TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Sepsis
adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam darah atau
jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan yang terjadi
sistemik atau biasa disebut Systemic Inflamation Respon Syndrom ( SIRS) berikut
adalah criteria dari SIRS :
1.
Suhu >380C atau <36 C
2.
Denyut jantung >90 x permenit
3. Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2
< 32mmHg
4. Hitung leukosit >12.000/mm2
atau 10% sel imatur
Pada kasus Ny.L didapatkan
bahwa suhu 38o C dan angka leukosit 21,22+ 103 μL, selain
itu didapatkan riwayat melahirkan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dengan
Vacum Ekstraksi atas indikasi kala II diperingan oleh karena eklamsia, maka
pembahasan ini lebih ditujukan pada sepsis puerperalis atau sepsis yang terjadi
setelah melahirkan.
Dalam obstetri modern, sepsis
puerperalis yang gawat jarang terjadi, pernah dilaporkan epidemi yang
disebabkan grup A streptoccocus hemolitikus. Infeksi nifas pada umumnya disebabkan oleh bakteri
yang pada keadaan normal berada pada usus atau jalan lahir. Gorback mendapatkan
dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan bakteri aerob dan anaerob
yang patogen. Walaupun dari cerviks dan jalan lahir ditemukan kuman-kuman
tersebut cavum uteri adalah steril sebelum ketuban pecah. Kuman anaerob adalah
coccus gram positif ( Peptostreptococus, Peptococus, Bakteriodes, dan
Clostridium). Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan E.colli
Selain itu infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
1. Streptococcus Hemoliticus Aerobicus.
Streptococcus ini merupakan sebab infeksi yang berat khususnya golongan A.
Infeksi ini biasanya eksogen ( dari penderita lain, alat atau kain yang tidak
steril, infeksi tenggorokan orang lain)
2. Stapylococcus Aureus, kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas walaupun kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi
umum. Stafilococcus banyak ditemukan di Rumah Sakit dan dalam tenggorokan orang
yang terlihat sehat
3. E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari
kandung kencing dan rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam
Perineum, uvula, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari
infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman
ini yang bersifat anaerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya,
infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut.
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang
memakai sarung tangan pada pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan dan
alat-alat lain yang dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
2. Droplet Infecsion. Sarung tangan dan
alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan
dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas yang
bekerja dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker, dan penderita infeksi
saluran nafas dilarang masuk kamar bersalin.
3. Dalam Rumah Sakit selalu banyak
kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara keman-mana, antara lain
handoek, kain-kain dan alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk
merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4. Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak
merupakan penyebab penting terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan
pecahnya ketuban.
Faktor Predisposisi yang penting pada waktu nifas adalah
1. Keadaan yang dapat menurunkan daya tahan
penderita seperti perdarahan banyak, pre-eklamsi, juga adanya infeksi lain
seperti pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
2. partus lama terutama ketuban pecah lama
3. Tidakan bedah vagina yang menyebabkan
perlukaan pada jalan lahir
4. Tertinggalnya sisa placenta, selaput
ketuban dan bekuan darah
Setelah kala III, daerah bekas
insersio placenta merupakan sebuah bekas luka dengan diameter 4cm, permukaan
tidak rata, berbenjol-benjol karena banyakknya vena yang tertutup trombus.
Daerah ini merupakan tempat yang baik bagi tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya
jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalamiperlukaan
dalam persalinan begitu juga pulva, vagina, dan perineum, yang semuanya
merupakan tempat masuknya kuman patogen, proses radang dapat terjadi terbatas
pada luka tersebut atau dapat menyebar keluar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu: 1. Infeksi yang terbatas pada perineum, Vulva, Vagina,
cerviks dan endomertium dan 2. Penyebaran dari ke empat tempat tersebut melalui
Vena-Vena, pembuluh limfe, dan melalui permukaan endomertium.
Penyebaran Melalui Pembuluh-Pembuluh Darah
Pada septikemia kuman-kuman
dari sarangnya di uterus langsung masuk kedalam peredaran darah umum dan
menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan jalan
pembiakan kuman dari darah. Pada piemia terdapat terlebih dahulu tromboplebitis
pada vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterina, vena hipogastrika, dan atau vena
ovarii. Dari tempat-tempat trombus ini embolus kecil yang mengandung
kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan embolus masuk kedalam peredaran
darah dan dibawa oleh peredaran darah ketempat-tempat lain antaranya paru-paru,
ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses
ditempat tersebut, keadaan ini dimanakan piemia.
Patogenesis Sepsis
Sebagian besar penderita menunjukkan fokal infeksi
sebagai sumber bakterimia, hal ini dosebut sebagai bakterimia sekunder, sepsis
gram Negatif merupakan komensal normal dalam saluran gastrointestinal, dan
kemudian menyebar ke dalam struktur yang berdekatan, seperti pada peritonitis
setelah perforasi apendical, atau bisa berpindah dari perineum ke ureter atau
kandung kemih. Selain
itu sepsis gram negatif focus primernya bisa berasal dari gastrointestinal. Sepsis
gram positif biasanya timbul dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga
bisa berasal dari luka terbuka misalnya luka bakar.
Inflamasi sebagai
tanggapan dari tubuh terhadap berbagai macam stimulasi imunogen dari luar.
Inflamasi sebenarnya merupakan upaya tubuh untuk menghilangkan dan eradikasi
organisme penyebab, berbagai jenis sel akan teraktivasi dan memproduksi
berbagai jenis mediator inflamasi termasuk berbagai jenis sitikon. Mediator
inflamasi sangat komplek karena melibatkan banyak sel dan mediator yang dapat
mempengarui satu sama lain6.
Sitokin sebagai mediator
inflamasi tidak berdiri sendiri dalam sepsis. Masih banyak faktor lain ( non
sitokin) yang sangat berperan dalam menentukan perjalanan penyakit. Respon
tubuh terhadap suatu patogen melibatkan bermacam-macam komponen sistem imun dan
berbagai macam sitokin baik itu yang bersifat pro inflamasi maupun yang
bersifat anti inflamasi. Termasuk sitokin pro inflamasi TNF, IL-1, interferon
yang bekerja membantu sel menghancurkan IL-1 reseptor antagonis (IL1-1ra), IL-4
IL-10 yang bertugas memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respon yang
berlebihan. Apabila keseimbangan kerja antara pro inflamasi dengan
antiinflamasi tidak tercapai dengan sempuna maka dapat menimbulkan kerugian
bagi tubuh5.
Penyebab sepsis dan syok
septik yang paling banyak berasal dari stimulasi sitokin, baik dari stimulasi
toksin, baik dari endotoksin gram (-), maupun endo toksin gram (+). Endotoksin
dapat secara langsung dengan LPS dan bersama-sama dengan perantaraan reseptor
CD14+ akan bereaksi dengan makrofag dan makrofag akan meng ekspresikan
imunodulator diatas hanya dapat terjadi pada bakteri, apat terjadi pada
rangsangan endotoksik, eksotoksik, virus, dan parasit, maka mekanisme tersebut
diatas masih urang lengkap dan tidak dapat menerangkan mekanisme sepsis dalam
arti keseluruhan, oleh karena konsep tersebut tidak menerangkan peranan
limfosit T dalam keadaan sepsis dan terjadinya syok septik4.
Di indonesia dan negara
berkembang lainnya sepsis tidak hanya disebabkan oleh bakteri gram negatif
saja, tetapi juga disebabkan oleh bakteri gram positif yang mengeluarkan
eksotoksin4. eksotoksin, virus, dan parasit, yang dapat berperan
sebagai superantigen setelah di fagosit oleh monosit atau ditampilkan sebagai
APC( Antigen Presenting Sell). Antigen ini membawa muatan poli peptida spesifik
yang berasal dari major Histocompatibility Complex. Antigen yang bermuatan
peptida MCH kelasII akan berikatan dengan CD4+ ( Limposit TH1 dan TH2) dengan
perantara TCR( T Cell Reseptor).
Sebagai usahat tubuh untuk
bereaksi terhadap sepsis maka limfosit T akan mengeluarkan terhadap sepsis maka
limfosit T akan mengeluarkan subtansi Th1 yang berfungsi sebagai imunodulator
yaitu : IFN – Gamma, IL-2, dan M-CSF ( Makofag Coloni Stimulating Factor).
Limfosit TH2 akan mensekresikan Il-4, IL-5, IL-6 dan IL-10, IFN-Gamma
merangsang makrofag mengeluarkan IL -1 beta dan THP =alfa, IFN-G IL -10, IL-1
beta dan TNF-alfa berkorelasi dalam keparahan penyakit dalam kematian, tetapi
ternyata sitokin IL-2 dan TNF-alfa selain merupakan seaksi terhadap sepsis
dapat pula merusakkan endotel permukaan darah yang mekanismenya sampai dengan
saat ini masih belum jelas. IL-1 beta sebagai ekspresi interselular adhesi
molekuler-1. dengan adanya macrofag koloni stemulating factor akan mudah
mengadakan adhesi. Interaksi endotel dengan neutrofil terdiri dari tiga
langkah, yaitu 1. bergulirnya meutrofil P dan E-selektin yang dikeluarkan oleh
endotel dan L- selektin neutrofil dalam mengikat ligan respektif. 2. merupakan
langkah yang sangat penting adhesi dan aktivasi neutrofil yang mengikat
intergetrin CD-11 atau CD-18 yang melekatkan neutrofil pada endotel dengan
molekul adhesi (ICAM) yang dihasilkan oleh endotel . 3. transmigrasi meutrofil
menembus dinding endotel.
Neutrofil yang beradhesi
dengan endotel mengeluarkan lisosim yang akan menyebabkan dinding endotel
lisis, akibatnya endotel terbuka. Neutrofil juga membawa superoksidan yang
termasuk dalam radikal bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria
dan siklus GMPs. Akibat dari proses tersebut endotel menjadi nekrosis, sehingga
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, ternyata kerusakan endotel pembuluh
darah tesebut akan mengakibatkan kerusakan organ multiple sesuai dengan
pendapat Bone bahwa kelainan organik multiple tidak disebabkan oleh infeksi tetapi
akibat inflamasi sistemik dengan sitokin sebagai mediator. Pendapat tersebut
dipekuat oleh Cohen bahwa kelainan organ multiple disebabkan karena trobosis
dan koagulasi dalam pembuluh darah kecil sehingga terjadi syok septik yang
berakhir dengan kematian.
Komplikasi sepsis
-
Sindroma
distres pernafasan dewasa
-
Koagulasi
intravascular diseminata
-
Gagal
Ginjal akut
-
Perdarahan
usus
-
Gagal
hati
-
Disfungsi
SSP
-
Gagal
jantung
-
Kematian
Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar
melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapai peritonium dan
meyebabkan peritonitis atau melalui jaringan antara kedua lembar ligamentum
latum yang menyebabkan parametritis. Peritonitis dapat pula terjadi melalui
sapingo-oofaringitis atau selulitis pevika. Peritonitis mungkin terbatas pada
rongga pelvis saja tau dapat menjadi peritonitis umum. Peritonitisumum
merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan sepertiga dari sebab kasus
peritonitis.
Penyebaran Melalui Permukaan Endomtrium
Salpingitis, oofforitis
Kadang-kadang ( walaupun
jarang) infeksi menjalar kedalam tuba palopi malahan ke ovarium. Disini terjasi
salpingitis dan atau ooforitis yang sukar dipisahkan dari pelvioperitonium.
Gambaran Klinis
Gejala berupa rasa perih dan
dan panas pada tempat infeksi. Kadang-kadang perih bila kencing, bilamana getah
radang bisa keluar biasanya keadaanya tidak berat, suhu sekitar 38o
C dan nadi dibawah 100x per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan
dan getah radang tidak bisa keluar demam bisa naik sampai 39-40 oC
dengan kadang-kadang disertai menggigil.
Pada septikemia dari permulaan
penderita sudah sakit dan lemah. Samai tiga hari post partum suhu meningkat
dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya suhu berkisar antara
39-40 oC kemudian menjadi cepat memburuk, nadi cepat (
140-160x/menit) penderita dapat meningal dalam waktu 6-7 hari post partum.
Diagnosa
Pada penderita dengan infeksi
nifas perlu diketahui apakah terbatas pada tempat-tempat masuknya kuman-kuman
ke dalam badan atau menjalar keluar tempat. Seorang penderita dengan infeksi
yang meluas diluar port de entery tampaknya sakit , suhu akan meningkat dengan
kadang – kadang disertai mengigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
Jika ada fasilitas penderita
dengan infeksi nifas hendaknya diambil getah dari vagina sebelah atas untuk
pembiakan, dan pada infeksi yang tampaknya berat juga diambil darah untuk
maksud yang sama. Usaha ini dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas
dan guna memilih antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan.
Prognosis
Menurut derajatnya septikemia
merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi dan yang segera
diikuti oleh peritonitis umum. Piemia menyebabkan kematian yang cukup tinggi.
Penyakitnya berlangsung lebih lama.
Pencegahan
1. Selama kehamilan memperbaiki keadaan gizi,
dilarang koitus selama hamil tua
2. Selama persalinan menyelesaikan persalinan
dengan trauma seminimal mungkin, mencegah terjadinya perdarahan, selama
persalinan petugas menggunakan alat proteksi
3. Selama nifas perawatan harus baik dan
steril, alat-alat yang digunakan selama perawatan harus steril. Pemisahan
antara yang terinfeksi dengan yang tidak.
Pengobatan
Dapat
mengunakan penicilin dengan dosis tinggi atau antibiotik dengan spektrum luas
seperti ampicilin, dan lain-lain. Setelah hasil pembiakan dan tes-tes
kepekaan diketahui., dapat dilakukan pengobatan yang paling sesuai. Kombinasi
tetrasiklin dan penicilin G dalam dosis tinggi IV sangat evektif terhadap
infeksi nifas. Selain itu dapat juga digunakan sulbenicilin atau garamicin atau
kombinasi penicilin G dengan kloramphenicol dengan hasil cukup memuaskan.
Dilakukan pula perawatan yang dapat meningkatkan daya
tahan tubuh penderita, dan bila perlu dilakukan tranfusi darah
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G. Macdonald PC, Grant F.N
et al. William’s Obstetric, 18th Connecticus. Appleton lange, 1995
2. Mansjoer, arif et al. Kapita selekta
kedokteran. Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta 2001
3. Prawiroharjo, S. 1986. ilmu kebidanan:
Infeksi Nifas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta 1994
4. Asheroft> FM, Gribble FM, 1999,
ATP-sensitive K+ channel and insulin secretion. Their role in health and
disease. Diabetogia 42:903-19
5.
Asheroft
FM Grible Fm, 1999, Sensitivity of beta-cell and extrapancreatic K ATP channel
to gliclazide, Diabertogia 4845-82
No comments:
Post a Comment