Contoh Kasus diskusi
Compounding & Dispensing
1.
Skrining farmasetis
a. Pasien mengalami kesulitan menelan obat → rekomendasi =
obat tablet dibuat menjadi sediaan serbuk
b.
Aturan pakai Lopressor HCT kurang jelas
2.
Skrining klinis
a.
Udem perlu terapi diuretik yang lebih kuat →
rekomendasi = HCT diganti diuretik loop (Furosemid) karena ClCr pasien kurang
dari 30 ml/menit dengan dosis 40 mg/hari (injeksi 10 mg/ml)
b. Glucovance (metformin) kontraindikasi dengan CKD (Chronic Renal Disease) → rekomendasi =
Glucovance diganti dengan insulin (dosis 75% dosis normal untuk pasien dengan
ClCr antara 20-50%) dan digunakan dosis awal 0,15 mg/kgBB. Awalnya digunakan
insulin intermediate acting (2 x
sehari) atau long acting (1 x sehari)
c.
Dosis dan interval pemberian Sagestam (Gentamisin)
terlalu besar → Rekomendasi = Sagestam dosisnya diturunkan menjadi 2 mg/kgBB
dengan interval pemberian tiap 2 hari sekali karena ClCr pasien = 25,16
ml/menit
d. Hipertensi kurang tepat diterapi dengan Lopressor HCT (metoprolol)
karena pasien juga menderita DM dan GGK serta PPOK → rekomendasi metoprolol diganti
ACEI (kaptopril) dengan dosis 12,5 mg 2 x sehari karena pasien baru pertama
kali menggunakan dan pasien tergolong geriatri. Dibuat sediaan pulveres.
e.
PPOK stage III complicated
exacerbation belum memperoleh terapi pemeliharaan → rekomendasi = pasien
diberi antikolinergik (ipratropium bromida)
f.
Waspada terhadap efek samping obat yang sering terjadi
dan segera laporkan apabila terjadi efek-efek samping sebagai berikut :
1.
Gentamisin : mempunyai efek pada ginjal yaitu dapat
menurunkan kirens kreatinin (>10 %) dan edema ( 1-10 %)
2.
Metoprolol : hipotensi (1-27 %) dan bradikardi (2-16 %)
3.
HCT (Hidroklorotiazida)
: resiko hipokalemia dan hipotensi ortostatik.
4.
Acetaminophen : meningkatkan Cl asam urat, glukosa,
menurunkan Na, bikarbonat, kalsium.
Efek pada renal : Penggunaan kronik
dosis berlebih dapat meningkatka nefrotoksik.
Pada obat-obatan baru yang diusulkan
yaitu:
·
Kaptopril dapat menyebabkan hiperkalemia (1-11
%), dan batuk kering (20 %)
·
Furosemid dapat menyebabkan hipokalemia.
g.
Saran untuk terapi maintenance PPOK stage 2 ini diberikan
Ipratopium Bromida , hendaknya
ditanyakan dulu kepada pasien karena obat ini tidak masuk dalam daftar
JAMKESMAS.
Komunikasi & Konseling
A.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam konseling :
1.
Senyum, sapa, salam dan perkenalkan diri kepada pasien
2.
Metode yang digunakan : three prime question (dilakukan di awal konseling) dan final verification (dilakukan di akhir
konseling)
B.
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) :
Konseling
secara umum :
a.
Sanmol diminum jika pasien mengalami sakit kepala saja,
penggunaannya 1 jam sebelum makan.
b.
Pasien disarankan untuk segera melaporkan kepada dokter
atau apoteker jika muncul efek samping dari obat yang digunakan.
c.
Diinformasikan kepada pasien tentang penyimpanan obat
yang digunakan (Sanmol, antihipertensi, dan salbutamol inhaler dapat disimpan
dalam suhu kamar).
d.
Informasi kepada keluarga pasien tentang kondisi dan
terapi yang dijalankan oleh pasien serta pentingnya dukungan psikologis bagi
pasien.
Konseling
untuk tiap penyakit :
1.
Hipertensi :
a.
Pasien diminta untuk taat terhadap diet rendah garam
Cara : pasien dan keluarganya diberi
edukasi mengenai penyakit hipertensi (penyebab dan komplikasinya)
b.
Pasien diminta untuk teratur dalam melakukan aktivitas
fisik/olahraga (selama 20-30 menit) setelah keluar rumah sakit
Cara : mengedukasi dan meminta
keluarga pasien untuk mengajak pasien melakukan aktivitas fisik
c.
Pasien diminta untuk menghindari stres
d.
Cara penggunaan kaptopril : diminum 1 jam sebelum makan
2.
PPOK :
a.
Pasien diminta untuk menjaga kebersihan agar infeksinya
cepat sembuh
b.
Pasien diminta untuk melakukan latihan pernafasan
c.
Disarankan dan perlu ditekankan kepada pasien untuk
menghindari faktor pemicu serangan (asap, produk pestisida, produk aerosol).
d.
Pasien disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang cukup
mengandung antioksidan (sayur dan buah) untuk membantu menjaga kesehatan
paru-paru.
e.
Cara penggunaan inhaler :
1)
Pasien diminta untuk mengeluarkan nafas
2)
Inhaler diletakkan 2 jari didepan mulut
3)
Mulailah bernafas pelan-pelan lewat mulut kemudian
tekan inhaler dan hirup inhaler sedalam mungkin secara pelan-pelan
4)
Pasien diminta untuk menahan nafas selama 10 detik. Hal
ini bertujuan agar obat banyak yang masuk ke paru-paru.
5)
Jika dokter meresepkan lebih dari 1 puff obat, ulangi
prosedur ini mulai dari langkah ke 2 untuk beta agonis kita dapat menunggu 1
menit diantara puff namun hal ini tidak perlu dilakukan bila menggunakan obat
lain.
6)
Cuci mulut (kumur-kumur) untuk membantu mengurangi efek
samping yang tidak dikehendaki.
3.
Diabetes Mellitus
a.
Melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari
b.
Menghindari peningkatan berat badan (memotivasi pasien
untuk menurunkan berat badan)
c.
Meningkatkan makanan berserat dengan indek glikemik
rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
d.
Menggunakan pemanis non kalori
e.
Edukasi gejala hipoglikemi (pucat, lemas, pusing,
gemetar, keringat dingin) dan penanganannya (minum air teh manis)
f.
Pasien diedukasi mengenai penyakit DM dan penyakit
penyulit akut maupun kronis dari DM serta cara penanganannya agar penyakit
tersebut tidak semakin parah
g.
Edukasi tentang pemeliharaan/perawatan kaki
1)
Pasien tidak boleh berjalan tanpa alas kaki termasuk di
pasir
2)
Periksa kaki setiap hari dan laporkan pada dokter
apabila ada kulit terkelupas atau daerah kemerahan atau luka
3)
Periksa alas kaki dan benda asing sebelum memakainya
4)
Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih dan mengoleskan
lotion pelembab ke kulit yang kering
h.
Edukasi cara penyuntikan insulin
1)
Insulin diberikan dengan suntikan subkutan (dibawah
kulit) dengan arah tegak lurus terhadap permukaan kulit
2)
Lokasi penyuntikan antara lain : kedua paha, pantat,
perut, lengan. Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada tempat yang bergantian
3)
Cara penyimpanan insulin : insulin disimpan pada suhu
2-8ÂșC bila insulin akan digunakan selama 6 bulan namun insulin dapat disimpan
pada suhu kamar bila insulin akan digunakan selama 1 bulan
4.
Gagal Ginjal kronis
a.
Hindari obat-obatan yang bersifat nefrotoksik dan
memperberat kerja ginjal
b.
Pasien diminta untuk mengurangi asupan air putih
Etika dan Perundang-undangan
1.
Dalam kasus ini Apoteker mengganti beberapa obat
seperti sanmol menjadi paracetamol, sediaan ventolin menjadi salbutamol inhaler,
sagestam menjadi gentamisin yang terdapat dalam daftar obat yang dibiayai oleh
jamkesmas.
Penggantian tersebut telah disesuaikan dengan pedoman pelaksanaan
jamkesmas.
a. JAMKESMAS
adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi
subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi
masyarakat miskin.
b. Pada
hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga
menghasilkan pelayanan yang optimal.
Tindakan tersebut dilandasi oleh beberapa peraturan berikut:
a.
Kode etik kefarmasian
Bab II pasal
9 tentang kewajiban apoteker terhadap penderita
“Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani.”
b.
PP 51
tahun 2009
1) Pasal 24 b
“Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat
generic yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien.”
2) Pasal 8
“Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada
khususnya”.
2.
Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka
memberi rekomendasi maupun informasi
Hal ini berdasarkan pada :
Kode etik
kefarmasian Bab IV tentang Kewajiban
apoteker/farmasis terhadap sejawat petugas kesehatan lainnya
Pasal 13
“Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati SejawatPetugas Kesehatan.”
3.
Pemberian
informasi dan konseling pada pasien
Hal ini berdasarkan pada :
a)
PP 51
tahun 2009
Pasal 7
“Seorang Apoteker harus menjadi sumber
informasi sesuai dengan profesinya”.
b) Kode etik kefarmasian
Bab II pasal
9 tentang kewajiban apoteker terhadap penderita
“Seorang Apoteker dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati
hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.”
Daftar Pustaka
Anonim,
2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Hipertensi, Depkes RI , Jakarta
Anonim,
2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus, Depkes
RI , Jakarta
Dipiro,
J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., & Hamilton, C.W., 2006, Pharmacotherapy Handbook, Sixth Edition, The McGraw-Hill Companies
Inc, Philadelphia .
Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
Pedoman
Pelaksanaan Jamkesmas tahun 2008
Semla,
T.P., Beizer, J.L., & Higbee, M.D., 2002, Geriatric Dosage Handbook, 7th Edition, Lexi-Comp Inc, Ohio .
No comments:
Post a Comment