Jaundice
Definisi
Jaundice adalah kekuningan pada jaringan tubuh termasuk pada kulit dan
jaringan didalamnya yang disebabkan oleh jumlah billirubin yang berlebihan di
cairan ekstraseluler, baik dalam bentuk bebas, maupun terkonjugasi. Kekuningan pada kulit terjadi pada kadar
billirubin 1,5 mg/dl, sedangkan billirubin normal adalah 0,5 mg/dl (Guyton et
al, 2006)
Etiologi
Etiologi
jaundice adalah (Guyton et al, 2006) :
1.
Peningkatan dekstruksi sel darah merah, dengan
pelepasan billirubin yang cepat ke dalam darah (Hemolytic jaundice)
2.
Obstruksi kantung empedu (batu empedu datau kanker)
atau kerusakan sel liver (hepatitis) sehingga billirubin tidak dapat diekskresi
ke saluran cerna (Obstructive jaundice)
Klasifikasi
Klasifikasi
jaundice menurut Sherlock, 2002, sebagai berikut :
- Pre hepatic
Peningkatan billirubin disebabkan
oleh haemolisis. Sebagian serum billirubin
yang ada pada sirkulasi adalah billirubin tak terkonjugasi, sedangan serum
transaminase dan alkalin phospatase dalam batas normal. Billirubin tidak
terdapat dalam urin.
- Hepatik
Berhubungan dengan kegagalan hepatosit dalam ekskresi billirubin kedalam
kantung empedu. Terjadi karena kerusakan hati yang disebabkan oleh ensefalopati,
retensi cairan dengan udema dan asites. Pasien mudah lelah dan tidak enak badan.
- cholestatik
kegagalan empedu dalam mencapai duodenum, terdapat peningatan serum billirubin
terkonjugasi
1.2 Anemia
Definisi
Kelompok
penyakit dengan tanda penurunan Hb atau sel darah merah, mengakibatan penurunan
oksigen dalam darah. Anemia bisa
disebabkan oleh ketidakmampuan produksi sel darah merah, peningkatan dekstruksi
sel darah merah atau kehilangan darah (Ineck et al, 2008).
WHO
mendefinisikan anemia dengan konsentrasi Hb < 120g/L (<13 g/dL) atau Hct
< 39% pada laki-laki dewasa dan Hb < 120 g/L (<12 g/dL) atau Hct <
37% pada wanita dewasa. Anemia dengan defisiensi besi atau masalah sintesis Hb
menyebabkan RBC kecil, MCV < 80, sedangkan defisiensi vit B12 dan asam folat
menyebabkan RBC besar, MCV > 100 (Braunwald et al, 2005)
Klasifikasi Anemia
Anemia
dapat diklasifiasikan berdasarkan morfologi RBC, Etiologi atau patofisiologinya,
seperti berikut ini (Ineck et al, 2008) :
¨ Berdasarkan Morfologi RBC
1. Macrocytic Anemia : defisiensi vit B12,
defisiensi asam folat
2. Microcytic Anemia : defisiensi besi,
kelainan genetik (sel, thalasemia, hemoglobinopati)
3. Normocytic Anemia : Kehilangan darah, hemolysis,
kerusakan sumsum tulang, anemia karena penyakit kronis
¨ Berdasarkan etiologi
1. Kekurangan besi, vit B12, asam folat,
piridoksin
2. Gangguan fungsi sumsum tulang, anemia
karena penyakit kronis
3. Periferal (perdarahan, hemolisis)
¨ Berdasarkan patofisiologi
1. Kehilangan darah (hemorage, trauma, peptic
ulcer, gastritis, hemoroid)
2. Hemorage kronik (perdarahan vagina,
intestinal, aspirin dan NSAID)
3. Kerusakan RBC (antibodi RBC, obat,
gangguan pada limpa)
4. Produksi RBC matur yang tinggi (kekurangan
B12, asam folat, besi, protein,
defisiensi eritroblast seperti anemia aplastik, antagonis asam folat,
antibodi, leukemia, karsinoma, hipotiroid, CKD dan penyakit hati)
1.3. Gagal Ginjal Akut
Definisi
Gagal ginjal akut merupakan keadaan
dimana ginjal berhenti berkerja secara tiba-tiba seluruhnya atau hampir seluruhnya,
namun bisa kembali mendekati fungsi normalnya (Guyton et al, 2006)
Gagal ginjal akut adalah penurunan
GFR (Glomerolus Filtering Rate) yang terjadi beberapa jam dalam sehari,
terkadang lebih dari satu minggu. Hal ini berhubungan dengan akumulasi produk
sisa, termasuk urea dan kreatinin. Pasien gagal ginjal akut biasanya
dikategorian menjadi 3 yaitu anuric (urin< 50 ml/hari), oligouric (urin <
500 ml/hari) dan nonoligouric (urin> 500 ml/hari) (Dager & Spencer,
2008).
Pasien dengan jaundice memiliki
resiko yang lebih besar pada perdarahan, infeksi, gagal ginjal dan luka yang sulit
sembuh (Serra & Padillo, 2005)
Etiologi
Etiologi gagal
ginjal akut menurut Serra &
Padillo, 2005, sebagai berikut :
1. Penurunan suplai darah ke ginjal (pre
renal acute renal failure), bisa terjadi sebagai konsekuensi dari gagal
jantung dengan penurunan cardiac output dan tekanan darah rendah atau kondisi
lain yang berhubungan dengan penurunan volume darah dan tekanan darah seperti
hemorage
2.
Abnormalitas ginjal, seperti kerusakan glomerolus, pembuluh
darah dan tubulus (Intrarenal Acute Renal Failure)
3.
Abnormalitas system pengumpul urinaris (postrenal
Acute Renal Failure). Biasanya penyebabnya adalah batu ginjal akibat
pengandapan kalsium, urat dan cystine.
Patofisiologi
Patofisiologi
gagal ginjal akut dibagi berdasarkan etiologinya sebagai
berikut (Dager & Spencer, 2008) :
1.
Prerenal
Gagal ginjal akut prerenal disebabkan oleh hipoperfusi pada parenkim
renal, dengan atau tanpa hipotensi arteri sistemik. Hipoperfusi renal dengan
hipotensi sistemik bisa disebabkan oleh penurunan volume darah akibat hemoragik,
dehidrasi, hipoalbumin atau penggunaan diuretik. Sedangkan hipoperfusi renal
tanpa hipotensi sistemik, berhubungan dengan penyumbatan arteri renal, baik
pada salah satu atau kedua renal. Penurunan volume darah berakibat pada
aktivasi simpatik dan RAAS serta rilis hormon ADH (jika terdapat hipotensi).
Hal ini menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan stimulasi rasa haus untuk
meningkatkan asupan cairan dan memicu terjadinya retansi air dan natrium. Namun
jika mekanisme konpensasi diatas terjadi dalam waktu yang lama, maka gagal
ginjal akut akan terjadi. Jika terdapat penyumbatan arteri (arterosklerosis
atau emboli), baik pada kedua maupun salah satu ginjal, maka aliran darah ke
ginjal berkurang dan mengakibatan penurunan fungsi ginjal.
2.
Intrarenal
Gagal ginjal akut intrarenal terjadi akibat kerusakan ginjal, baik pada
vaskularisasi ginjal, glomeroli, tubulus ataupun interstinum.
3.
Postrenal
Gagal ginjal akut postrenal terjadi akibat obstruksi sistem pengumpul
urin, mulai dari tubulus hingga uretra. Proses prostatik (hipertrofi, kanker
dan infeksi) menyebabkan terhambatnya aliran urin, selain itu penggunaan
kateter juga dapat menyebabkan gangguan tersebut. Penyumbatan urin dapat
diakibatkan juga oleh batu neurigenik, mediator antiolinergik, gumpalan darah,
kristal oksalat dan penggunaan obat yang tidak larut urin dalam dosis besar.
Dimanapun lokasi terjadinya obstruksi, urin akan terakumulasi di struktur renal
dan menyebabkan peningkatan tekanan ke atas. Keseluruhan proses diatas
menyebabkan pembengkakan ureter, pelvis dan calices, jika terjadi vasokonstrisi maka penurunan GFR akan
terjadi.
Contoh Kasus Pasien Komplikasi
Tn.AR adalah pasien rujukan
dari Rumah Sakit Kraksan, pasien dirawat di RS krasan selama 9 hari. Pasien
datang dengan keluhan sesak dan nyeri perut, batuk dan demam sejak 1 minggu
sebelum MRS, batuk menjadi parah pada malam hari. Mata pasien kuning dan tinja
pucat, tekanan darah Tn.AR 190/80 mmHg. Hasil uji laboratorium menunjukkan
bahwa leukosit 32500, Hb 8,9, Hct 26,4%, Ureum 836,7, serum kreatinin 13,19,
Albumin 2,74, kalium 5,71, billirubin direct 12,78, indirect 11,4 dan billirubin
total 12,78. Tn. AR
didiagnosa jaundice, anemia dan gagal ginjal akut. Selain itu pasien juga
menderita hipokalemi dan hipertensi krisis.
Peningkatan billirubin yang
dialami pasien disebabkan karena anemia hemolitik dan kerusakan sel hati berupa
ensefalopati dan ascites. Sehingga jaundice yang dialami Tn.R merupakan
jaundice pre hepatik (anemia hemolitik) dan hepatik (kerusakan sel hati).
Treatmen yang harus dilakukan adalah mengatasi anemia dan gangguan hati (ensefalopati
dan ascites). Selain itu hipertensi krisis, nyeri perut, demam dan sesak juga
perlu segera diatasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajit, C., Munoz, S. 2005. Hepatic Encephalopathy
in: Bayless, T.M., Diehl, A.M. Advanced Therapy in Gastroenterology and
Liver Disease ed. 5th., London : B.C Decker Inc. p. 661
Anderson P.O., Knoben J.E., Troutman W.G. (Eds), 2002. Handbook of
Clinical Drug Data, 10th Edition, New York; McGraw-Hill Medical
Publishing Devision.
Anonim, 2009. British National Formulary ed. 57th,
London : BMJ Publishing Group ltd.
Anonim, 2007. Martindale 35 : The Complete Drug Reference.
Pharmaceutical press.
Brunton, S.A. 2005. Hypertension in: Taylor, R.B., Taylors
Cardiovascular desease.
New York : Springer Science + Business Media, Inc
Dager, W., Spencer, A., 2008, Acute Renal Failure in : Dipiro,
J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M Pharmacotherapy
a Phatophysiologic Approach ed.7th, New York : McGraw-Hill Co.,
inc, p. 723
Guyton,A.C., Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical physiology ed.11th,Philadelphia
: Elsevier Inc. p. 859-864. p. 404
Kasper, D.L., Braunwald,
E., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, L.J. 2005. Harrison’s
Manual of Medicine ed.16th. New York : McGraw-Hill
Pagana, K.D and Pagana, T., 2002. Mosby’s Manual of Diagnostic and
Laboratory test, Ed.2nd, Missouri : Mosby inc
Sease, J.M., Timm, E.G., Stragand, J.J. 2008. Portal
Hypertension and Cirrhosis in : Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C.,
Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M Pharmacotherapy a Phatophysiologic
Approach ed.7th, New York : McGraw-Hill Co., inc, p.633-648
Serra, A.S., Padillo, J. 2005.
Renal Dysfunction in Obstructive Jaundice in : Gines, P., Arroyo,
V., Rodes, J., Schrier, R.W. Ascites and Renal Dysfunction in Liver Disease
ed.2nd. Australia : Blackwell Publishing Ltd. P. 394
Sherlock, S., Dooley, J., 2002. Diseases of The Liver and Biliary
System ed.11th. Milan : Blacwell Science Ltd. P.205-217.
No comments:
Post a Comment