ANTHELMINTIK
Manusia merupakan hospes defenitif beberapa nematoda usus
(cacing perut), yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat.
Diantara cacing perut terdapat sejumlah species yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths). Diantara
cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Jenis-jenis cacing
tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada umumnya
telur cacing bertahan pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur yang
infektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes
defenitifnya.
A. Cacing
Gelang
(Ascaris lumbricoides)
1.
Lingkaran Hidup
Manusia merupakan
satu-satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran 10 - 30 cm, sedangkan
betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing
betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur
yang dibuahi dan telur yang tidak
dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan
manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus
dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung
lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu
melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea
melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga
menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu
menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan
waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa
(Gandahusada, 1998).
2. Patofisiologi
Disamping itu gangguan dapat disebabkan
oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada
dinding alveolus yang disebut sindroma Loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh
cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus
ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi
berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan (malabsorbtion).
Keadaan yang serius, bila cacing mengumpal dalam usus sehingga terjadi
penyumbatan pada usus (Ileus obstructive) (Effendy, 1997).
3. Gejala Klinik dan Diagnosis
Gejala penyakit Cacingan memang tidak
nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Pada permulaan
mungkin ada batuk-batuk dan eosinofelia. Orang (anak) yang menderita Cacingan
biasanya lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang.
Pada anak-anak yang menderita Ascariasis
perutnya nampak buncit (karena jumlah cacing dan kembung perut); biasanya
matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes), dan seperti batuk pilek.
Perut sering sakit, diare, nafsu makan kurang. Karena orang (anak) masih dapat
berjalan dan sekolah atau bekerja, sering kali tidak dianggap sakit, sehingga
terjadi salah diagnosis dan salah pengobatan. Padahal secara ekonomis sudah
menunjukkan kerugian yaitu menurunkan produktifitas kerja dan mengurangi kemampuan
belajar.
Karena
gejala klinik yang tidak khas, perlu diadakan pemeriksaan tinja untuk membuat
diagnosis yang tepat, yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja
tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya
infeksi (dengan cara menghitung telur).
4. Epidemiologi
Telur cacing gelang keluar bersama tinja
pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur tersebut tumbuh
menjadi infektif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur yang infektif masuk
melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang
kotor (tercemar tanah dengan telur cacing).
Sumber : Prof. Dr. Sri Oemijati, MPHTM dalam buku “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Promosi Budaya Hidup Sehat Dengan Pendekatan Kemitraan. |
B. Cacing
Cambuk
(Trichuris trichiura)
1. Lingkaran Hidup
Manusia merupakan hospes cacing ini.
Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing
dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa
usus. Satu ekor cacing betina
diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang
dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi
larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan
teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh
manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus
halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke
kolon asendens dan sekum. Masa
pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap
bertelur sekitar 30 – 90 hari.
2. Patofisiologi
Cacing
cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan di dalam kolon
asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar diseluruh
kolon dan rektum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rektum yang mengalami prolapsus
akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukkan
kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi
dan peradangan mukosa usus. Pada tempat pelekatannya dapat menimbulkan
perdarahan. Disamping itu cacing ini menghisap darah hospesnya sehingga dapat
menyebabkan anemia.
3. Gejala Klinik dan Diagnosis
Infeksi
cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas
atau sama sekali tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk yang berat dan
menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare, disenteri, anemia,
berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus rektum. Infeksi
cacing cambuk yang berat juga sering disertai dengan infeksi cacing lainnya
atau protozoa. Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja.
4. Epidemiologi
Penyebaran
penyakit ini adalah terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur
cacing cambuk. Telur tumbuh dalam tanah liat, lembab dan tanah dengan suhu
optimal + 30oC. Infeksi cacing cambuk terjadi bila telur yang
infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar atau
melalui tangan yang kotor.
Sumber : Prof. Dr. Sri Oemijati, MPHTM dalam buku “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Promosi Budaya Hidup Sehat Dengan Pendekatan Kemitraan. |
C. Cacing
Tambang (Ancylostoma duodenale & Necator
americanus)
1. Lingkaran Hidup
Hospes parasit ini adalah manusia,
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa
usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur sehari. Cacing
betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing
dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang
gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan
keluar bersama tinja, setelah 1 – 1,5
hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu
sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi
larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu
di tanah. Setelah menembus
kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru
menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari
laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing
dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan
bersama makanan.
2. Patofisiologi
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi
melekat dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing
tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita
mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja
serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan darah (anemia) ini biasanya
tidak dianggap sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh
banyak sebab.
3. Gejala Klinik dan Diagnosis
Gejala
klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak bergairah,
konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja
menurun dan anemia (anemia hipokrom micrositer). Disamping itu juga terdapat
eosinofilia.
4. Epidemiologi
Kejadian
penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada penduduk,
terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing
ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan
berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang
lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai
pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada,
1998).
Tanah
yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan
suhu optimum 32oC – 38oC. Untuk menghindari infeksi dapat
dicegah dengan memakai sandal/sepatu bila keluar rumah.
- PENGOBATAN
Dietilkarbamazin
Ø Menyebabkan paralisis dan perubahan pada
permukaan membran mikrofilaria hancur.
Ø Cepat
diabsorpsi diusus, ekskresi lewat urin,70% bentuk metabolitnya
Levamisol
Ø Dosis
tunggal digunakan untuk Ascaris dan
Ø Trichostrongylus,efektifitas
sedang untuk A.duodenale dan rendah untuk N.americanus.
Ø Cara kerja : meningkatkan aksi potensial dan menghambat
transmisi
neuromukular cacing paralisis
Ø Absorpsi
oral cepat dan lengkap.
60% obat diekskresi bersama ureum
Mebendazol
Ø Efektif
mengobati cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang dan T.trichiura,
cacing pita.
Ø Efeknya
bervariasi S. stercolarlis
Ø Kerjanya
merusak subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing, menghambat ambilan glukosa.
Ø Absorpsi
oral buruk, ekskresi terutama lewat urin dalam bentuk utuh.
Niklosamid
Ø Untuk
cacing pita (Cestoda), E. granulosus dan E.vermicularis.
Ø Kerjanya
menghambat fosforilasi anaerobik ADP
Niridazol
Ø Efektif
untuk S. haematobium dan S. mansoni.
Ø Ekskresinya
dalam bentuk metabolit melalui urine dan tinja.
Ø Hati-hati
pada penderita gangguan fungsi hati, ginjal dan darah.
Piperazin
Ø Efektif
terhadap A.lumbricoides dan E.vermicularis.
Ø Kerjanya
menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin paralisis dan
cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.
Ø Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi melalui urine.
Pirantel Pamoat
Ø Untuk
cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang.
Ø Kerjanya
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi imfuls,
menghambat enzim kolinesterase.
Ø Absorpsi
melalui usus tidak baik, ekskresi sebagian besar bersama tinja, <15% lewat
urine.
Pirazikuantel
Ø Efektif
terhadap Cestoda dan Trematoda, seperti S.mansoni dan S. japonicum.
Ø Kerjanya menimbulkan peningkatan aktivitas otot
cacing karena hilangnya Ca ion intrasel
kontraktur dan paralisis spastik cacing lepas dari tempatnya.
Ø Absorpsi
oral baik, ekskresi sebagian besar bersama urine
Tiabendazol
Ø Efektif
terhadap strongyloidiasis,askariasis,oksiuriasis dan larva migrans kulit.
Ø Kerjanya
menghambat enzim fumarat reduktase cacing dan enzim asetilkolinesterase cacing
cacing mati
Ø Absorpsi
lewat usus, 90% obat diekskresi bersama urine.
No comments:
Post a Comment