The Pharmacist Room: Pengobatan Maagh dengan Antasida

Pengobatan Maagh dengan Antasida


Antasida adalah sediaan yang mengandung senyawa anorganik dan dapat meningkatkan kerja lambung atau mempunyai kemampuan menetralkan atau mengurangi keasaman dalam lambung. Senyawa-senyawa ini tidak menetralkan asam lambung secara keseluruhan atau membuat pH lambung menjadi pH 7.0 tetapi menetralkan 90% asam lambung sehingga pH lambung menjadi pH 2.3 atau menetrlkan asam lambung menjadi pH 3.3. Antasida tidak mengurangi volume asam lambung yang disekresikan bahkan dapat meningkatkan sekresi asam lambung. (Garnett, 1990)
Antasida dapat digunakan sebagai profilaksis maupun terapi. Sebagai profilaksis, antasida digunakan pada stres ulcer dan dalam terapi pendarahan lambung dengan menjaga pH lambung di atas 3.5. Antasida juga diberikan untuk terapi gastroesophageal reflux disease (GERD), dispepsia non ulcer, gastritis akut, dan ulkus peptikum. Selain itu antasida juga diberikan pada terapi pengobatan lainnya yang mempengaruhi sistem gastrointestinal. Penyakit lain yang membutuhkan terapi dengan antasida tersebut antara lain adalah kondisi uremia, misalnya pada pasien diabetes mellitus, lesi pada sistem saraf pusat, trauma, luka bakar (Curling’s ulcer), sepsis, cerebrovascular accident, tumor endokrin yang memproduksi gastrin, dan pada pasien yang menjalani operasi serta mendapat obat yang mengiritasi sistem gastrointestinal antara lain NSAID, kortikosteroid, reserpin, kolkisin, alkohol (Garnett, 1990).
Di kalangan masyarakat, antasida sering digunakan untuk mengatasi sementara penyakit lambung yang ringan sampai sedang, dengan keluhan seperti mual, kembung dan nyeri lambung. Untuk membantu mengurangi keluhan tersebut, banyak pilihan antasida yang dapat digunakan, baik dari segi produk maupun bentuk sediaannya. Berbagai macam produk antasida dapat dengan mudah diperoleh di pasaran seperti apotek hingga toko kelontong sekalipun, baik dengan resep dokter ataupun swamedikasi (pengobatan sendiri tanpa resep dokter).
Dengan banyaknya iklan produk antasida yang beredar di media cetak maupun elektronik, semakin membuat masyarakat kurang bisa memilih dan menggunakan produk tersebut dengan tepat. Hal ini dikarenakan informasi yang diberikan hanya bertujuan untuk kepentingan komersial semata dan kurang memperhatikan aspek-aspek tentang penggunaan obat yang benar. Akibatnya masyarakat kurang mendapatkan edukasi mengenai penggunaan obat antasida yang dikonsumsi dengan benar.
Selain tentang cara mendapatkan dan menggunakan produk antasida yang kurang tepat, masalah penyimpanan dan pembuangan obat juga merupakan hal yang penting. Selama ini masyarakat kurang memperhatikan cara menyimpan obat yang telah digunakan. Bahkan menyediakan kotak obat juga belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dapat membahayakan apabila di rumah tersebut terdapat anak-anak. Penyimpanan obat dengan benar bertujuan untuk menjaga keamanan dan stabilitas obat supaya tetap memberikan efek terapi.
Mengenai masalah pembuangan obat, masyarakat masih kurang memperhatikan cara membuang obat dengan benar. Selama ini masyarakat membuang obat di sembarang tempat sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar. Selain itu, kemasan produk yang tidak dibuang dengan benar dapat disalahgunakan oleh pihak yang kurang bertanggung jawab. Misalnya adanya pemalsuan produk atau pemakaian kemasan bekas untuk digunakan kembali.  


2.1 Penyakit Maag
Maag berasal dari bahasa Belanda yang artinya adalah lambung. Penyakit maag dapat muncul secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat (akut), waktu yang lama (kronik), atau karena kondisi khusus seperti adanya penyakit lain. Gejala penyakit maag ini antara lain  rasa sakit dan tidak nyaman pada perut, sendawa, perut kembung, mual, muntah, merasa penuh, atau merasa terbakar di perut bagian atas. Penyakit ini disebabkan oleh bermacam  hal yaitu obat-obatan, kondisi medis, stres fisik, kebiasaan hidup, zat kimia, serta infeksi. Obat seperti asetosal, anti inflamasi non steroid/AINS (ibuprofen dan naproxen), serta suplementasi kalium umumnya menyebabkan gangguan lambung. Menelan zat kimia yang bersifat korosif , atau alkohol juga menyebabkan maag. Bakteri penginfeksi penyebab maag yang paling umum adalah bakteri Helicobacter pylori, menyebabkan maag kronik.
Mengatasi penyakit maag biasanya dengan menggunakan obat untuk menetralkan asam lambung. Hal ini dapat membantu mengurangi keluhan gejala serta mempercepat penyembuhan. Selain itu, menghindari beberapa makanan, minuman, maupun penggunaan obat tertentu yang dapat memicu tarjadinya penyakit maag. Banyak pilihan obat yang dapat digunakan dalam menangani penyakit maag. Bila terjadi penyakit maag, masyarakat pada umumnya melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) yang hanya bersifat menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit tersebut. Selain itu, adapula masyarakat yang memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih efektif, misalnya penyakit maag yang disebabkan infeksi H. pylori, yang kemungkinannya dokter akan meresepkan antibiotik
.
2.2 Terapi Penyakit Maag
Terapi maag sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan. Untuk terapi penyakit maag ada 2 macam yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis.

2.2.1      Terapi Farmakologi
·         Antasida. Mekanisme kerja ini adalah  menetralisir asam lambung sehingga kelebihan asam lambung dapat teratasi, hal ini yang mampu megurangi rasa nyeri pada lambung.
·         Penghambat asam. Mekanisme kerja ini adalah mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi sehingga mampu  mengatasi rasa sakit atau nyeri  setempat.
·         Penghambat pompa proton. Mekanisme kerja ini dalam  untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini.
·         Cytoprotective agents. Mekanisme kerja ini adalah melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Disamping itu terdapat Cytoprotective agents yang lain misalnya, bismuth subsalicylate yang mampu menghambat aktivitas H. pylori.
·         Antibiotik. Mekanisme kerja ini adalah membunuh bakteri dan menghambat pompa proton yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.

2.2.2      Terapi non farmakologi
·         Menghindari makanan yang dapat mengiritasi lambung terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
·         Menghindari konsumsi alkohol karena dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
·         Menghindari konsumsi rokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
·         Melakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
·         Mengendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
·         Mengganti  penggunaan obat NSAID yang dapat menyebabkan nyeri pada lambung. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah.
2.3 Antasida
Antasida merupakan obat yang dimaksudkan untuk menetralkan efek dari kelebihan asam lambung pada penderita tukak lambung dengan menurunkan derajat keasaman lambung. Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan oleh lambung tetapi dengan adanya antasida dapat menyebabkan peninggian PH sehingga mampu menurunkan aktivitas pepsin. Dengan adanya aktivitas pepsin yang berlebihan akan menyebabkan iritasi pada lambung. Kapasitas penetralan asam dari antasida bervariasi,  tetapi umumnya PH lambung tidak sampai diatas 4 dimana keadaan tersebut  jelas menurunkan aktivitas pepsin, kecuali pemberiannya sering dan terus-menerus. Mula kerja antasida sangat bergantung pada kelarutan dan kecepatan netralisasi asam, sedangkan masa kerjanya tergantung kecepatan pengosongan lambung.
            Antasida dibagi menjadi dua golongan, yaitu antasida sistemik dan antasida non-sistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat, diabsorpsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Antasida no-sistemik hampir tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik, contoh antasida non-sistemik ialah sediaan magnesium, alumunium, dan kalsium.
            Kegagalan pengobatan simptomatik tukak peptik dengan antasida disebabkan karena frekuensi pengobatan yang tidak adekuat, dosis yang diberikan tidak cukup, pemilihan sediaan yang tidak tepat, sekresi asam lambung diwaktu tidur tidak terkontrol. Regimen dosis antasida bervariasi tergantung dari beratnya gejala.
            Adapun hal-hal yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk penggunaan antasida, adalah :
1.  Penggunaan antasida sistemik jangka panjang sebaiknya dihindarkan.
2.  Bentuk suspensi mula kerjanya lebih cepat dari pada bentuk tablet.
3.  Urutan daya netralisasi asam oleh antasida dari yang tinggi ke yang rendah ialah, sebagai berikut : kalsium karbonat, magnesium karbonat, magnesium oksida dan magnesium hidroksida, dihidroksi aluminium natrium karbonat, atau dihidroksi alumunium asetat.
4.  Campuran-campuran dua atau lebih antasida tidak lebih baik dari pada satu macam sediaan antasida, untuk menghilangkan konstipasi atau diare lebih baik diberikan dua preparat yang terpisah dari pada sebagai campuran.
5.  Jangan menilai biaya pengobatan menurut harga satuan ( unit ), tetapi berdasarkan biaya sehari untuk mempertahankan netralnya asam lambung.


  


2.4 Jenis-Jenis Antasida yang Beredar di Pasaran
           
Bahan Aktif
Produk
Bentuk sediaan
Kandungan
Alumunium hidroksida
Magnesium hidroksida
Antasida DOEN (Generik)
Suspensi (B)
Tablet  kunyah (B)

Maagtab
(Erela)
Tablet (T)
Al(OH)3 300 mg
Mg(OH)2 300 mg
Alumunium hidroksida
Magnesium hidroksida
Simetikon
Dexanta (B)
(Dexa Medica)
Suspensi (B)
Tablet (B)
Tiap 5 ml suspensi atau tiap tablet :
Al(OH)3  200 mg
Mg(OH)2 200 mg
Simetikon 20 mg
Magasida (B)
(Kimia Farma)
Suspensi (B)
Tablet (B)
Tiap 5 ml suspensi atau tiap tablet kunyah :
Al(OH)3  461 mg
Mg(OH)2 461 mg
Simetikon 20 mg
Magnesium trisilikat
Benolicrol* (Benofarm)
Tablet (K)

Kompleks alumunium magnesium hidrotalsit
Talsit
(Bayer Indonesia)
Suspensi
Tablet
500 mg/5 ml
500 mg/ tablet
Dimetikon
Aeropax
(Rama)
Emulsi
50 mg/ml
Simetikon
Aeroson
(Soho)
Tablet (K)
40 mg/ tablet
Magnesium oksida
Natrium bikarbonat
Magnesium Karbonat

Antimaag
(Pyridam)
Tablet (B)
Tiap tablet :
Mg-oksida 300 mg
Na bikarrbonat 100 mg
Mg-karbonat 50 mg
Bismuth sub salisilat
Neo Adiar
(Erela)
Kaplet (K)
187,125 mg/kaplet
Diaryn
(Konimex)
Tablet (T)
262 mg/tablet










No comments:

Post a Comment