Deming 14 butir untuk manajemen:
a.
menciptakan komitmen terhadap peningkatan
produk dengan tujuan menjadi kompetitif, tetap dalam bisnis, dan manyediakan
pekerjaan,
b.
mengadopsi filosfi baru,
c.
menghentikan ketergantungan pada inspeksi
masal untuk peningkatan mutu ,
d.
mengakhiri praktek menghargai kerjasma bisnis
berdasarkan harga,
e.
meningkatkan sistem produksi secara konstan
dan selamanya untuk peningaktan mutu dan produktivitas,
f.
memberikan pelatihan yang sesuai bagi
karyawan,
g.
meningkatkan kepemimpinan,
h.
mengusir ketakutan sehingga setiap orang
dapat bekerja efektif bagi perusahaan,
i.
menghilangkan hambatan antar departemen,
j.
menghapuskan semboyan, desakan, dan target
bagi karyawan,
k.
menghapuskan tujuan berdasarkan angka,
l.
menghilangkan hambatan terhadap kebanggaan
hasil kerja,
m.
membangun program untuk pendidikan dan
pengembangan diri,
n.
melakukan tindakan dalam menghadapi
perubahan/transformasi.
Tahap plan meliputi identifikasi masalah untuk
dipecahkan, memperoleh data, melakukan analisis data, dan mengembangkan
rekomendasi. Tahap do mencakup penerapan solusi berbasiskan percobaan. Check
berupa pengamatan setelah penerapan untuk memastikan apakah hasil yang
diperoleh sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Dan akhinya, act melibatkan
kegiatan perubahan permanen jika hasilnya efektif bagi peningkatan atau kembali
pada kondisi sebelumnya jika penerapannya bermasalah.
Pada petengahan 1950-an, Dr. Joseph M. Juran
memperkenalkan Statistics Process Control, yang melengkapi konsep Shewhart.
Juran menekankan pentingnya pendekatan keseimbangan menggunakan manajerial,
statistik, konsep teknologi dan mutu. Juran juga dikenal sebagai penemu Diagram
Pareto, yaitu suatu konsep ekonomi yang diaplikasikan dalam permasalahan mutu.
Diagram Pareto dibahas lebih lanjut pada tulisan khusus (S5).
Selain itu, dalambukunya ”Juran on Planning for Quality”
(1988), Juran merekomendasikan suatu kerangka operasional ”Trilogi Proses Mutu’,
yang terdiri atas perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan mutu.
Perencanaan mutu bertujuan merancang operasi untuk memproduksi produk yang
dapat memenuhi keinginan pelanggan. Perncanaan mutu merupakan awal dari
kegiatan operasi. Pengendalian mutu dilakukan untuk menjamin bahwa tujuan mutu
yang diset dalam tahap perencanaan,
dapat dipenuhi selama produksi. Sedangkan, peningkatan mutu dimaksudkan agar
perusahaan secara selektif dapat mengidentifikasi dan mengimplementasi-kan
perubahan dalam proses secara berkelanjutan.
Pada tahun 1961, Dr. AV Feigenbaum menulis buku tentang
Total Quality Qontrol, yang memperkenalkan konsep make it right at the first
time. Teori Feigenbaum ini diikuti banyak pihak serta bergulir terus dan
akhirnya menjadi Total Quality Management (TQM). TQM menekankan adanya komitmen
manajemen untuk mencapai yang terbaik dalam seluruh aspek produk yang penting
bagi konsumen, yang mencakup seluruh fungsi organisasi. Dia menekankan bahwa
suatu sistem mutu diciptakan untuk menyediakan prosedur teknis dan manajerial
untuk menjamin kepuasan pelanggan dan biaya mutu yang ekonomis.
Pada tahun 1967, Dr. Kaoru Ishikawa menunjukkan Jepang
bagaimana mengintegrasikan berbagai alat peningkatan mutu, terutama alat
sederhana untuk menganalisis dan memecahkan persoalan, dikenal dengan istilah
seven tools for quality control atau magnificent seven. Ishikawa sendiri
sebelumnya, pada tahun 1943, telah memperkenalkan diagran sebab dan akibat (
cause-and-effect diagram, CE diagram) yang merupakan salah saru alat yang
berguna dalam pengendalian mutu. Diagram sebab dan akibat dibahas lebih lanjut
dalam tulisan khusus (S5).
Dr. Genichi Taguchi dari AT&T Beli Laboratories di
USA pada tahun 1980 memperkenalkan Metode Taguchi. Metode ini sangat bermanfaat
dalam peningkatan mutu karena memberikan: (a) suatu dasar dalam menentukan
hubungan fungsional diantara produk yang dapat dikendalikan atau faktor
perancangan jasa dan hasil dari suatu proses, (b) suatu metode untuk
penyesuaian tujuan suatu proses dengan mengoptimalakan variabel yang dapat
dikendalikan, dan (c) suatu prosedur untuk menguji hubunan diantara kesalahan
acak dalam proses dan variabilitas produk.
Diantara berbagai aspek Metode Taguchi yang unik ialah
definisi Taguchi tentang mutu, fungsi kehilangan dalam mutu (quality loss
function, QLF), dan konsep robust design. Menurut Taguchi, mutu yang ideal
merujuk pada suatu titik acuan,berupa suatu target nilai, untuk menentukan tingkat
mutu bagi suatu produk. Mutu ideal dicapai jika suatu produk memenuhi fungsi
yang dimaksudkan selama proyeksi umurnya, di bawah kondisi operasi yang
beralasan, dan tanpa menimbulkan efek samping yang merugikan. Dalam bidang
jasa, karena produksi dan konsumsi dilakukan simultan, mutu ideal ialah fungsi
dari persepsi dan kepuasan pelanggan. QLF dimaksudkan bahwa setiap produk harus
memenuhi spesififkasi yang telah ditetapkan. Setiap penyimpangan dari target
merupakan kehilangan (loss to sociey). Hal ini berbeda dengan pendekatan umum
bahwa suatu produk masih dikatakan memenuhi spesifikasi jika masih berada ada
batas toleransi yang diperkenankan. Sementara, konsep Taguchi tentang robust
design menyebutkan bahwa produk harus dirancang untuk meningkatkan kinerja
dengan meminimalkan efek dari penyebab variasi tanpa menghilangkan penyebanya.
Pada tahun 1987, muncullah suatu standar tentang sistem
manajemen mutu yang sangat dikenal di dunia yaitu ISO 9000, Quality Management
System ISO 9000 dikembangkan oleh International Organization for
Standardization (ISO). ISO adalah organisasi standar internasional yang mulai
beroperasi pada 23 Februari 1947. Pada Januari 2006, ISO beranggotakan 156
negara, dan berkantor pusat di Jeneva, Swiss. Keanggotaan Indonesia diwakili
oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga pemerintah yang
bertanggungjawab mengkoordinasikan perumusan dan penerapan Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Berbagai modelmanajemen mutu tersebut, yang memiliki
istilah sendiri-sendiri memiliki satu kesamaan yaitu meningkatan mutu produk
melalui terciptanya suatu sistem manajemen terpadu dalam organisasi, namun
pendekatan dan filosofi manajemen berbeda antara satu model dengan lainnya.
Pada bahasan selanjutnya, penulis menggunakan satu terminologi yaitu manajemen
mutu, dengan prinsip dasar bahasan mengacu pada pendekatan ISO 9000.
No comments:
Post a Comment