terus terjadi

 

Indikator merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk monitoring, evaluasi, dan meningkatakan mutu pengelolaan obat di farmasi Rumah Sakit. Indikator juga dapat digunakan untuk mengukur saat terjadi proses maupun sesudah terjadi luaran. Indikator yang baik harus mempunyai validitas, sensitivitas dan spesifik.

 

Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi perencanaan obat pada tahap ini, antara lain sebagai berikut :

  1. Presentase dana yang tersedia dengan dana yang dibutuhkan

Dipakai indikator presentase dana yang dibutuhkan IFRS. Data diperoleh dengan cara penelusuran data yaitu data estimasi rencana anggaran pengadaan selama satu tahun sebelumnya sebagai nilai stok awal, data nilai total pembelian elama tahun tersebut dan nilai total pembelian di apotek luar, kemudian dihitung presentase dana yang tersedia pada IFRS.

  1. Penyimpangan perencanaan

Perbandingan antara jumlah barang dari satu item obat dalam perencanaan dengan jumlah barang dari satu item tersebut dalam kemyataan pemakaian. Data yang digunakan adalah macam item obat, kemudian dicatat estimasi/rencana pada barang selama 1 tahun dari gudang farmasi yang diasumsikan sebagai pengguna obat.

  1. Kecukupan obat

Jumlah bulan (harapan 12 bulan) yang menunjukkan antisiapasi lamanya stok obat tersedia. Data yang digunakan adalah macam item obat, dicatat nilai stok awal dan rencana pada barang, dibandingkan dengan total penggunaan rata-rata perbulan, kemudian dihitung nilai kecukupan obat.

  1. Stok berlebih

Stok obat yang kecukupan obatnya lebih dari 18 bulan.Bila stok berlebih, ada penumpukan dana karena 25 % harga obat digunkan untuk biaya penyimpanan. Apabila tidak ada permintaan dari konsumen maka profit dan kemungkinan besar tidak bisa balik modal.

No comments:

Post a Comment